Kamis, 09 Mei 2013

Sudahkah Kita Menjadi PAHLAWAN Bagi Kampus Kita ??? (Kamis, 10 November 2011)


          Hari ini adalah HARI PAHLAWAN. Tadi pagi jalan di depan Makam Pahlawan ditutup. Seperti biasa, ada Upacara Bendera untuk Hari - Hari Nasional. Dan sore ini, jalanan di depan Kampus UKI Cawang juga ditutup, karena ada demo mahasiswa UKI.

Inilah berita dari detikNews, saya mengutipnya secara lengkap.

Kamis, 10/11/2011 15:22 WIB
Demo di Depan Kampus UKI Bikin Macet Lagi, Pengendara Kesal
Muhammad Rizki Maulana - detikNews

Jakarta - Berdemo memang boleh-boleh saja. Namun jika aksi itu dilakukan dengan mengganggu kepentingan umum, tentu saja orang lain bisa kesal. Seperti yang terjadi di depan kampus UKI, Cawang, Jakarta Timur.

Sejumlah pengendara mobil yang melintas di Jalan Mayjen Sutoyo dari arah Cililitan ke Jatinegara bersungut-sungut. Mereka kesal karena ada sekitar dua puluhan mahasiswa berdemo di tengah jalan.

"Wah demo kok di tengah jalan jam segini lagi. Bikin macet saja," kata seorang bapak pengendara mobil di lokasi, Kamis (10/11/2011). Bapak itu sampai turun dari mobilnya karena tidak bisa lewat.

Sang bapak itu lantas mengarahkan mobilnya ke jalur TransJakarta yang kebetulan masih steril. Langkah bapak itu juga diikuti oleh sejumlah pengendara mobil dan motor.

Demo yang menuntut SBY-Boediono turun itu memang digelar di tengah-tengah jalan. Para mahasiswa dari sejumlah kampus seperti UKI dan UBK itu berdiri di tengah jalan raya.

Tak cuma berorasi, para mahasiswa itu juga membakar ban bekas. Akibatnya, jalanan tidak bisa dilewati pemakai jalan. "Demo kok mengganggu orang," kata salah satu pengendara motor kesal.

Karena jalan tersebut tidak bisa dilewati, akhirnya polisi lalu lintas mengalihkan para pengendara ke jalur sebaliknya. Empat jalur Jalan Mayjen Sutoyo arah Jatinegara-Cililitan dibagi dua.

Dua lajur untuk kendaraan dari arah Jatinegara ke Cililitan dan dua lajur sisanya untuk menampung kendaraan yang datang dari arah Cililitan ke Jatinegara. Karena sempit, antrean kendaraan pun tak terhindarkan.
(ken/fay)

          Saya pulang melalui PGC, dan kemacetan di Perempatan PGC pun terjadi. Jalan dari arah Halim ditutup menggunakan Police Line (mungkin karena semua orang dari Halim akan menuju ke Cawang). Jalan menuju Cawang ditutup total mulai dari depan PGC. Saya mendengar banyak opini masyarakat yang keluar secara spontan.

Tukang ojek : "UKI demo, jalanan ke arah Cawang ditutup".

          Pengendara motor bertanya kepada supir angkot : "UKI demo ya ?" (seharusnya saya bisa menjawab "iya" dengan refleks, agar pengendara motor itu tidak melintasi jalan di depan UKI. Tapi saya tidak menjawab pertanyaan itu karena saya malu, meskipun saya tahu kalau UKI sedang demo, dan meskipun pengendara motor tersebut tidak mengetahui kalau saya mahasiswi UKI).

Supir angkot (menjawab pertanyaan pengendara motor) : "Iya tuh, UKI demo. Macet !"

Penumpang Mikrolet : "Demo itu muka2 tembok, percuma juga !"

           Pedagang buah di PGC : "Kebakar, UKI kebakar !" (entah apa maksud perkataan pedagang buah tersebut. Apakah ia salah informasi "ada pembakaran ban bekas di depan UKI" menjadi "UKI terbakar karena aksi pendemo" atau karena pedagang buah itu kesal dengan UKI yang demo di sore hari ini ?

          Seperti yang kita ketahui, sore hari (pukul 17.00 WIB) adalah jam pulang kerja. Jadi wajar kalau jumlah kendaraan di jalan raya meningkat tajam dan kesabaran para pengendara mencapai titik terendah. Ditambah lagi ada Demo. Pantas saja pengguna jalan Mayjend Sutoyo Cawang sore ini menjadi melemparkan kata - kata makian.

Mari kita telaah kerugian dari demo yang anarkis :
1. Memalukan almamater
Seorang teman saya menuliskan dalam status Facebooknya, "Lihat tuh kelakuan kalian ! Karena kalian, JK jadi gak bisa dateng ! Yang malu bukan cuma satu orang, tapi satu almamater !". Ya, saya sangat setuju dengan pendapat teman saya ini. Sebagai informasi, seharusnya siang ini Jusuf Kalla akan menghadiri sebuah Seminar di UKI, sebagai pembicara. Kita KOMUNITAS AKADEMIK, kawan. Bukan PREMAN PASAR. Kita berkarya dengan OTAK, teman. Bukan OTOT. Untuk apa orang tua kalian bekerja keras dan membiayai pendidikan kalian sampai di tingkat universitas ? Kalau seperti itu kasusnya, lebih baik orang tua kalian membuatkan kalian sebuah warung kelontong dan menyuruh kalian menjaga warung kelontong tersebut seumur hidup kalian. Itu lebih jelas.

2. Buang waktu, buang energi, buang biaya.
Demo yang entah apa tujuannya dan tidak terlihat pencapaian tujuannya, pasti membuang - buang waktu (minimal 2 jam). Coba kita gunakan 2 jam itu untuk membaca buku pelajaran, kita sudah menghabiskan 1 buku berukuran sedang yang tebalnya 100 halaman, dan sudah banyak ilmu yang kita dapat. Energi yang Anda keluarkan juga percuma. Apakah presiden RI akan turun dalam waktu satu hari setelah Anda demo ? Ataukah Anda hanya menjadi bulan - bulanan pemerintah yang mengatakan "Itu doank kelebihan anak UKI ? Cuma demo ? Gak ada prestasi lain ?". Bayangkan kalau saja untuk membeli ban bekas harus mengeluarkan Rp 30.000 dan membuat spanduk mengeluarkan uang Rp 150.000. Lebih baik uang itu kalian berikan kepada Office Boy dan Office Girl di UKI yang sudah lelah bekerja untuk membersihkan lingkungan kampus kita. Atau uang itu kalian belikan makanan dan minuman dan kalian bagikan kepada GEPENG (GElandangan dan PENGemis) di bawah Jembatan Cawang. Itu jauh lebih bermanfaat, kawan.

3. Merugikan banyak pihak
Pengendara jalan Mayjend Sutoyo Cawang sangat terganggu akan hal ini. Waktu mereka tersita karena harus ber - macet - ria, membalikkan kendaraan mereka ke arah lain, mencari jalan alternatif lain yang bisa dilalui. Yang lebih terasa rugi lagi, para supir angkot yang tidak bisa mencari "sewa" karena trayeknya terganggu. Entah siapa lagi yang merasa rugi karena kejadian sore hari ini.

           Dan apa keuntungan yang kalian dapat dalam demo yang anarkis ? Hanya sebuah nasi bungkus ? Ataukah sebuah pengakuan kalau kalian JANTAN ? Atau kalian ingin diterima di dalam lingkungan kalian ? Atau kalian hanya sok - sok berani (padahal penakut jika tidak sedang bersama - sama dengan kelompok kalian) ? Atau kalian ingin dianggap sebagai PEJUANG / PAHLAWAN ? Atau kalian terpaksa demo karena ada tekanan dari "atasan" kalian ? Atau kalian terprovokasi (nasionalisme buta) ? Atau kalian hanya ikut - ikutan teman (karena tidak ada kegiatan lain) ?

           Ada seorang teman saya menyampaikan aspirasinya kepada saya, "Mereka punya cara yang beda dalam menyuarakan aspirasinya". Sekarang pertanyaan saya adalah, "Apakah menyampaikan aspirasi harus dengan ANARKISME dan MENIMBULKAN KERUSUHAN serta MERUGIKAN ORANG LAIN ?".

            PRESTASI apa yang harus kita ukir untuk kampus kita ? Apakah kita hanya bisa menyumbangkan BERITA NEGATIF di media massa tentang kampus kita ? Sudahkan kita menjadi PAHLAWAN bagi kampus kita ? Sadarkan dirimu kawan. Nama kampus kita sudah tercemar, jadi mengapa kalian semakin mencemarkan nama kampus kita ? Kalau kampus kita dipandang sebelah mata oleh Dunia Kerja, bagaimana kalian mencari kerja ? Kalian akan mengakibatkan dampaknya juga karena ulah kalian.

            Menyampaikan aspirasi itu memang penting. Tapi kita KOMUNITAS AKADEMIK, harus KRITIS dan SOPAN dalam menyampaikan aspirasi. Kita memiliki otak yang diberikan secara percuma oleh Tuhan, apakah kita harus menyia - nyiakannya ?

Pilihlah, kalian sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk :
1. PAHLAWAN / PE - LAWAN ?
2. UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA / UNIVERSITAS KERUSUHAN INDONESIA
3. UNIVERSITAS KASIH INDONESIA / UNIVERSITAS KASIHAN INDONESIA ?
4. UNIVERSITAS KEHORMATAN INDONESIA / UNIVERSITAS KE - PREMAN - AN INDONESIA ?

          Jawaban ada di tangan kalian, dan masa depan bangsa ada di tangan kalian. Jadilah PEMIMPIN yang TAKUT AKAN KRISTUS. Jika kalian bisa menduduki salah satu kursi di Lembaga Resmi Negara dengan prestasi positif yang kalian ukir, perjuangkanlah hal itu.

Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.




Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Sudahkan Kita Menjadi PAHLAWAN Bagi Kampus Kita ? (Kamis, 10 November 2011) oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 10 November 2011 pukul 18:51"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar