Sabtu, 13 Juli 2013

Sepaket Bumbu Iman Kristiani Untuk Pribadi Yang Berbeda

          Minggu, 30 Juni 2013, saudara-saudara saya datang berkunjung ke rumah saya. Mereka adalah adik dari Ibu saya (yang saya panggil dengan sebutan “Inang Uda”) beserta dua orang anak-anaknya yang sudah berkeluarga (yang saya panggil dengan sebutan “Kakak” dan “Abang”. Bila dilihat dari usia, mereka jauh lebih tua dari pada saya, maka dari itu saya memanggil mereka dengan sebutan “Kakak” dan “Abang”. Meskipun secara adat, saya adalah kakak dari mereka, karena Ibu saya adalah kakak dari Ibu mereka). Tidak lupa mereka juga membawa serta anak-anak mereka yang masih kecil, sehingga rumah saya semakin ramai saja.

          Mereka membawa lauk untuk dimakan, dan kami sebagai tuan rumah juga menyediakan lauk untuk makan siang bersama. Setelah merasakan masakan yang dibuat oleh si Kakak, Ibu saya pun merasakan ada yang berbeda dengan rasanya. Mereka membawa Arsik Ikan Mas dan Ayam Gotta. Hingga keesokan harinya, Ibu saya masih penasaran dengan bumbu yang digunakan oleh si Kakak tersebut, karena itulah Ibu saya menyuruh saya untuk menanyakan apa saja bumbu yang digunakan oleh si Kakak saat memasak. Saya pun menelpon si Kakak untuk menanyakan hal tersebut dan saya pun terlibat dalam percakapan yang sangat panjang.

“Ya bumbunya Arsik itu Dek, bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai merah, laos, serai, bawang batak, rias, kunyit, kacang panjang. Lah emang selama ini kau masak pake apa aja ?”, jelas si Kakak.

“Yeee,,, Sama kali Kak, aku juga pake bumbu itu. Ya tapi kan beda tangan yang mengolah pasti beda rasa. Karena yang namanya takaran bumbu tiap orang itu pasti beda-beda. Misalnya untuk dua kilo ikan mas, Kakak pake 12 butir bawang, tapi aku cuma 9 butir, misalnya loh. Naahh,, Cara masaknya gimana ? Pasti beda”, jawabku.

          Sampai pada topik “cara memasak”, obrolan kami pun semakin awet. Dari hasil pembicaraan antara saya dengan si Kakak pun, saya dapat menyimpulkan bahwa sepaket Bumbu Masakan yang sama akan menghasilkan rasa masakan yang berbeda bila diolah dengan cara yang berbeda dan oleh orang yang berbeda.

          Dari kejadian itu pun saya berpikir, Bumbu Masakan itu sama seperti Bumbu Iman Kristiani. Hanya satu paket bumbu, tapi bisa menghasilkan rasa yang berbeda karena diolah dengan cara yang berbeda dan oleh orang yang berbeda. Sepaket Bumbu Iman Kristiani yang tercantum di dalam Alkitab seperti Buah-Buah Roh (Galatia 5 : 22 – 23), Kesepuluh Perintah Allah (Keluaran 20 : 1 – 17; Ulangan 5 : 6 – 21), Hukum Kasih (Ulangan 6 : 5; Matius 22 : 37 – 39; Lukas 10 : 27; Markus 12 : 29 – 31; 1 Korintus 13 : 4 – 8; Lukas 6 : 27 – 38; Matius 5 : 43 – 44; ); Garam Dunia dan Terang Dunia (Matius 5 : 13 – 16), Mengandalkan Tuhan (Amsal 3 : 5; 1 Petrus 5 : 7; Yeremia 17 : 5 – 8; Matius 6 : 33) merupakan satu ajaran dari satu Allah Tritunggal yang sama, yaitu Allah Bapa atau Bapa di Surga sebagai pencipta, Allah Anak atau Yesus Kristus sebagai Sang Penebus, dan Allah Roh atau Roh Kudus sebagai penjaga dan pelindung serta pengingat).

          Tetapi meskipun kita mendapatkan sepaket Bumbu Iman Kristiani yang sama dari gereja kita, namun kita semua belum tentu bisa berhasil menjadi umat Kristen yang sejati. Umat Kristen yang menjadi garam dan terang dunia, umat Kristen yang mengandalkan kekuatan Tuhan dalam segala hal, umat Kristen yang menjalankan kesepuluh Perintah Allah dan kesembilan Buah-Buah Roh serta kedua Hukum Kasih, serta umat Kristen yang benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya dalam melayani Allah dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa.

          Memang pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Dalam hal ini, tidak ada manusia yang sanggup mengabdikan sepanjang hidupnya (dari lahir hingga meninggal) kepada Allah Tritunggal. Sangatlah sulit untuk menjadi orang yang suci, karena dosa itu sangatlah nikmat dan sayang bila dilewatkan begitu saja. Wajar bila demikian adanya, karena inilah tantangan kita dalam hidup di dalam Kristus. Karena itulah saya mengumpamakan bahwa “Sepaket Bumbu Masakan akan menghasilkan rasa masakan yang berbeda bila diolah dengan cara yang berbeda dan oleh orang yang berbeda”, atau dengan kata lain “Sepaket Bumbu Iman Kristiani bisa menghasilkan Pribadi Yang Berbeda karena diolah dengan cara yang berbeda dan oleh orang yang berbeda”.

Apa makna perumpamaan tersebut ?

          Semua Umat Kristiani di dunia memiliki ajaran yang sama. Meskipun Umat Kristen di dunia terbagi menjadi beberapa ajaran dan terbagi lagi menjadi banyak aliran gereja, tetapi secara general mereka menggunakan Alkitab yang sama dan menyembah Allah yang sama. Kecuali beberapa ajaran yang benar-benar dinyatakan sesat dan menggunakan Kitab yang lain sebagai acuan dari kehidupan imannya. Jangankan pembagian aliran gereja dalam Umat Protestan (yang katanya bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda mengenai ajaran Kristiani), Umat Protestan dan Umat Katolik saja memiliki ajaran yang sama, yaitu beriman kepada Allah, menyembah Yesus Kristus Sang Penebus dan mengasihi sesama manusia. Sepaket Bumbu Iman Kristiani hanya datang dari satu Allah yang sama, dan digunakan untuk beriman kepada satu Allah yang sama pula.

          Bumbu Iman Kristiani memang sepaket dan datang dari satu Allah. Namun dalam prakteknya, seluruh Umat Kristen belum tentu memiliki kesamaan sifat dan sikap dalam menyembah Allah, ini tergantung dari “cara pengolahan iman” yang mereka lakukan. Ada yang masih menjadi Kristen TOMAT (Kristen yang hari Minggu TObat, tetapi hari Senin sampai Sabtu kuMAT, selalu berbuat dosa bahkan melakukan dosa yang sama), ada yang masih menjadi Kristen KTP (Kristen yang hanya di KTP miliknya saja tertera bahwa dia adalah orang Kristen, tetapi sikap dan perilakunya tidak mencerminkan diri sebagai pengikut Kristus), ada yang masih menjadi Kristen Kapal Selam (Kristen yang muncul di gereja hanya pada hari-hari besar Kristiani saja seperti Natal, Tahun Baru, dan Paskah, tetapi hari Minggu biasa tidak pernah datang ke gereja untuk beribadah. Karena kapal selam memiliki sifat yang kadang-kadang timbul ke permukaan air, tetapi lebih sering tenggelam dan menghilang di dalam air), ada yang masih menjadi Kristen Rutinitas (Kristen yang rajin beribadah di gereja hanya sebagai rutinitas yang harus dijalankan tanpa ada hati yang mau menyembah dengan tulus. Akhirnya, rajin ke gereja tetapi rajin pula berbuat dosa), dan masih banyak lagi sebutan bagi umat Kristen yang tidak benar-benar beriman kepada Allah.

          Memang kita tidak boleh menghakimi bahwa orang yang jarang ke gereja untuk beribadah itu pasti karakternya buruk, tidak benar-benar beriman kepada Allah karena kadar imannya rendah. Tetapi belum tentu juga. Mungkin dia memiliki banyak halangan untuk ke gereja tetapi selalu Saat Teduh di rumah atau bahkan selalu mendengarkan khotbah di radio dan televisi atau bahkan pergi beribadah di gereja lain. Bisa saja, ada banyak kemungkinan. Tetapi biasanya, orang yang benar-benar mengarahkan hati dan pikirannya kepada Allah pasti akan rajin beribadah di gereja, rajin berdoa dan Saat Teduh di rumah, rajin membaca renungan iman dan buku-buku rohani, rajin mendengarkan lagu-lagu rohani, rajin menolong orang lain, serta bijaksana dalam berbicara dan bertindak. HPDA (Hubungan Pribadi Dengan Allah) dan HPDS (Hubungan Pribadi Dengan Sesama) dari orang tersebut akan tertata rapi, meskipun tidak setiap hari ia tampil sempurna sebagai Pengikut Kristus, pasti ada saja dosa yang telah dia lakukan.

          Rajin mendengarkan khotbah di gereja maupun di televisi ataupun radio, rajin membaca renungan iman Kristiani dan buku-buku Kristiani, rajin mendengarkan lagu-lagu rohani, rajin berdoa dan Saat Teduh, adalah termasuk “cara pengolahan iman” yang telah kita lakukan. Sadar ataupun tidak, kegemaran dan kebiasaan kita untuk membaca buku-buku Kristiani dan renungan iman Kristiani atau mendengarkan khotbah dan lagu-lagu rohani sudah membentuk iman kita. Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10 : 17).

          Tidak hanya itu saja, dalam menjalani kehidupan pun, iman kita juga diolah dan dibentuk. Kita belajar sabar dalam menghadapi segala kondisi yang baik dan buruk, selalu mengucap syukur meski kondisi sangat terpuruk, mengendalikan diri untuk tidak berbuat dosa, mencoba memahami kehendak Allah yang terjadi dalam kehidupan kita, serta masih banyak lagi ujian dan cobaan yang membuat kita semakin beriman kepada Allah. Beberapa “cara pengolahan iman” tersebut akan membentuk kita menjadi Pribadi Yang Berbeda, yaitu pribadi yang tidak hanya mengenal Allah lebih dalam tetapi juga mencintai Allah dengan sepenuh hati dan jiwa.

          Pribadi Yang Berbeda juga akan terbentuk bila “diolah oleh orang yang berbeda”. Yang harus kita ketahui bahwa sifat dan sikap masing-masing dari kita tidak hanya dibentuk oleh lingkungan tempat kita tinggal, tetapi juga tergantung dari diri kita sendiri. Mungkin kita dilahirkan di dalam sebuah keluarga yang baik secara moral, tetapi di lingkungan pergaulan kita menemukan mereka yang lebih banyak menyesatkan dari pada membawa pengaruh positif. Pilihan terakhir ada di tangan kita, apakah kita ingin ikut tersesat ataukah kita tetap menjadi orang yang baik.

          Semua tergantung dari diri kita sendiri, bagaimana kita menerima dan menyerap rangsangan dari orang sekitar, bagaimana kita bereaksi dan bertindak terhadap orang sekitar, bagaimana kita mengendalikan diri kita sendiri, dan bagaimana usaha kita untuk tetap konsisten dengan jalan hidup kita yang telah kita pilih. Jika kita dihadapkan oleh kondisi yang sangat sulit seperti himpitan ekonomi ditambah dengan konflik keluarga yang tak berujung serta dipadupadankan dengan keputusan PHK dari kantor, maka pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan emosi berkepanjangan dan kemudian putus asa sampai ajal menjemput, atau bahkan tetap bersyukur dan bersukacita untuk kemudian bangkit kembali karena Allah pasti menyiapkan rencana yang indah untuk kita (Yesaya 55 : 8 – 9; Yeremia 29 : 11). Karena hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Amsal 17 : 22). Dan Allah juga menghendaki kita umat Kristiani agar senantiasa bersukacita, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal (1 Tesalonika 5 : 16  18).

Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.

Jumat, 05 Juli 2013

Satu Hati Tidak Main Hati

Setiap orang punya satu hati untuk mencintai
Setiap orang punya satu hati untuk dicintai
Setiap orang berhak untuk mencintai dengan tulus
Setiap orang berhak untuk dicintai dengan tulus

Setiap orang hanya punya satu hati untuk mencintai satu hati yang lainnya
Setiap orang hanya punya satu hati untuk mencintai satu-satunya hati yang akan menjadi masa depannya
Setiap orang wajib untuk menjaga hati agar tidak bermain dengan hati yang lainnya
Setiap orang wajib untuk memberikan satu-satunya hatinya hanya kepada satu-satunya hati di masa depannya

Ketika satu hati bertemu dengan satu hati yang lainnya, dua hati menjadi satu untuk saling mencintai dan dicintai
Hanya ada satu janji untuk saling berkomitmen
Hanya ada satu janji untuk hidup selamanya berdua
Hanya ada satu janji untuk saling menopang saat suka dan duka

Ketika sebuah komitmen dibuat, tidak ada main hati di antara kedua hati yang terjalin
Ketika sebuah komitmen dibuat, satu hati hanya berfokus pada satu hati yang lainnya
Ketika sebuah janji diucapkan, hanya ada satu tujuan dari dua hati yang saling mengasihi
Ketika sebuah janji diucapkan, hanya ada satu kehidupan dari dua hati yang telah bersatu

Selasa, 02 Juli 2013

Hidup Adalah Belajar

Hidup adalah belajar
Belajar untuk terus memberi meski sering tidak dihargai
Belajar untuk terus peduli meski sering tidak dihiraukan
Belajar untuk terus memahami meski sering tidak dipahami
Belajar untuk terus mengampuni meski sering dicela

Hidup adalah belajar
Belajar untuk tetap kuat meski jiwa lemah
Belajar untuk tetap tegar meski jiwa rapuh
Belajar untuk tetap tersenyum meski hati terluka
Belajar untuk tetap tertawa meski hati menangis

Hidup adalah belajar
Belajar menerima meski sering ditolak
Belajar menghargai meski sering diinjak-injak
Belajar untuk tetap setia meski sering dilukai
Belajar untuk tetap sabar meski sering dikecewakan

Hidup adalah belajar
Belajar menerima keadaan meski tak sanggup
Belajar menerima perbedaan meski tak kuat
Belajar menjalani kehidupan meski sulit
Belajar menghidupi orang lain meski berat

Hidup adalah belajar
Belajar berjalan di saat yang lain masih tertidur
Belajar berlari di saat yang lain masih berjalan
Belajar untuk terus berusaha meski sering gagal
Belajar untuk terus bangkit meski sering jatuh

Hidup adalah belajar
Belajar untuk berani maju meskipun banyak rintangan
Belajar untuk berani membuat keputusan meskipun banyak ketakutan
Belajar untuk berani memilih pilihan yang terbaik meskipun tidak ada pilihan yang baik
Belajar untuk berani memberikan yang terbaik meskipun sering mendapatkan yang buruk

Hidup adalah belajar
Belajar menjadi yang terbaik dari kumpulan orang baik
Belajar menjadi yang terhebat dari kumpulan orang hebat
Belajar menjadi yang terkuat dari kumpulan orang kuat
Belajar menjadi yang terdepan dari yang mereka yang ada di depan

Hidup adalah belajar
Belajar mensyukuri segala hal yang Tuhan karuniakan
Belajar menghayati segala hal yang Tuhan ajarkan
Belajar mengerti segala hal yang Tuhan berikan
Belajar membentuk diri menjadi pribadi yang Tuhan inginkan