Kamis, 09 Mei 2013

Inspiration From My Lovely Remeng

         Gue punya kucing kampung jantan, namanya Remeng. Remeng itu bahasa Bataknya Bawel. Dalam keadaan kenyang, si Remeng sangatlah remeng. Apalagi dalam keadaan lapar, makin hancurlah telinga gue mendengarkan remengannya itu. Gue kasih makan ceker ayam ke Remeng. Tiap hari Minggu, gue ambil dari Pasar Minggu, dari tukang ayam negeri langganan gue, si Bapak Gendut. Sebenernya gue mau bayar ceker ayam itu, tapi si Pak Gendut yang terlalu baik malah memberikan secara cuma2. karena ceker ayam itu udah terhitung "terbuang", mayoritas pembeli gak membawa pulang ceker ayam yang sudah menjadi hak milik mereka. Ternyata Pak Gendut gak hanya mengumpulkan ceker ayam negeri, tapi juga pungutin ceker ayam kampung.

          Ceker ayam negeri itu lebih lunak dan enak dimakan dari pada ceker ayam kampung. Lebih lembek dagingnya dan tulangnya gampang dicerna. Gigi kucing cuma kuat untuk mengigit tulang ayam negeri dari pada tulang ayam kampung. Kalo gigi anjing, gue rasa mampu melumatkan tulang iga sapi sekalipun. Ceker2 itu gue rebus dulu, terus gue simpen di dalam kulkas.

         Waktu kemaren malem (Rabu, 14 Juli 2010, pukul 20.00 WIB), gue kasih makan Remeng. Gue ambil ceker ayam di plastik yang diletakkan di dalam kulkas. Gue ambil 3 ceker secara sembarangan dan gue kasih ke Remeng. Ternyata gue memberikan 2 ceker ayam negeri dan 1 ceker ayam kampung. Setelah Remeng menghabiskan 2 ceker ayam negerinya, ia mulai menggarap ceker ayam kampungnya, sampai2 giginya Remeng nyangkut di ceker itu. Gue bantuin Remeng untuk ngelepasin ceker itu dan merebut ceker itu. Gue potek2lah ceker itu dan gue bagiiin ke si Hitam, Si Belang Betina, si Belang Jantan (kucing2 yang selalu mengantri ceker, berharap gue kasih beberapa ceker ke mereka, padahal gue cuma "mengadopsi" Remeng, gue cuma sayang sama Remeng dan mengusir mereka dengan senang hati).

           Mungkin waktu gue menjarah 1 ceker ayam kampung itu dari mulutnya Remeng, si Remeng ngedumel/mengeluh, "Kejam amat sih tuan gue! Gak rela ya kasih gue ceker 3 biji? Kok 1 ceker lagi diambil? Gue kan belom kenyang! Malah dia ganggu kenikmatan makan malam gue". Tapi Remeng gak tau kalo gue akan menukar 1 ceker ayam kampung itu dengan 2 ceker ayam negeri. Karena setelah gue membagi2kan 1 ceker ayam kampung ke 3 kucing tak diundang, gue langsung ke dalem rumah untuk ngambi 2l ceker ayam negeri untuk Remeng.

          Kalo diaplikasikan ke dalam kerohanian Kristen, kita anggap kalo diri gue (sebagai tuannya Remeng, yang kasih makan Remeng) adalah Allah Bapa, dan si Remeng adalah manusia. Dalam peristiwa "Gue memberi makan Remeng berupa 3 ceker ayam" sama saja ketika "Allah memberikan banyak kebahagiaan kepada manusia". Dalam peristiwa "Gue mengambil 1 ceker ayam kampung yang menyulitkan Remeng untuk mengkonsumsinya", sama saja ketika "Allah mengambil sesuatu dari pada kita, yaitu sesuatu yang membuat kita bahagia". Kemudian pada saat itu, kita manusia mengeluh karena salah satu kebahagiaan kita direnggut sehingga kita kecewa dan sedih. Tetapi kita tidak menyadari bahwa sebuah kebahagiaan yang diambil dari kita tersebut ternyata ada tujuannya (seperti halnya gue mengambil 1 ceker ayam kampung dari Remeng karena gue gak mau Remeng kesusahan makan itu. Terus ceker ayamnya gue kasih ke 3 kucing tak diundang).

         Tuhan punya rencana dan tujuan lain saat Ia mengambil sebagian dari yang kita miliki. Tuhan MENGAMBIL SEBAGIAN dari kebahagiaan kita dan MEMBERIKAN berkat yang LEBIH BANYAK dan LEBIH BAIK (seperti gue mengambil 1 ceker ayam kampung yang keras dan menyulitkan untuk kemudian memberikan 2 ceker ayam negeri yang lembek dan lebih enak).

           Kalo dlihat dari kisah di Alkitab, kisah antara gue dan Remeng hampir sama seperti kisahnya Ayub. Semua harta Ayub ludes tak bersisa, anak2nya juga mati, hewan peliharaannya habis karena mati, Ayub juga terkena penyakit kusta, bahkan istrinya sendiri menghujat Allah yang Ayub sembah dan menghina Ayub. Tapi setelah cobaan itu selesai dan terbukti bahwa iman Ayub kepada Allah memang murni dan tulus, maka Ayub dikembaliken ke posisi semula, sebagai orang kaya yang sejahtera. Bahkan kekayaan Ayub, anak2nya, ternak2 milim Ayub semakin bertambah, melebihi jumlah yang jauh lebih banyak dari semula yang dimiliki oleh Ayub.

          Dari kisah sederhana antara Remeng dan gue, kita bisa menyimpulkan bahwa rencana Tuhan jauh dari rencana manusia. Keinginan manusia juga sering bertolak belakang dengan keinginan Tuhan. Tapi satu hal yang harus kita percaya, rencana Allah bukanlah rencana yang mencelakakan kita, juga bukan rencana yang merenggut kebahagiaan kita, melainkan rencana yang menyelamatkan kita dan membuat kita bahagia. Ia tahu apa yang kita BUTUHKAN dan apa yang kita INGINKAN. Jangan salahkan Tuhan kalau Ia hanya memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Karena keinginan kita sering tidak logis dan tidak sesuai dengan kehendak -Nya. Dan Allah bekerja tanpa sepengetahuan kita, jalan Allah tidak bisa dijangkau oleh akal manusia. Tetapi yang jelas, bahwa jalan itu adalah jalan terbaik yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia.




Notes :

Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Inspiration From My Lovely Remeng oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 15 Juli 2010 pukul 16:43
"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar