Setiap tahunnya Umat Muslim sedunia merayakan Hari Raya Iedul Fitri atau
yang biasa disebut dengan Lebaran, puncak perayaan dari Bulan Ramadhan yaitu bulan
yang patut disyukuri kedatangannya. Lebaran adalah Hari Kemenangan yang
menunjukkan bahwa selama satu bulan penuh Umat Muslim telah berhasil dalam
mengendalikan segala hawa nafsu duniawinya, menjadi pemenang dalam pertarungan
melawan diri sendiri, mengalahkan semua gangguan yang datang ke dalam kehidupannya
dan membuktikan bahwa imannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah tidak
goyah.
Bulan Ramadhan atau biasa yang disebut Bulan Puasa adalah Bulan Suci dimana
Umat Muslim melawan banyak hawa nafsu duniawi. Mulai dari hawa nafsu terhadap makanan,
minuman, rokok, rasa marah, keinginan untuk membicarakan keburukan orang lain,
berfikiran porno dan melakukan perbuatan yang maksiat, mengucapkan kata-kata
kotor dan kasar, sampai melawan rasa malas untuk melakukan kegiatan karena jam
tidur yang tertanggu saat subuh untuk Sahur serta melawan rasa kantuk yang
berlebihan karena perut yang kosong selama kurang lebih 14 jam non-stop (pukul 04.00
- 18.00 WIB). Selama Bulan Suci Ramadhan, satu bulan penuh Umat Muslim berusaha
hidup suci dengan menyaring segala yang dilihat, didengar, dicium, dan dirasa oleh
keseluruh panca indera, menahan hawa nafsu dan gangguan dari dalam maupun dari
luar diri sendiri, berbuat amal yang mendatangkan banyak pahala, serta yang
terpenting ialah semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
Semua Umat Muslim sangat bergembira dalam menyambut Lebaran. Hampir semua
penduduk di Ibu Kota merencanakan pulang ke kampung halaman sejak jauh-jauh
hari, mengumpulkan uang untuk mudik (“mulih” ke “udik yang berarti “pulang” ke “kampung”),
menabung untuk membeli buah tangan dan baju baru untuk diberikan kepada sanak
saudara di kampung maupun untuk dipakai pada Hari Kemenangan, serta membuat
sebuah perayaan khusus dengan tradisi yang berbeda di setiap keluarga.
Namun yang harus kita sadari ialah, Lebaran bukanlah tradisi semata. Bukan hanya
kebiasaan makan Ketupat Sayur dan Opor Ayam bersama seluruh keluarga. Bukan hanya
momen untuk berkumpul bersama seluruh keluarga besar yang datang dari berbagai pulau
dan benua. Bukan hanya Hari Istimewa yang bergelimangan hidangan spesial dan
pakaian yang tidak kalah spesial. Bukan hanya momen untuk bersalaman dengan
orang sebanyak-banyaknya serta meraup banyak Uang Lebaran dari orang yang lebih tua. Bukan
hanya kebiasaan untuk berkunjung ke rumah tetangga dalam rangka silaturahmi dan
mengisi perut hingga penuh dengan hidangan yang telah disediakan. Bukan hanya sekedar
pertunjukan kembang api, petasan dan suara takbir yang bersahut-sahutan dengan sangat
meriah di Malam Takbiran. Tapi Lebaran adalah Shalat Ied berjamaah dengan
khusyuk, mengampuni diri sendiri dan mengampuni mereka yang telah menyakiti
hati kita, meminta maaf dengan segala kerendahan hati kepada semua orang yang
pernah kita sakiti, serta bertekad untuk memulai hidup yang baru yaitu hidup
yang lebih baik dalam iman dan perbuatan.
Lebaran bukanlah saatnya bagi kita untuk menyembunyikan semua dendam di
dalam riuh tawa bahagia bersama sanak saudara dan tetangga. Namun setelah momen
Lebaran usai, riuh tawa bahagia itupun lenyap, kembali berganti dengan amarah
dan kebencian. Bulan Suci Ramadhan bukanlah saatnya bagi kita untuk mencari
pahala sebanyak-banyaknya dengan perbuatan baik dan menjaga hawa nafsu duniawi.
Namun setelah Hari Kemenangan itu berakhir, segala perbuatan maksiat pun
kembali kita lakukan dan tidak pernah peduli untuk beramal sholeh. Lebaran bukanlah
saatnya bagi kita untuk menyombongkan segala hal yang kita miliki (mulai dari
pakaian, perhiasan, tas, sepatu, uang, rumah, kendaraan, pasangan hidup, anak,
prestasi keluarga, perbuatan amal terhadap orang banyak, serta kenangan yang
membanggakan). Tapi menjadi hari penting bagi kita untuk mensyukuri segala hal yang
kita miliki dan membagikan sebagian dari harta yang kita miliki kepada mereka
yang membutuhkan. Lebaran bukanlah saatnya bagi kita untuk berfoya-foya
mengeluarkan seluruh harta yang kita miliki untuk menggelar acara yang sangat spesial
dan berkelas, tetapi saatnya bagi kita untuk beribadah semakin khusyuk kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah meski dalam segala keterbatasan.
Hari Lebaran adalah hari dimana kita melebarkan pintu maaf yang
sebesar-besarnya. Bukan hanya mengampuni kesalahan orang lain namun masih
mengingat perbuatan mereka yang telah menganiaya kita, mengingat pedihnya luka yang
telah mereka goreskan di hati dan jiwa kita. Tetapi kita harus sungguh-sungguh
memaafkan mereka dengan seikhlas-ikhlasnya dan sungguh-sungguh melupakan perbuatan
mereka yang telah menganiaya kita. Hari Lebaran juga hari dimana kita menunduk
serendah-rendahnya untuk meminta maaf. Menyesali kekhilafan yang pernah kita lakukan
secara sengaja maupun tidak sengaja. Bukan hanya meminta maaf karena terpaksa atau
demi mendapatkan sebuah kebanggaan karena telah meminta maaf terlebih dahulu, tetapi
karena adanya kesadaran diri sendiri.
Di hari yang Fitri, mari kita kembali suci. Mengampuni dan diampuni dengan
segala kerendahan hati serta bertekad untuk memperbaharui diri demi kehidupan
yang lebih baik. Karena Lebaran bukanlah tradisi, tetapi pembaharuan diri. Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1434 Hijriah, minal aidin wal
faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar