Jumat, 10 Mei 2013

Ketika Mimpi Hanya Menjadi Sarana Refreshing (Selasa, 7 Agustus 2012)


          Setiap orang pasti mempunyai mimpi dan setiap manusia pasti membutuhkan mimpi. Mimpi adalah sebuah motivasi bagi kita untuk maju. Semua orang bermimpi untuk menjadi orang yang sukses, meskipun beberapa dari mereka belum mengetahui akan sukses di dalam bidang apa dan bagaimana cara mencapainya. Tetapi pada kenyataannya, mayoritas "mimpi indah" itu tidak terlaksana karena usaha yang dikerahkan oleh Sang Pemimpi hanya seadanya, tidak maksimal, atau bahkan tidak mengerahkan kekuatan sama sekali. Wajar bila seseorang tersebut hanya "tenggelam" di dalam mimpi-mimpinya.

          Seperti yang dikatakan oleh seorang Tokoh di dalam sebuah Film Terlaris di Indonesia, " Bukan seberapa besar mimpimu, tetapi seberapa besar dirimu untuk mimpimu". Bermimpi yang "besar" tidak menjadi masalah asal kita mau menjadi "yang lebih besar" dari mimpi kita tersebut. Artinya, kita bisa mengendalikan mimpi kita tersebut, dan yang terpenting ialah kita bisa mewujudkan mimpi kita tersebut. Bahkan kita diharuskan untuk bermimpi yang "besar" agar motivasi yang kita dapatkan juga besar. Tetapi, mimpi yang "besar" tersebut harus realistis dan logis. Jika mimpi kita "kecil", maka kita akan semakin permisif terhadap hal yang sudah kita capai, yang ternyata lebih "kecil" dari mimpi kita tersebut. Sebagai contoh, bila kita bermimpi untuk menjadi seorang manager, tetapi pada realitanya kita hanya diterima menjadi seorang staff biasa, maka kita akan terpacu untuk mengejar jabatan manager tersebut. Namun bila kita hanya bermimpi untuk menjadi seorang staff, tetapi realitanya kita hanya diterima di posisi OB, maka kita merasa puas dengan posisi tersebut atas dasar pemikiran "Yang penting keterima kerja, gak apa-apa lah jadi OB" (tanpa ada maksud untuk menyinggung posisi OB).

          Semua berawal dari mimpi. Ketika seseorang ingin menjadi pebisnis yang sukses, ia akan mendalami dunia bisnis baik melalui pendidikan akademis maupun pengalaman berbisnis. Bila orang itu ingin berhasil, maka ia harus membuat small goals dan big goals agar kehidupannya terarah. Misalnya, dalam jangka waktu 2 tahun ke depan, saya sudah menjadi apa ? Sudah bekerja dimana ? Gajinya berapa ? Jabatannya apa ? Dalam 10 tahun ke depan, kehidupan saya seperti apa ?

          Mimpi itu gratis dan tidak ada seorang pun yang berhak untuk melarang seseorang untuk bermimpi. Tetapi ada beberapa orang takut untuk bermimpi. Orang-orang pesimis seperti ini takut ketika ia tidak berhasil meraih small goals-nya, maka ia akan merasa down dan enggan untuk kembali bermimpi, enggan untuk kembali bangkit dan merangkai kembali kepingan-kepingan harapan yang tersisa untuk dijadikan A BIG DREAM. Baginya, mimpi hanyalah kisah "isapan jempol" yang tak mungkin untuk diraih. Beberapa orang takut bermimpi yang tinggi karena takut dianggap gila dan tidak realistis. Tetapi tidak ada seorang pun yang tahu bahwa suatu saat nanti si Pemimpi Besar itu mampu mewujudkan mimpi besarnya. Beberapa orang takut bermimpi karena takut "tenggelam" dalam mimpi-mimpi besarnya.

          Saya memiliki seorang sahabat. Akhir-akhir ini, setiap kami pulang bersama, dia selalu membuat skenario di dalam otaknya. Skenario itu diucapkan olehnya, seolah ia sedang bercerita tentang The Real Love Strory. Padahal sebenarnya, hal-hal yang ia ceritakan hanyalah mimpi indah dalam hal percintaan. Sebenarnya sangat indah bila suatu saat nanti akan terwujud. Tetapi satu hal yang saya tanamkan di benak saya, berdasarkan perkataan dari salah satu dosen di kampus saya, bahwa "Kisah cinta yang romantis itu hanya muncul di film. Kisah cinta yang sempurna itu hanya ada di sinetron". Memang benar, untuk "menyentuh" hati para penonton, sang script writer menuliskan kisah cinta romantis yang mengharukan sekaligus menyenangkan. Seolah kisah cinta tersebut bersifat nyata dan menjadi Kisah Cinta Ideal di mata para penontonnya. Intinya, Kisah Cinta Ideal hanyalah MIMPI. Memang kita tidak bisa menghakimi bahwa kisah cinta yang dialami setiap orang bukanlah Kisah Cinta Ideal, tetapi sebenarnya kisah cinta itu pasti indah meskipun tidak menjadi Kisah Cinta Ideal. Kisah cinta pasti indah meski terkadang menyakitkan. Hampir setiap orang yang sudah pernah mengalami jatuh cinta pasti mengatakan bahwa jatuh cinta itu sangat indah. Bahkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Penyanyi Papan Atas di Indonesia, bahwa jatuh cinta itu berjuta rasanya. Jadi pada dasarnya, cinta itu indah, dan kisah cinta itu pasti indah juga.

          Saya hanya bisa tertawa terhadap Kisah Cinta Indah yang diimpikan oleh sahabat saya. Dia juga membuat skenario terhadap kisah cinta saya dan sahabat-sahabat kami yang lainnya. Yang saya heran, imajinasinya untuk merangkai scene demi scene tidak pernah habis. Mulai dari pertemuan kami berdua dengan sang Pacar Khayalan kami, kisah cinta yang terjalin di antara kami dengan Pacar Khayalan, sampai pada pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak. Memang terkesan gila dan tidak realistis, tetapi hal itu membuat kami tertawa lepas. Ya, sebuah refreshing yang gratis di zaman yang "serba bayar" ini. Kami tertawa lepas setelah lelah beraktifitas seharian. Benar-benar refreshing yang gila. Entah Kisah Cinta Ideal itu akan terwujud atau tidak, hanya Tuhan yang tahu. Karena Tuhan pasti sudah merangkai Kisah Cinta setiap orang.

          Setiap orang berhak untuk bermimpi, dan setiap orang berhak memutuskan untuk terus bermimpi atau menghentikan mimpinya sejenak dan mewujudkan mimpi itu. Setiap orang butuh bermimpi dan setiap orang harus bermimpi. Rangkailah mimpi-mimpi besar yang logis agar bisa diwujudkan. Selamat bermimpi. Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.



Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Ketika Mimpi Hanya Menjadi Sarana Refreshing (Selasa, 7 Agustus 2012) oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 7 Agustus 2012 pukul 20:27"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar