Kamis, 09 Mei 2013

Tiga Jenis Waktu dalam Kehidupan Manusia (Minggu, 25 September 2011)


Tiga Jenis Waktu dalam Kehidupan Manusia :


1. Kairos = Sekejap, sekali waktu, terbatas.
Contoh : Penderitaan dan Kematian.

Para kaum wanita yang terbiasa untuk bekerja di rumah seperti mencuci baju, menjemur pakaian, menyetrika, memasak, menyapu, mengepel, mengasuh anak, dan melakukan pekerjaan lainnya pasti merasa lelah karena merasa kalau pekerjaan yang ia lakukan tidak ada habisnya. Namun, sadarkah kita kalau pekerjaan itu tidak memakan waktu selama 24 jam non- stop ?

Mungkin banyak di antara kita yang mengalami masalah di tempat kerja seperti difitnah, dimarahi bos di depan karyawan lainnya, merasa ditekan dan dipermalukan oleh rekan sekerja, pekerjaan yang menumpuk. Atau bagi mahasiswa/i dan pelajar mengalami penderitaan seperti tugas - tugas yang menumpuk, banyak ulangan/ujian, bermasalah dengan pengajar (dosen/guru), bermasalah dengan teman dan senior. Namun sadarkah kita kalau penderitaan yang kita alami tidak menyita seluruh waktu kita ? Bahkan tidak sampai memakan waktu setengah dari umur kita di dunia.

Hidup memang pilihan, apakah kita ingin memandangnya sebagai sebuah anugerah sehingga kita selalu mengucap syukur, ataukah kita menganggapnya sebagai suatu penderitaan sehingga kita selalu bersungut - sungut. Meskipun demikian, penderitaan yang kita alami bukanlah suatu hal yang abadi, melainkan hanya sekejap dan terbatas.

Demikian juga kematian yang menghampiri setiap manusia, hanya satu kali. Ada sebuah rumah duka di daerah Cililitan yang bernama KAIROS. Itulah maknanya : KEMATIAN HANYA 1 KALI. Demikian juga penderitaan yang dialami oleh keluarga yang ditinggalkan, hanya bersifat sementara. Tidak selamanya pihak keluarga menangisi seseorang yang meninggalkan mereka. Pasti ada senyuman yang selalu mengembang di antara tetesan air mata. Sehabis hujan, akan tampak pelangi. Setelah air mata meluncur dengan deras, akan ada senyuman dan masih ada masa depan yang cerah.


2. Kronos = Banyak waktu, biasa saja/tak berasa.
Contoh : Prinsip "TarSok" dan Kehidupan yang Hambar.

Banyak orang yang menerapkan prinsip "Tarsok", yang artinya "Bentar, Besok" dan cenderung mengulur - ulur waktu untuk melaksanakan suatu pekerjaan (menunda pekerjaan). Hal ini dilatarbelakangi oleh rasa malas dan pola pikir dari orang tersebut. Beginilah pola pikir mereka : "Tenang, masih ada hari esok", "Masih banyak waktu kok, besok - besok aja dikerjain", "Gak usah buru - buru ah, masih banyak kesempatan kok".

Karena manusia memiliki waktu yang banyak, manusia cenderung merasa hambar dengan pekerjaan yang ia lakukan. Banyak orang yang merasa bosan dengan kehidupannya karena kegiatan yang ia lakukan hanya itu - itu saja, rutinitas yang membosankan. Hal ini terjadi karena manusia tidak mengucap syukur atas segala sesuatu yang Tuhan karuniakan kepadanya. Mungkin di satu sisi, manusia yang hidup dengan rutinitasnya yang membosankan, ingin agar kematian segera menjemputnya. Tetapi di sisi lainnya, manusia yang mengalami sakit parah dan tidak lama lagi akan "berpulang", meminta agar Tuhan memperpanjang masa hidupnya. Manusia memang cenderung egois, sering menginginkan agar kondisi (waktu dan lingkungan) mengikuti kemauan dirinya, bukan dirinya yang beradaptasi dengan kondisi (waktu dan lingkungan).


3. Aion = Jangka panjang, selamanya.
Contoh : Kehidupan Kekal.

Setiap manusia pasti menginginkan waktu ini, saat dimana manusia hidup kekal dengan penciptanya di Surga. Banyak orang yang berusaha mendeskripsikan tentang Surga. Ada yang menyebutkan kalau Surga berada di atas langit biru dan terletak jauh dari bumi, ada yang menduga kalau Surga adalah tempat yang terindah seperti Taman Eden dan kita akan hidup sejahtera di sana (kita akan dilayani oleh para malaikat), ada yang menjelaskan kalau manusia yang masuk ke dalam Surga akan memuji dan menyembah Tuhan selamanya (dengan posisi orang yang sedang bersujud). Namun sebesar apapun usaha manusia untuk mendeskripsikan Surga, Surga bukanlah sesuatu yang bisa dideskripsikan dan dianalisa dengan menggunakan logika dan pemikiran manusia. Karena jika kita hanya mengandalkan otak kita, maka kita akan keliru dalam memprediksi tentang Surga dan segala kondisinya. Meskipun demikian, keberadaan Surga dapat kita imani (Ibrani 11 : 1 = "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat")

Setiap manusia yang sudah meninggal dunia tidak akan kembali hidup lagi untuk menceritakan tentang Surga dan segala isinya kepada pihak keluarga yang masih hidup, karena itulah manusia yang masih mendapatkan kesempatan hidup di dunia tidak akan tahu tentang bentuk dan rupa Surga. Meskipun demikian, setiap manusia pasti memiliki pemahaman sendiri tentang Surga, menurut agama yang dianutnya. Agama hanyalah sarana bagi manusia untuk ber - Tuhan. Sayangnya, banyak orang yang beragama tetapi tidak ber - Tuhan, artinya, agama hanya disandang sebagai identitas untuk melengkapi data di KTP maupun Kartu Keluarga, tetapi ajaran agama yang ia anut tidak dilaksanakan.

Jika saya menuliskan tentang Surga di catatan saya ini, mungkin banyak orang yang menentang saya, karena deskripsi kami yang berbeda. Topik tentang Surga bisa menjadi hal yang sangat kontroversial. Orang - orang yang sudah pernah mengalami Mati Suri, biasanya sempat merasakan masuk Surga. Kita pun dapat mendengarkan pengalaman mereka tentang Surga. Orang - orang yang demikian harus mengucap syukur karena ia diberikan kesempatan yang kedua untuk merasakan Anugerah Kehidupan.

Semoga bermanfaat, Tuhan memberkati.



Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Tiga Jenis Waktu dalam Kehidupan Manusia (Minggu, 25 September 2011) oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 25 September 2011 pukul 11:59"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar