Kamis, 08 Agustus 2013

Bubu dan Gege (part 1)

          Hari itu seperti kisah di sinetron yang menjadi kenyataan ketika kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara pergi berdua. Setelah menonton film bioskop bersama teman-temannya, Bubu dan Gege pun pulang berdua. Bubu membonceng Gege dengan motor birunya. Mereka pun keluar dari mall tempat mereka menonton bioskop setelah menyantap makanan dan minuman serta berbincang ramai dengan teman-teman mereka. Tapi tidak berapa lama, hujan pun turun rintik-rintik dan semakin lama semakin deras saja. Bubu memutuskan untuk menghentikan laju motornya di sebuah Halte Bus dan mereka pun berteduh di sana. Hampir satu jam mereka menunggu hujan reda, berbincang dalam kemesraan seolah dunia milik berdua. Wajar saja, relationships mereka baru berjalan satu setengah bulan. Ibarat pengantin yang baru menikah, mereka selalu ingin honey moon setiap saat. Demikian juga dengan Bubu dan Gege yang ingin berduaan tiap saat. Mereka masih sangat hangat dalam menjalani hubungan itu. Hukum Jam Detik pun berlaku, satu jam serasa satu detik, itulah yang mereka rasakan saat itu.

          Dan seperti di sinetron pula, malam itu Bubu memberikan jaketnya kepada Gege agar Gege tidak kedinginan. Wajar saja, hujan di malam Kamis itu terlalu deras sehingga percikan air hujan juga membasahi orang-orang yang berteduh di bawah halte, termasuk Bubu dan Gege. Gege memang merasa kedinginan karena terkena percikan air hujan ditambah dengan udara malam yang mengigit, namun wanita kuat itu tidak mau terlihat lemah dan cengeng dengan kondisi yang ada, ya meskipun ia lebih sering berperilaku manja di depan Bubu. Bubu pun berinisiatif untuk menyerahkan jaketnya tanpa diminta oleh Gege, kemudian Bubu menyuruh Gege memakai jaket itu. Bubu juga sempat naik ke atas tangga jembatan penyeberangan untuk melihat kondisi di sana. Bubu berharap bahwa di sana lebih aman dari serangan percikan air hujan, namun kenyataan yang didapat bahwa berteduh di bawah halte lebih aman dari pada di tangga jembatan penyeberangan itu. Bubu juga memutuskan untuk mengambil mantel hujannya dari bagasi motor untuk menutupi punggung mereka berdua agar tidak terserang percikan air hujan dari arah belakang. Bubu sangatlah baik.

          Yang namanya wanita pasti memiliki sifat manja, terutama saat wanita itu sedang bersama orang yang ia cintai. Selama menunggu hujan reda, kepala Gege terus menerus bersandar di bahu Bubu, dan Bubu pun tidak melepaskan rangkulannya dari pundak Gege seolah ingin memberikan kehangatan kepada Gege. Memang terlihat sangat romantis meski mereka sedang terkepung oleh ribuan rintik hujan yang mengigit tubuh buntal mereka berdua. Adegan romantis yang sering diperlihatkan di sinetron-sinetron kini sedang mereka alami, bahkan sama persis. Cerita demi cerita pun mengalir dari mulut mereka berdua, mengisi waktu yang kosong dengan hati yang penuh cinta. Cerita mengenai keluarga menjadi topik utama dalam pembicaraan mereka kini. Berbagi kisah dalam kasih dan berbagi cinta dengan hati, hingga hujan benar-benar berhenti mengepung dan mereka pun bisa kembali melanjutkan perjalanan pulang. Bubu adalah pria yang bertanggungjawab, ia mengantarkan Gege hingga Gege menginjakkan kaki di rumahnya yang sederhana.

          Sesampainya di rumah Gege, mereka berdua pun kembali melanjutkan obrolan yang seru. Mulai dari pengalaman berkendara, keluarga, teman, sampai bisnis. Dan kembali ke Hukum Jam Detik, tidak terasa sudah 3 jam Bubu berbincang dengan Gege, tetapi sepertinya mereka baru saja menghabiskan 3 detik untuk berbincang berdua. Dan mereka masih membutuhkan banyak waktu untuk berbincang berdua, menceritakan semua sisi kehidupan mereka sampai hal yang terkecil sekalipun, sehingga mereka bisa saling mendalami karakter pasangan dan mengenal keluarga pasangan. Tidak peduli di halte yang sempit dan dihuni oleh banyak orang, ataupun di taman yang sepi dan menenangkan, atau bahkan di tempat makan yang ramai dan penuh sesak, selama mereka berdekatan maka dunia serasa milik berdua (sedangkan orang yang lainnya hanya mengontrak sementara waktu, jadi tidak perlu dihiraukan kehadirannya). Dan mereka sangat rindu untuk menghabiskan waktu berdua, sekedar berbincang seru atau bahkan berbincang mesra dengan dibumbuhi kecupan pipi dan pelukan hangat dalam aksi komunikasi mereka.

          Bubu dan Gege merasa puas dengan hari itu karena mereka menghabiskan waktu berdua. Sepertinya Tuhan sedang melukiskan kisah cinta untuk mereka dengan mendatangkan hujan deras yang memaksa mereka untuk berteduh di halte meski Gege ingin segera sampai di rumahnya. Dan Tuhan juga mengizinkan Bubu untuk menghabiskan sisa malamnya di rumah Gege dengan segelas susu coklat buatan Gege serta tawa canda bahagia dari mereka berdua. Malam Kamis yang indah kini menjadi Malam Minggu, malam yang diidentikkan dengan kemesraan pasangan yang sedang dimabuk cinta, malam dimana waktunya para pria dan wanita memadu kasih dalam kemesraan, malam dimana setiap pasangan merayakan momen berduanya dengan kekasih tercinta. Tetapi kapan pun waktunya, selama hati Bubu dan Gege masih saling terpaut, maka setiap hari mereka bisa merasakan momen yang romantis, setiap malam bisa menjadi Malam Minggu, bahkan setiap detik bisa menjadi rasa syukur karena kini mereka sedang menjalani hubungan yang khusus. Kapan pun bisa menjadi momen yang spesial asalkan kita berada di sisi orang yang spesial.


          Bubu dan Gege tidak akan pernah tahu kisah apa lagi yang akan Tuhan goreskan pada perjalanan cinta mereka, baik ataupun buruk. Bubu dan Gege hanya bisa menjalani skenario yang telah Tuhan tetapkan dalam kehidupan mereka, tanpa ada hak untuk mengubah cerita pada skenario tersebut, karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk hubungan mereka, kini dan selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar