Takut. Semua orang pasti pernah merasakan takut, dan ketakutan setiap orang
pastilah berbeda-beda. Ada orang yang takut tidak berhasil menggapai
cita-citanya atau takut gagal menjadi orang yang sukses, ada orang yang takut
berperilaku menyimpang ketika sudah sukses, ada orang yang takut tidak diterima
di sekolah idaman ataupun di tempat kerja yang didambakan, ada orang yang takut
dikucilkan dan tidak dianggap, ada orang yang takut difitnah padahal
sesungguhnya ia ingin berbuat baik dengan tulus, ada orang yang takut
kehilangan harta kekayaannya dan menjadi miskin, ada orang yang takut kehilangan
orang yang dikasihinya, dan masih banyak lagi ketakutan manusia yang beraneka
ragam.
Memang, ketakutan yang kita rasakan cenderung untuk menghambat kita dalam
berpikir, berkata dan bertindak. Misalnya jika kita takut dirampok atau
diperkosa di dalam angkutan umum, ujung-ujungnya kita hanya berdiam diri di
rumah, takut untuk keluar rumah jika tidak ada mobil pribadi yang siap
mengantarkan kemana saja ataupun seseorang yang dapat dipercaya untuk mengantarkan
ke tempat tujuan. Rasa takut itu membuat kita menjadi semakin ragu untuk melangkah
ke depan, takut melakukan segala aktifitas karena kita sudah memikirkan
kegagalan yang akan kita hadapi di depan sana, takut berjuang untuk mewujudkan
cita-cita karena akan ada rintangan yang harus kita lewati di depan sana, dan
kita pun menjadi kalah sebelum berperang. Tetapi, jika kita berusaha untuk
berpikiran positif dan melihat ketakutan dari sisi yang berbeda, rasa takut
yang muncul di diri kita tidak akan menghambat aktifitas kita, bahkan rasa
takut itu bisa memacu kita untuk berbuat yang lebih baik lagi.
Saya akan menceritakan pengalaman kedua saya dengan seekor cicak, dimana
akhirnya saya bisa mengambil makna kehidupan dari kejadian tersebut. Saat saya
di dapur, ada seekor cicak yang sedang berdiam diri di lantai. Jujur saja, saya
takut ada orang lain yang akan menginjaknya tanpa sadar. Bagi saya, cicak
adalah hewan yang unik, tidak jahat dan berguna. Jadi saya tidak ingin membunuh
hewan yang tak berdosa itu. Akhirnya saya mengusir cicak itu dengan cara menakut-nakutinya.
Cicak itu pun berlari dan berusaha naik ke dinding dapur yang licin karena
terkena cipratan minyak goreng. Saat cicak itu menanjak di dinding dapur, ia
tergelincir, ia malah merosot turun. Meskipun gerakan merosotnya lambat, tapi
minyak yang menempel di dinding itu menghambat cicak tersebut dalam mendaki
dinding dapur. Lalu saya terus saja menakut-nakuti cicak tersebut dengan cara menghentak-hentakkan
kaki saya ke lantai, mengibas-ngibaskan tangan saya dan meniup-niup tubuh cicak
tersebut, seolah saya sedang mengejar dia untuk membunuhnya. Saya pun berfikir,
“Kayaknya ini cicak takut gue bunuh deh. Hahaha,,, Lo gak tau aje Cak,
sebenernya gue nakut-nakutin lo supaya lo pergi ke tempat yang lebih aman”.
Cicak itu takut saya sentuh dan takut saya bunuh, maka dari itu ia terus
berlari menanjak dinding dapur. Ia pun mendapat semangat mendaki dari rasa
takut yang ia miliki. Semakin semangat saya menakut-nakuti dia, semakin
semangat pula cicak itu mendaki dinding dapur yang licin.
Kemudian saya teringat dengan cerita dari seorang guru saat saya masih duduk
di bangku SMA. Beliau berkata, “Kalian pernah nonton film action kan ? Kalian pernah lihat ada orang yang nekat nyeberang
gedung atau terjun ke bawah gedung tanpa alat bantu karena panik dikejar-kejar tapi
gak ada jalan keluar yang aman ? Pasti kalian pernah lihat adegan itu. Ada penjahat
yang berlari-lari di atas gedung, dia dikejar-kejar polisi. Di ujung gedung,
dia gak bisa turun, gak bisa lari ke kiri atau ke kanan lagi. Pilihannya cuma 2,
kalo gak terjun ke bawah, ya nyeberang ke gedung lainnya, dari pada ditangkep
polisi ? Memang yang namanya film pasti ada standar keamanan yang bisa
melindungi para pemainnya dari bahaya. Tapi aksi nekat penjahat untuk
menyeberangi gedung atau terjun ke bawah gedung bisa dijelaskan secara nalar. Sadar
atau tidak, kalo kita dalam kondisi kepepet, kita jadi lebih nekat dari
biasanya. Ada sebuah hormon yang diproduksi oleh tubuh saat kita menghadapi
ketakutan itu, dan hormon itu yang menyebabkan kita berani untuk berbuat nekat,
berperilaku di luar nalar kita. Gak ada lagi rasa takut, semuanya dihadapi
dengan kenekatan”.
Saya pun berpikir, apa yang dikatakan oleh beliau ada benarnya juga. Terkadang
kalau kita takut dan panik, kita malah berbuat nekat. Yang menjadi
permasalahannya ialah, kenekatan tersebut bersifat positif atau negatif. Terlepas
dari itu semua, di sini saya akan membuktikan bahwa ketakutan yang kita rasakan
sebenarnya bukan menjadi penghambat bagi kita untuk berfikir, berbicara dan
bertindak. Ketakutan itu malah bisa menjadi motivasi atau dorongan bagi kita
untuk berbuat yang lebih baik lagi. Ketakutan bisa menjadi penyemangat bagi kita
dalam menghadapi tantangan. Bahkan ketakutan itu bisa menjadi sarana bagi kita
untuk membuat strategi dalam berperang untuk meng-goal-kan tujuan hidup kita.
Jika kita takut tidak diterima di sekolah idaman ataupun di tempat kerja
yang didambakan, kita harus berusaha untuk meningkatkan kualitas diri kita agar
kita dinilai sanggup dan pantas untuk bersekolah di sana atau bekerja di sana. Jika
kita takut kehilangan orang yang kita kasihi karena ada orang lain yang akan
merebut perhatiannya, kita harus mengusahakan yang terbaik dan selalu mengasihi
orang yang kita sayangi tersebut. Jika kita takut tidak berhasil menggapai
cita-cita atau takut gagal menjadi orang yang sukses, kita bisa mengatur
strategi kehidupan kita. Kita bisa menetapkan target kehidupan kita dan
kemudian meraih goal-goal kecil yang
akan memotivasi kita untuk meraih goal-goal
besar.
Jadi, jangan takut dalam menghadapi ketakutan tersebut, karena sesungguhnya
ketakutan tersebut bisa menjadi sumber kekuatan bagi diri kita. Dan kemudian, kita
akan menjadi lebih kuat dari pada ketakutan itu sendiri. Fear makes you become stronger, and then you will be stronger than the
fear itself.
Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.