Sekitar pertengahan Januari 2013 saya menerima SMS dari teman saya, kami satu gereja. SMS itu berisi, “Win, apa arti hidup menurut lo ?”. Saya sangat terkejut membacanya. Mengapa dia tiba-tiba mengirimkan SMS seperti itu ? Jujur saja, kami sudah lama tidak pernah berkomunikasi melalui SMS karena kami sibuk dengan dunia kami masing-masing. Dulu kami memang pernah saling bertukar cerita, tapi itu sekitar 5 tahun yang lalu. Berhubung saya sedang repot mengerjakan urusan dapur karena saudara-saudara saya sedang berkunjung ke rumah, saya membaca SMS tersebut setelah SMS tersebut nganggurselama 1 jam di HP saya.
Setelah membaca SMS itu, saya langsung negative thinking, “Apa yang sedang terjadi dengan makhluk ini ? Apakah dia sedang mendapatkan masalah besar ? Ataukah dia sedang mengalami krisis kepercayaan kepada Tuhan ? Karena akhir-akhir ini status Facebooknya berisi tentang kekecewaan terhadap kehidupan, ditambah sedikit kekecewaan terhadap Tuhan. Jadi khawatir, ini anak kenapa ya ?”.
Beberapa bulan yang lalu, tepatnya di akhir tahun 2012, tanpa sengaja saya membaca status Facebook teman saya yang muncul di Home Facebook saya. Jadi wajar apabila saya berkunjung ke akun Facebooknya dan membaca statusnya yang lain. Lalu saya memberikan pengertian dan saran dari sebuah status Facebooknya yang berisi tentang kekecewaan terhadap kehidupan, tetapi dia seperti masih belum puas dengan jawaban saya. Dia terus bertanya dengan sikap ketidak-percayaannya seolah dia meragukan pekerjaan Tuhan di dalam hidupnya. Saya juga langsung mengirimkan SMS setelah membaca status Facebook itu, “Lo kenapa ? Butuh bantuan ? Butuh tempat sharing ? Cerita aja ke gue, siapa tau gue bisa bantu.”. Namun dia tidak membalas SMS saya. Saya pun tidak memaksa dirinya untuk bercerita mengenai kondisinya yang membuat saya khawatir. Hingga pada akhirnya dia mengirimkan SMS yang mencengangkan pada malam hari di pertengahan Januari tersebut.
Akhirnya saya merespon SMSnya malam itu, “Kenapa tiba-tiba lo tanya kayak gituan ? Arti hidup menurut gue itu banyak banget. Gue males ngetik SMS, gue telepon lo aje ye.”. Dan akhirnya saya menelepon dia. Berhubung sinyal saya terganggu, dia malah berbalik menelpon saya. Ya, kami saling bertukar cerita selama 2 jam, saling gantian membuang pulsa untuk menelepon. Untung kami menggunakan provider yang sama, jadi tidak terlalu mahal.
“Sebenernya arti hidup itu banyak banget. Kalo gue gak hidup, gue gak akan tau arti persahabatan yang sebenernya, karena sekarang gue lagi ngerasain pengalaman persahabatan yang sangat “wah” semenjak kuliah. Kalo gue gak hidup, gue gak akan bisa mengalami kayak gimana rasanya bahagia, sedih, kecewa, emosi. Gue pernah baca sajak, entah dimana, gue lupa, gue juga cuma hapal satu baris. Isinya gini, “Aku meminta segala sesuatu kepada Tuhan agar aku dapat menikmati kehidupan. Tetapi Tuhan memberikan kehidupan agar aku dapat menikmati segala sesuatu.”. Dan satu lagi, lo harus tau, gue pernah baca sejenis berita di Facebook tentang orang-orang pengidap penyakit Kanker. Kasihan mereka. Mereka masih pengen hidup tapi gak bisa karena kena Kanker. Mereka bilang, “Life for us”, itu yang bikin gue sedih. Kita yang masih hidup, pengen mati karena banyak masalah yang mungkin hanya sepele. Tapi mereka yangpunya masalah besar malah masih pengen hidup. Makanya mereka bilang, “Life for us”. Artinya, kalo emangkita orang-orang yang masih hidup malah pengen mati, lebih baik kita tetep hidup demi mereka. Kita harus menghargai hidup untuk mereka. Jadi arti hidup itu banyak banget donk. Emang kenapa sih lo tanya-tanya itu ?”, respon saya di telepon.
“Ya enggak, gue cuma mau tau aja. Gue tanyain ini ke semua temen-temen gue kok. Cuma mautau aja menurut banyak orang, ngumpulin banyak referensi boleh donk ? Hehehe…”, jawab teman saya dengan santai.
Bila dinilai dari intonasi suaranya, kondisi teman saya ini baik-baik saja, tidak seperti status Facebooknya yang mengisyaratkan kekecewaan tentang kehidupan atau tidak terlalu mengkhawatirkan seperti SMS yang dia kirim malam itu. Namun saya merasakan bahwa dia belum mau terbuka secara jujur kepada saya mengenai problem yang ia alami. Tidak apa, saya menghargai privacy-nya dan saya tidak akan memaksa dirinya untuk bercerita. Yang penting, dia masih tetap percaya pada Tuhan Yesus. Hal ini terbukti dari salah satu kalimat yang ia lontarkan dengan tegas dan lugas, “Apapun yang terjadi, gue tetep Pengikut Kristus yang sejati kok. Gue kan cinta sama Yesus.”. Fiuuuhhh,, Tenanglah hatiku.
Karena saya penasaran dengan sepotong sajak yang pernah saya sebutkan kepada teman saya, maka saya mencarinya di Google. Inilah sajak tersebut dalam versi yang lengkap :
Aku meminta kekuatan agar aku mendapat, Dia memberi kelemahan agar aku taat.
Aku meminta kesehatan agar aku bisa mengerjakan yang lebih besar, Dia memberi anugerah agar aku mengerjakan yang lebih baik.
Aku meminta kekayaan agar aku bahagia, Dia memberi kekurangan agar aku bijaksana.
Aku meminta kuasa agar dipuja sesama, Dia membuat aku lemah agar aku bergantung kepada-Nya.
Aku meminta segala sesuatu agar dapat menikmati kehidupan, Dia memberi kehidupan agar aku menikmati segala sesuatu.
Aku tidak selalu memperoleh apa yang aku minta, tetapi doaku selalu dijawab-Nya.
Kembali ke pokok bahasan kita mengenai arti dan tujuan kehidupan. Sebenernya hidup itu nikmat. Buktinya Tuhan memberikan kehidupan supaya kita dapat menikmati segala sesuatu yang telah Tuhan ciptakan. Langit yang indah, udara yang sejuk, matahari yang hangat di waktu pagi, bulan dan bintang yang cantik di waktu malam, tanaman yang meneduhkan mata dan menyejukkan udara, tanah yang subur dan dapat menghasilkan berbagai jenis tanaman, air yang memiliki banyak manfaat, teknologi canggih yang membantu manusia melakukan aktifitas, flora dan fauna yang beraneka ragam sebagai objek penelitian untuk perkembangan ilmu pengetahuan maupun sebagai sumber makanan manusia, orang-orang yang mengasihi kita, tubuh dan otak manusia yang kompleks, antariksa yang indah dan menakjubkan, serta masih banyak lagi. Karena itu, kita harus bersyukur atas semua pemberian Tuhan, yakni kehidupan.
Karena pada malam itu saya tidak terlalu banyak mendefinisikan arti kehidupan kepada teman saya akibat dari tubuh dan otak saya terlalu lelah untuk berpikir setelah menyelesaikan urusan dapur, sejak saat itu pun saya mulai berfikir dan mulai mencari referensi di internet mengenai arti dan tujuan dari kehidupan. Ya, banyak orang yang masih belum jelas mengenai apakah arti hidupnya, mungkin termasuk saya. Terkadang saya hidup hanya sebagai suatu rutinitas dan terkesan pasrah oleh Garis Kehidupan yang telah Tuhan tentukan tanpa menelaah lebih dalam lagi bahwa sebenarnya kehidupan saya ini sangat berarti.
Sewaktu SMA, saya memang pernah bergumul dengan diri sendiri, “Semua manusia dilahirkan ke dunia, tapi ujung-ujungnya semua manusia akan mati, entah kapan pun kematian itu akan menjemput. Terus, ngapain sih manusia harus hidup ? Toh juga ujung-ujungnya akan mati. Buat apa sih kehidupan itu ?”. Saya pun menjawab pertanyaan diri sendiri, “Di Kitab Kejadian kan Tuhan menyuruh manusia untuk memelihara bumi, gak cuma memanfaatkan atau bahkan mengeksploitasi bumi. Itu salah satu tujuan hidup manusia. Kalo bukan manusia yang merawat bumi, terus siapa lagi ? Kan cuma manusia yang punya akal, budi dan nurani untuk melestarikan bumi. Makanya di Kitab Kejadian itu manusia disuruh beranak-cucu dan bertambah banyak serta penuhilah bumi. Ditambah lagi, orang-orang bilang, manusia itu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yaaa,, meski gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Manusia dikatakan paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan yang lain karena hanya manusia yang memiliki akal, budi dan nurani. Sedangkan hewan hanya memiliki insting. Manusia juga diciptakan “serupa” dengan Allah,sama-sama punya kekuatan dan kekuasaan, meskipun terbatas. Akal, budi, nurani, kekuatan dan kekuasaan itulah yang bisa dipakai manusia untuk melestarikan bumi dan isinya. Tapi apa cuma itu tujuan hidup manusia ? Untuk melestarikan bumi dan isinya aja ?”. Saya pun menghentikan logika saya untuk mengeksplorasi iman diri sendiri karena saya harus memikirkan tugas sekolah untuk esok hari.
Manusia memang hidup untuk melestarikan bumi serta isinya. Tetapi tidak hanya itu saja, manusia juga harus berkarya selama ia hidup di dalam dunia. Lalu, apakah karya yang harus manusia perbuat ? Hanya membuat sebuah inovasi yang berguna bagi penduduk dunia ? Tidak hanya itu saja. Allah memang mengaruniakan otak yang sangat luar biasa kepada semua manusia. Tetapi hal itu tidak akan berharga bila pada akhirnya manusia tersebut hanya memuliakan dirinya sendiri dan tidak memuliakan Allah. Karya yang kita perbuat haruslah dapat memuliakan Allah. Inovasi yang kita buat memang bisa saja tidak selalu berkaitan dengan kemuliaan Allah, misalnya membuat inovasi terbaru mengenai Aplikasi Alkitab yang dapat di-download oleh seluruh smart phone sehingga memudahkan pengguna smart phone dalam membaca Alkitab dan bersekutu dengan Allah. Atau kamampuan kita untuk menciptakan lagu rohani sebagai sarana penyembahan kepada Allah. Tetapi kerendahan hati saat kita dipuji juga penting, dimana kita memposisikan diri sebagai orang yang lemah dan tidak akan berhasil jika Tuhan tidak menuntun kita. Kita berdiri bukan karena kuat dan gagah kita, tetapi hanya karena anugerah dari Allah semata.
Dalam kehidupan, manusia memiliki makna dan tujuan serta tanggung jawab dalam menjalani kehidupan. Manusia dapat mencapai tujuan kehidupan bila mengetahui dan mendalami mengenai makna kehidupannya serta bertanggungjawab di dalam kehidupannya. Untuk mengerti mengenai arti dan tujuan hidup, kita dapat membacanya di dalam beberapa artikel yang saya temukan di mesin pencari Google yaitu :
Kita juga dapat menemukan apakah “arti kehidupan” di dalam beberapa lagu seperti di bawah ini :
Tiap hari lepas tiap hari dengan rasa berat hati. Hidup yang penuh arti ini mengapa jadi begini ?
Marilah tetap berdiri menghadapi hidup ini. Kuasa dan tujuan hidup ini dari iman dan kasih.
Hidup bukan kar’na hari, hidup hanya kar’na arti. Bebas dari segala dosa itulah arti hidupku. Arti hidupku.
Tiada lebih indah ku melayani Yesus. Walau pun susah dan sukar jalan-Nya.
Tak'kan aku mundur seb'lum berakhir hidupku. Kar’na ku tahu apa arti hidupku.
Terindah dalamku telah aku tinggalkan. Terkasih dalamku rela ku lepaskan.
Asal hati Yesus merasa s’nang selamanya. Kar’na aku tahu apa arti hidupku.
Ku melayani Yesus. Itu telebih dari semua. Ku melayani Yesus. Itu lebih manis dari semua.
Dari ketiga artikel dan kedua lagu tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa inti dari kehidupan kita sebagai Umat Kristiani adalah melayani dan memuliakan Allah. Arti dari kehidupan Orang Percaya ialah bebas dari dosa. Karena manusia sudah ditebus oleh Darah Kristus dan sudah menjadi milik Kristusmaka kita menjadi Manusia Baru yang hidup baru di dalam Kristus. Manusia yang sudah hidup baru selalu ingin melayani Yesus dan cenderung menjauhkan diri dari dosa. Dengan demikian tujuan hidupnya hanyalah memuliakan Allah.
Lalu, bagaimana cara kita untuk dapat memuliakan Allah ?
Muliakanlah Allah dengan segala sesuatu yang kita miliki (bakat/kemampuan, ide/pemikiran, kedudukan/jabatan, harta, tenaga, waktu, status, atau apapun). Jika kita adalah orang yang berasal dari Kelas Ekonomi Atas, kita bisa memberikan Sumbangan Kasih kepada masyarakat yang membutuhkan. Jika kita memiliki talenta untuk menyanyi dan bermain musik, kita bisa mengikuti pelayan di gereja. Jika kita dianugerahkan kedudukan yang tinggi dalam sebuah perusahaan, maka lakukanlah yang terbaik, jangan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan. Jadilah pemimpin yang rela melayani, bukan pemimpin yang gemar menjajah karyawannya. Yang paling penting ialah, kita mempersembahkan tubuh kita kepada Allah seperti yang tertulis dalam Roma 12 : 1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Kita hanya menghambakan tubuh kita hanya kepada Allah, bukan kepada illah lain.
Untuk memuliakan Allah, kita harus berprinsip Kristosentris, yakni menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan. Kristus sebagai Anak Allah merupakan jembatan bagi manusia untuk menuju kepada Allah Bapa seperti yang tertulis dalam Yohanes 14 : 6 (Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.). Kita juga harus menjadikan Allah Bapa sebagai the one and only seperti Titah Pertama pada 10 Perintah Allah yang tertulis dalam Keluaran 20 : 2-3, “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”.
Prinsip Kristosentris juga tertulis dalam Filipi 1 : 21 (Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.) dan Filipi 3 : 7-8 (Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.).
Jika kita menjadikan Allah Tritunggal sebagai dasar iman dan pedoman hidup, maka kita akan mengerti arti dan tujuan hidup kita di dunia ini. Karena jika kita mencintai Allah Tritunggal, maka kita akan mematuhi semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Kita akan mengasihi sesama kita karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Kita akan memberikan yang terbaik bagi Allah dan sesama jika kita bersatu dengan Allah.
Jika kita hidup di dalam Allah, kita akan berbuah banyak seperti yang tertulis dalam Yohanes 15 : 1-8 (“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.).
Hidup akan lebih hidup jika kita dapat menghidupi orang lain, membantu orang lain, menjadi inspirasi bagi orang lain dan memberikan semangat kepada orang lain. Hidup akan lebih hidup bila kita menjadi kehidupan bagi sesama, menjadi garam dan terang bagi sesama, menjadi penuntun bagi sesama dan menjadi jawaban atas permasalahan sesama. Hidup akan lebih hidup jika kita hidup di dalam Yesus dan menjadi saluran berkat bagi sesama.
Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.
Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Apa Arti dan Tujuan Hidupmu ? (Minggu, 3 Maret 2013)
oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 3 Maret 2013 pukul 9:17"