Kamis, 08 Agustus 2013

Lebaran Bukanlah Tradisi, Tapi Pembaharuan Diri

          Setiap tahunnya Umat Muslim sedunia merayakan Hari Raya Iedul Fitri atau yang biasa disebut dengan Lebaran, puncak perayaan dari Bulan Ramadhan yaitu bulan yang patut disyukuri kedatangannya. Lebaran adalah Hari Kemenangan yang menunjukkan bahwa selama satu bulan penuh Umat Muslim telah berhasil dalam mengendalikan segala hawa nafsu duniawinya, menjadi pemenang dalam pertarungan melawan diri sendiri, mengalahkan semua gangguan yang datang ke dalam kehidupannya dan membuktikan bahwa imannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah tidak goyah.

          Bulan Ramadhan atau biasa yang disebut Bulan Puasa adalah Bulan Suci dimana Umat Muslim melawan banyak hawa nafsu duniawi. Mulai dari hawa nafsu terhadap makanan, minuman, rokok, rasa marah, keinginan untuk membicarakan keburukan orang lain, berfikiran porno dan melakukan perbuatan yang maksiat, mengucapkan kata-kata kotor dan kasar, sampai melawan rasa malas untuk melakukan kegiatan karena jam tidur yang tertanggu saat subuh untuk Sahur serta melawan rasa kantuk yang berlebihan karena perut yang kosong selama kurang lebih 14 jam non-stop (pukul 04.00 - 18.00 WIB). Selama Bulan Suci Ramadhan, satu bulan penuh Umat Muslim berusaha hidup suci dengan menyaring segala yang dilihat, didengar, dicium, dan dirasa oleh keseluruh panca indera, menahan hawa nafsu dan gangguan dari dalam maupun dari luar diri sendiri, berbuat amal yang mendatangkan banyak pahala, serta yang terpenting ialah semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

          Semua Umat Muslim sangat bergembira dalam menyambut Lebaran. Hampir semua penduduk di Ibu Kota merencanakan pulang ke kampung halaman sejak jauh-jauh hari, mengumpulkan uang untuk mudik (“mulih” ke “udik yang berarti “pulang” ke “kampung”), menabung untuk membeli buah tangan dan baju baru untuk diberikan kepada sanak saudara di kampung maupun untuk dipakai pada Hari Kemenangan, serta membuat sebuah perayaan khusus dengan tradisi yang berbeda di setiap keluarga.

          Namun yang harus kita sadari ialah, Lebaran bukanlah tradisi semata. Bukan hanya kebiasaan makan Ketupat Sayur dan Opor Ayam bersama seluruh keluarga. Bukan hanya momen untuk berkumpul bersama seluruh keluarga besar yang datang dari berbagai pulau dan benua. Bukan hanya Hari Istimewa yang bergelimangan hidangan spesial dan pakaian yang tidak kalah spesial. Bukan hanya momen untuk bersalaman dengan orang sebanyak-banyaknya serta meraup banyak Uang Lebaran dari orang yang lebih tua. Bukan hanya kebiasaan untuk berkunjung ke rumah tetangga dalam rangka silaturahmi dan mengisi perut hingga penuh dengan hidangan yang telah disediakan. Bukan hanya sekedar pertunjukan kembang api, petasan dan suara takbir yang bersahut-sahutan dengan sangat meriah di Malam Takbiran. Tapi Lebaran adalah Shalat Ied berjamaah dengan khusyuk, mengampuni diri sendiri dan mengampuni mereka yang telah menyakiti hati kita, meminta maaf dengan segala kerendahan hati kepada semua orang yang pernah kita sakiti, serta bertekad untuk memulai hidup yang baru yaitu hidup yang lebih baik dalam iman dan perbuatan.

          Lebaran bukanlah saatnya bagi kita untuk menyembunyikan semua dendam di dalam riuh tawa bahagia bersama sanak saudara dan tetangga. Namun setelah momen Lebaran usai, riuh tawa bahagia itupun lenyap, kembali berganti dengan amarah dan kebencian. Bulan Suci Ramadhan bukanlah saatnya bagi kita untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya dengan perbuatan baik dan menjaga hawa nafsu duniawi. Namun setelah Hari Kemenangan itu berakhir, segala perbuatan maksiat pun kembali kita lakukan dan tidak pernah peduli untuk beramal sholeh. Lebaran bukanlah saatnya bagi kita untuk menyombongkan segala hal yang kita miliki (mulai dari pakaian, perhiasan, tas, sepatu, uang, rumah, kendaraan, pasangan hidup, anak, prestasi keluarga, perbuatan amal terhadap orang banyak, serta kenangan yang membanggakan). Tapi menjadi hari penting bagi kita untuk mensyukuri segala hal yang kita miliki dan membagikan sebagian dari harta yang kita miliki kepada mereka yang membutuhkan. Lebaran bukanlah saatnya bagi kita untuk berfoya-foya mengeluarkan seluruh harta yang kita miliki untuk menggelar acara yang sangat spesial dan berkelas, tetapi saatnya bagi kita untuk beribadah semakin khusyuk kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah meski dalam segala keterbatasan.

          Hari Lebaran adalah hari dimana kita melebarkan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Bukan hanya mengampuni kesalahan orang lain namun masih mengingat perbuatan mereka yang telah menganiaya kita, mengingat pedihnya luka yang telah mereka goreskan di hati dan jiwa kita. Tetapi kita harus sungguh-sungguh memaafkan mereka dengan seikhlas-ikhlasnya dan sungguh-sungguh melupakan perbuatan mereka yang telah menganiaya kita. Hari Lebaran juga hari dimana kita menunduk serendah-rendahnya untuk meminta maaf. Menyesali kekhilafan yang pernah kita lakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Bukan hanya meminta maaf karena terpaksa atau demi mendapatkan sebuah kebanggaan karena telah meminta maaf terlebih dahulu, tetapi karena adanya kesadaran diri sendiri.

          Di hari yang Fitri, mari kita kembali suci. Mengampuni dan diampuni dengan segala kerendahan hati serta bertekad untuk memperbaharui diri demi kehidupan yang lebih baik. Karena Lebaran bukanlah tradisi, tetapi pembaharuan diri. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1434 Hijriah, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar