Sabtu, 11 Mei 2013

Sahabat Bagiku



          Sahabat adalah hasil Seleksi Alam. Dia menjadi pemenang dalam Tahap Seleksi pada Masa Perkenalan dan Masa Pertemanan. Sehingga pada akhirnya ia berhasil keluar menjadi pemenang dan menjadi sahabat sejati.

           Ia tercipta dari kolaborasi antara chemistry dan komunikasi. Ketika kita memiliki chemistry atau rasa ketertarikan yang teramat sangat bagaikan Kutub Utara yang bertemu dengan Kutub Selatan, ditambah adanya komunikasi yang lancar di antara kita dan sahabat, maka seorang sahabat itu pun akan menemani langkah kaki kita.

          Sahabat bukanlah Rekan Bisnis yang hanya kita hampiri ketika kita memiliki suatu tujuan tertentu untuk bersimbiosis mutualisme dan hanya membicarakan hal-hal penting kepadanya. Tetapi sahabat adalah tempat dimana kita mengungkapkan segala sesuatu, mulai dari hal-hal yang penting, bahkan sampai kepada hal-hal yang tidak penting sama sekali.

          Sahabat tidak hanya menyediakan mulut dan suaranya untuk tertawa menggelegar bersama kita, berbagi kisah lucu dan menarik yang sangat berkesan. Tetapi ia juga menyedikan bahunya untuk sandaran kita dan tangannya untuk memeluk kita. Bahkan air matanya ikut menetes ketika mata kita sudah tidak lagi sanggup menampung genangan air luka.

          Ia tidak hanya menaruh kedua tangannya di pinggul dan meluapkan amarah di saat kita melakukan kesalahan, tetapi ia juga melipat tangannya di depan dadanya untuk mendoakan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

          Sahabat tidak hanya mampu membaca ungkapan kata yang terlihat oleh mata telanjang, tetapi juga bisa menebak makna di balik isyarat yang kasat mata. Karena ia bisa membaca dengan hati, tidak hanya dengan mata. Ia bisa merasakan dengan jiwa, bukan dengan sekedar panca indera.

          Sahabat bukanlah teman yang setia di saat kita sedang berhasil, tetapi seorang penopang di saat kita sedang jatuh. Ia tidak meninggalkan kita yang sedang terpuruk, karena ia tidak ingin kita menderita. Ia akan menangis terharu ketika kita berada di titik puncak, dan ia akan menangis pilu ketika kita berada di titik nadir.

          Sahabat bukanlah dia yang membujuk kita agar berjalan di dalam hutan belantara dan membawa kita ke dunia yang kelam. Tetapi dia yang membopong kita untuk keluar dari hutan belantara menuju ke sungai terang.

          Sahabat bukanlah dia yang berkata-kata manis untuk selalu membuat kita senang, tetapi dia yang mengungkapkan kepahitan agar kita sadar akan kondisi yang sebenarnya. Ia akan mengungkapkan kebenaran meskipun terasa getir.

          Sahabat tidak hanya mendorong kita untuk maju ke medan perang, berani bersaing dengan dunia luar, berjalan memimpin di depan. Tetapi ia juga ada di samping kita, maju berperang bersama kita untuk menghadapi kehidupan yang sering kali tidak menentu.

          Sahabat tidak hanya berfungsi sebagai tempat sampah bagi perkara kehidupan, tetapi juga menjadi sarana terapi psikis dalam bentuk canda tawa dan motivasi. Dia mengajari kita banyak hal mengenai cara menanggulangi masalah, cara bersikap, dan pembentukan pola pikir. Ia memperluas pengetahuan yang sempit dan berharap bahwa kita akan mengembangkan sayap serta terbang bersamanya.

           Sahabat tidak hanya sekedar memberikan pendapatnya terhadap permasalahan kita, tetapi ia juga turut membentuk karakter kita. Dia melihat sisi lain dari diri kita yang sebenarnya kita pun tidak tahu. Kemudian ia memberitahu apa yang ia lihat pada diri kita sehingga kita semakin mengenal diri kita sendiri.

          Sahabat adalah tempat berbagi kisah dan tempat merajut kisah. Dia seperti kumpulan kertas lukis yang kita warnai dengan kisah hidup kita. Tetapi di sisi lain, sesungguhnya ia sudah memiliki lukisan indah di lembar sebelumnya. Sehingga jika kita buka sejak lembar pertama sampai lembar terakhir, kita akan melihat kumpulan lukisan kehidupan indah antara kita dan sahabat kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar