Sahabat adalah hasil Seleksi Alam. Dia menjadi pemenang dalam Tahap Seleksi
pada Masa Perkenalan dan Masa Pertemanan. Sehingga pada akhirnya ia berhasil
keluar menjadi pemenang dan menjadi sahabat sejati.
Ia tercipta dari kolaborasi antara chemistry
dan komunikasi. Ketika kita memiliki chemistry
atau rasa ketertarikan yang teramat sangat bagaikan Kutub Utara yang bertemu
dengan Kutub Selatan, ditambah adanya komunikasi yang lancar di antara kita dan
sahabat, maka seorang sahabat itu pun akan menemani langkah kaki kita.
Sahabat bukanlah Rekan Bisnis yang hanya kita hampiri ketika kita memiliki suatu
tujuan tertentu untuk bersimbiosis mutualisme dan hanya membicarakan hal-hal
penting kepadanya. Tetapi sahabat adalah tempat dimana kita mengungkapkan
segala sesuatu, mulai dari hal-hal yang penting, bahkan sampai kepada hal-hal
yang tidak penting sama sekali.
Sahabat tidak hanya menyediakan mulut dan suaranya untuk tertawa menggelegar
bersama kita, berbagi kisah lucu dan menarik yang sangat berkesan. Tetapi ia juga
menyedikan bahunya untuk sandaran kita dan tangannya untuk memeluk kita. Bahkan
air matanya ikut menetes ketika mata kita sudah tidak lagi sanggup menampung
genangan air luka.
Ia tidak hanya menaruh kedua tangannya di pinggul dan meluapkan amarah di
saat kita melakukan kesalahan, tetapi ia juga melipat tangannya di depan
dadanya untuk mendoakan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sahabat tidak hanya mampu membaca ungkapan kata yang terlihat oleh mata
telanjang, tetapi juga bisa menebak makna di balik isyarat yang kasat mata. Karena
ia bisa membaca dengan hati, tidak hanya dengan mata. Ia bisa merasakan dengan
jiwa, bukan dengan sekedar panca indera.
Sahabat bukanlah teman yang setia di saat kita sedang berhasil, tetapi seorang
penopang di saat kita sedang jatuh. Ia tidak meninggalkan kita yang sedang terpuruk,
karena ia tidak ingin kita menderita. Ia akan menangis terharu ketika kita
berada di titik puncak, dan ia akan menangis pilu ketika kita berada di
titik nadir.
Sahabat bukanlah dia yang membujuk kita agar berjalan di dalam hutan
belantara dan membawa kita ke dunia yang kelam. Tetapi dia yang membopong kita
untuk keluar dari hutan belantara menuju ke sungai terang.
Sahabat bukanlah dia yang berkata-kata manis untuk selalu membuat kita senang,
tetapi dia yang mengungkapkan kepahitan agar kita sadar akan kondisi yang
sebenarnya. Ia akan mengungkapkan kebenaran meskipun terasa getir.
Sahabat tidak hanya mendorong kita untuk maju ke medan perang, berani
bersaing dengan dunia luar, berjalan memimpin di depan. Tetapi ia juga ada di
samping kita, maju berperang bersama kita untuk menghadapi kehidupan yang
sering kali tidak menentu.
Sahabat tidak hanya berfungsi sebagai tempat sampah bagi perkara kehidupan,
tetapi juga menjadi sarana terapi psikis dalam bentuk canda tawa dan motivasi. Dia
mengajari kita banyak hal mengenai cara menanggulangi masalah, cara bersikap,
dan pembentukan pola pikir. Ia memperluas pengetahuan yang sempit dan berharap
bahwa kita akan mengembangkan sayap serta terbang bersamanya.
Sahabat tidak hanya sekedar memberikan pendapatnya terhadap permasalahan
kita, tetapi ia juga turut membentuk karakter kita. Dia melihat sisi lain dari
diri kita yang sebenarnya kita pun tidak tahu. Kemudian ia memberitahu apa yang
ia lihat pada diri kita sehingga kita semakin mengenal diri kita sendiri.
Sahabat adalah tempat berbagi kisah dan tempat merajut kisah. Dia seperti kumpulan
kertas lukis yang kita warnai dengan kisah hidup kita. Tetapi di sisi lain, sesungguhnya
ia sudah memiliki lukisan indah di lembar sebelumnya. Sehingga jika kita buka
sejak lembar pertama sampai lembar terakhir, kita akan melihat kumpulan lukisan
kehidupan indah antara kita dan sahabat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar