Hari itu seperti kisah di sinetron yang menjadi kenyataan ketika kedua
sejoli yang sedang dimabuk asmara pergi berdua. Setelah menonton film bioskop
bersama teman-temannya, Bubu dan Gege pun pulang berdua. Bubu membonceng Gege
dengan motor birunya. Mereka pun keluar dari mall tempat mereka menonton
bioskop setelah menyantap makanan dan minuman serta berbincang ramai dengan teman-teman
mereka. Tapi tidak berapa lama, hujan pun turun rintik-rintik dan semakin lama
semakin deras saja. Bubu memutuskan untuk menghentikan laju motornya di sebuah Halte
Bus dan mereka pun berteduh di sana. Hampir satu jam mereka menunggu hujan
reda, berbincang dalam kemesraan seolah dunia milik berdua. Wajar saja,
relationships mereka baru
berjalan satu setengah bulan. Ibarat pengantin yang baru menikah, mereka selalu
ingin honey moon setiap saat. Demikian
juga dengan Bubu dan Gege yang ingin berduaan tiap saat. Mereka masih sangat
hangat dalam menjalani hubungan itu. Hukum Jam Detik pun berlaku, satu jam
serasa satu detik, itulah yang mereka rasakan saat itu.
Dan seperti di sinetron pula, malam itu Bubu memberikan jaketnya kepada Gege
agar Gege tidak kedinginan. Wajar saja, hujan di malam Kamis itu terlalu deras
sehingga percikan air hujan juga membasahi orang-orang yang berteduh di bawah
halte, termasuk Bubu dan Gege. Gege memang merasa kedinginan karena terkena
percikan air hujan ditambah dengan udara malam yang mengigit, namun wanita kuat itu tidak
mau terlihat lemah dan cengeng dengan kondisi yang ada, ya meskipun ia lebih sering
berperilaku manja di depan Bubu. Bubu pun berinisiatif untuk menyerahkan
jaketnya tanpa diminta oleh Gege, kemudian Bubu menyuruh Gege memakai jaket itu.
Bubu juga sempat naik ke atas tangga jembatan penyeberangan untuk melihat
kondisi di sana. Bubu berharap bahwa di sana lebih aman dari serangan percikan
air hujan, namun kenyataan yang didapat bahwa berteduh di bawah halte lebih
aman dari pada di tangga jembatan penyeberangan itu. Bubu juga memutuskan untuk
mengambil mantel hujannya dari bagasi motor untuk menutupi punggung mereka
berdua agar tidak terserang percikan air hujan dari arah belakang. Bubu sangatlah baik.
Yang namanya wanita pasti memiliki sifat manja, terutama saat wanita itu
sedang bersama orang yang ia cintai. Selama menunggu hujan reda, kepala Gege
terus menerus bersandar di bahu Bubu, dan Bubu pun tidak melepaskan rangkulannya
dari pundak Gege seolah ingin memberikan kehangatan kepada Gege. Memang terlihat
sangat romantis meski mereka sedang terkepung oleh ribuan rintik hujan yang
mengigit tubuh buntal mereka berdua. Adegan romantis yang sering diperlihatkan
di sinetron-sinetron kini sedang mereka alami, bahkan sama persis. Cerita demi
cerita pun mengalir dari mulut mereka berdua, mengisi waktu yang kosong dengan
hati yang penuh cinta. Cerita mengenai keluarga menjadi topik utama dalam pembicaraan
mereka kini. Berbagi kisah dalam kasih dan berbagi cinta dengan hati, hingga
hujan benar-benar berhenti mengepung dan mereka pun bisa kembali melanjutkan
perjalanan pulang. Bubu adalah pria yang bertanggungjawab, ia mengantarkan Gege
hingga Gege menginjakkan kaki di rumahnya yang sederhana.
Sesampainya di rumah Gege, mereka berdua pun kembali melanjutkan obrolan
yang seru. Mulai dari pengalaman berkendara, keluarga, teman, sampai bisnis. Dan
kembali ke Hukum Jam Detik, tidak terasa sudah 3 jam Bubu berbincang dengan
Gege, tetapi sepertinya mereka baru saja menghabiskan 3 detik untuk berbincang berdua.
Dan mereka masih membutuhkan banyak waktu untuk berbincang berdua, menceritakan
semua sisi kehidupan mereka sampai hal yang terkecil sekalipun, sehingga mereka
bisa saling mendalami karakter pasangan dan mengenal keluarga pasangan. Tidak peduli
di halte yang sempit dan dihuni oleh banyak orang, ataupun di taman yang sepi
dan menenangkan, atau bahkan di tempat makan yang ramai dan penuh sesak, selama
mereka berdekatan maka dunia serasa milik berdua (sedangkan orang yang lainnya
hanya mengontrak sementara waktu, jadi tidak perlu dihiraukan kehadirannya). Dan
mereka sangat rindu untuk menghabiskan waktu berdua, sekedar berbincang seru
atau bahkan berbincang mesra dengan dibumbuhi kecupan pipi dan pelukan hangat dalam
aksi komunikasi mereka.
Bubu dan Gege merasa puas dengan hari itu karena mereka menghabiskan waktu
berdua. Sepertinya Tuhan sedang melukiskan kisah cinta untuk mereka dengan
mendatangkan hujan deras yang memaksa mereka untuk berteduh di halte meski Gege
ingin segera sampai di rumahnya. Dan Tuhan juga mengizinkan Bubu untuk
menghabiskan sisa malamnya di rumah Gege dengan segelas susu coklat buatan Gege
serta tawa canda bahagia dari mereka berdua. Malam Kamis yang indah kini
menjadi Malam Minggu, malam yang diidentikkan dengan kemesraan pasangan yang
sedang dimabuk cinta, malam dimana waktunya para pria dan wanita memadu kasih
dalam kemesraan, malam dimana setiap pasangan merayakan momen berduanya dengan
kekasih tercinta. Tetapi kapan pun waktunya, selama hati Bubu dan Gege masih
saling terpaut, maka setiap hari mereka bisa merasakan momen yang romantis,
setiap malam bisa menjadi Malam Minggu, bahkan setiap detik bisa menjadi rasa
syukur karena kini mereka sedang menjalani hubungan yang khusus. Kapan pun bisa
menjadi momen yang spesial asalkan kita berada di sisi orang yang spesial.
Bubu dan Gege tidak akan pernah tahu kisah apa lagi yang akan Tuhan goreskan
pada perjalanan cinta mereka, baik ataupun buruk. Bubu dan Gege hanya bisa
menjalani skenario yang telah Tuhan tetapkan dalam kehidupan mereka, tanpa ada
hak untuk mengubah cerita pada skenario tersebut, karena Tuhan tahu apa yang
terbaik untuk hubungan mereka, kini dan selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar