Jumat, 10 Mei 2013

Sebuah Cerita tentang Korupsi (Selasa, 23 Oktober 2012)


          Tepat pukul 7 malam, Christa dan kedua orang tuanya sedang menonton berita di televisi. Kasus korupsi yang menimpa beberapa pemimpin pun dikupas satu per satu dalam berita itu.
"Nak, kalau kamu sudah besar nanti, jangan korupsi ya. Dosa", ucap Ayah Christa.

           Christa yang baru berumur 7 tahun pun kurang mengerti maksud perkataan Ayahnya, meski setiap malam ia mendengar berita tentang korupsi.
"Korupsi itu apa Pah ?", Christa bertanya dengan polosnya.
"Korupsi itu mengambil hak milik orang lain, Nak. Para koruptor di TV itu mengambil uang rakyat demi kepuasan dirinya sendiri. Padahal, pajak negara jauh lebih berguna untuk membangun jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya untuk kesejahteraan rakyat. Koruptor itu mencuri uang rakyat, Nak", Ayah Christa menjelaskan panjang-lebar tentang definisi korupsi.

          Setelah mendengar kata "mencuri", Christa menjadi tahu bahwa korupsi adalah perbuatan yang jahat. Hampir setiap hari dia mendapatkan pendidikan moral di sekolahnya bahwa mencuri itu perbuatan jahat. Ibunya pun mengajarkan bahwa Christa dilarang mencuri, karena dosa. Setiap hari Minggu dia juga mendengar Perintah Allah yang ke-8 yaitu JANGAN MENCURI. Ya, kini dia tahu bahwa KORUPSI = MENCURI.
"Kenapa mereka mencuri uang Pah ? Memangnya mereka tidak punya uang dan harus mencuri uang orang lain ? Mereka miskin ya Pah ? Apa mereka sama seperti cerita di TV kemarin, mencuri uang karena tidak punya uang untuk makan dan biaya perawatan di Rumah Sakit ?", tanya Christa dengan penasaran.
Memang, kemarin Christa baru saja menonton sebuah program televisi yang mengandung nilai moral. Seorang anak mencuri uang untuk membiayai perawatan adiknya yang terbaring lemah di Rumah Sakit. Karena itu ia mencoba menghubungkan alasan para pemimpin tersebut untuk MENCURI uang.

"Mereka tidak miskin Nak, mereka jauh lebih kaya dari pada kita. Tetapi mereka tidak pernah bersyukur atas harta yang mereka miliki, jadi mereka mencuri uang-uang itu. Karena mereka memiliki JABATAN, mereka menyalahgunakan KEKUASAAN itu untuk meraup uang sebanyak-banyaknya, mumpung punya kekuasaan. Padahal, JABATAN dan KEKUASAAN itu dianugrahkan dan dipercayakan Tuhan kepada mereka agar mereka bisa menjadi BERKAT untuk banyak orang, bukannya menjadi JERAT untuk banyak orang", lanjut Ayah Christa.
Christa semakin bingung dengan penjelasan ayahnya. Ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya dengan dahinya yang berkerut.
"Oke Pah, Christa janji, kalo Christa udah gede nanti, Christa gak akan korupsi", lanjutnya kemudian.

Tepat pukul 9 malam, Christa beranjak dari tempat duduknya. Ia pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
"Jangan lupa berdoa ya Nak", ucap Ibu Christa yang mengantarkan Christa ke kamarnya.
"Iya Mah. Selamat tidur Mah", jawab Christa.
Setelah Ibu Christa mengecup kening Christa, sang Ibu pun pergi dan menutup pintu kamar anak sematawayangnya itu.
Christa pun mulai berdoa dengan sangat polos. Dengan ditemani sebuah lampu kecil yang meneranginya dalam kegelapan, Christa berdoa sendiri di kamarnya.

"Tuhan Yesus yang baik, malam ini Christa berdoa untuk para pemimpin yang mencuri uang rakyat. Tuhan tau kan kalo itu perbuatan jahat ? Semoga hati mereka gak tenang karena dikejar-kejar dosa. Semoga mereka akan sakit perut dan diare karena makan uang hasil curian. Semoga mereka yang wanita akan mandul. Terus mereka sering sakit-sakitan. Semoga mereka kecelakaan, terus cacat. Abis, mereka jahat banget sih Tuhan. Kan Tuhan udah ajarin gak boleh mencuri, tapi mereka tetap mencuri. Christa sebel deh Tuhan, masa' mereka tega sih mencuri ? Padahal, mereka kan udah kaya, gak kekurangan uang lagi. Coba mereka lihat orang di pinggir jalan yang gak punya uang untuk makan. Kenapa mereka gak kasih makan ke orang-orang yang di pinggir jalan itu ? Tuhan hukum mereka secepatnya ya, supaya mereka sadar kalo mereka salah. Terima kasih Tuhan. Amin".

Setelah Christa menutup doanya dengan kata "Amin", sang Ibu pun masuk ke kamarnya.
"Anakku, doamu yang tadi itu salah", ucap Ibu Christa.
"Hah ? Salah kenapa Mah ?", tanya Christa heran.
"Di dalam doa, kita tidak boleh menyumpahi orang lain. Semoga mereka sakit perut dan diare karena memakan uang hasil curian, semoga mereka mandul bagi yang wanita, semoga mereka ini, semoga mereka itu. Tuhan tahu apa hukuman yang tepat untuk mereka, karena Tuhan adalah Hakim yang Adil. Kita jangan menghakimi mereka. Justru kita harus mendoakan mereka agar mereka cepat bertobat. Sekarang, Mama pimpin Christa berdoa, Christa ikuti dalam hati ya".
Christa pun mengangguk. Lalu Ibu Christa pun meraih tangan anaknya untuk berdoa bersama-sama.

"Bapa di dalam Surga, kami berterima kasih untuk setiap pemimpin yang telah Kau anugrahkan kepada kami. Biarkanlah mereka melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kehendak-Mu, bukan berdasarkan kehendak mereka sendiri ataupun kehendak iblis. Kami tahu bahwa Engkaulah Allah yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Engkau tahu perbuatan buruk para pemimpin kami, bahkan hingga pikiran jahat mereka sekalipun. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Mu Bapa. Saat ini kami berdoa untuk para pemimpin kami yang sudah berjalan jauh menyimpang dari ajaran-Mu. Kembalikanlah mereka ke dalam pelukan-Mu Bapa. Berikanlah mereka hikmat yang dari pada Mu saja. Ingatkan mereka akan perbuatan yang telah mereka lakukan. Lepaskanlah mereka dari jerat iblis yang menggoda mereka untuk terus menerus korupsi dan merampas hak milik orang lain. Ingatkan kepada mereka bahwa KEKUASAAN dan KEKAYAAN yang mereka miliki adalah ANUGRAH yang datang dari pada Mu saja. Hendaknya mereka menjadi BERKAT dan bukan jerat. Hendaknya mereka menjadi panutan bagi kami rakyatnya. Hendaknya mereka menjadi kepala yang memberi arahan bagi kami anggota tubuhnya. Hendaknya mereka menjadi garam dan terang bagi kami orang yang dipimpinnya. Engkaulah yang berkuasa di atas segalanya. Engkau berkuasa atas kami, terlebih lagi atas mereka. Engkaulah Hakim yang Adil, ketika semua hukum di dunia ini hanya berpihak kepada mereka yang mampu membayar dengan harga tinggi. Engkaulah Guru yang baik ketika para pemimpin kami memberi contoh untuk korupsi. Kami serahkan mereka ke dalam tangan-Mu Bapa, ampunilah mereka seperti halnya Engkau mengampuni kami. Kami tahu bahwa Engkau tidak menginginkan kematian orang Fasik, melainkan menginginkan pertobatannya. Kami serahkan hanya kepada-Mu. Di dalam nama Yesus, kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin".

          Setelah berdoa bersama, Christa pun terlelap dalam mimpinya. Ia bermimpi menjadi pemimpin yang memiliki INTEGRITAS, pemimpin yang MELAYANI TUHAN dan bukan melayani iblis, pemimpin yang menjadi BERKAT dan bukan menjadi jerat.










Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Sebuah Cerita Tentang Korupsi (Selasa, 23 Oktober 2012) oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 23 Oktober 2012 pukul 23:51"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar