Rabu, 23 Februari 2022

Merendah Untuk Meroket, Terluka Untuk Pulih


        Pada suatu pagi saya sangat bingung saat mencari rok merah kesayangan saya. Ya, saya akan menggunakannya untuk pergi ke Pesta Batak seperti pada umumnya yang dilakukan oleh para Wanita Batak lainnya. Jenis rok yang saya cari ialah rok bertali, seperti songket yang dililit dan diikatkan di pinggang. Saya ingat betul, saya menyimpannya di dalam lemari, namun tidak menutup kemungkinan bahwa rok tersebut terselip di tumpukan baju kering. Tapi sungguh saya ingat betul, setiap selesai pesta, saya mencuci kebaya serta rok tersebut kemudian memasukkannya ke lemari pakaian agar dapat digunakan kembali jika ada pesta di minggu-minggu berikutnya. Biar bagaimanapun juga, saya tidak ingin senewen mencari barang yang hilang karena terselip entah dimana ketika saya sangat membutuhkan barang itu dalam kondisi mendesak.


        Pagi ini pun demikian, setidaknya 1-2 hari sebelum pesta, saya selalu mempersiapkan pakaian pesta agar tidak pontang-panting mencari ini dan itu. Berkali-kali saya mencari rok tersebut di lemari namun tidak terlihat. Saya sampai meraba setiap hanger, melihatnya di bagian tengah hanger, dimanakah rok tersebut saya selipkan, biasanya saya pasangkan dengan kebaya atau baju pesta lainnya di dalam satu hanger yang sama. Namun hasilnya nihil. Saya pun memutuskan untuk mencarinya di lemari bagian bawah, mungkin tidak sengaja terjatuh saat saya mengambil pakaian lainnya dari hanger. Ketika saya duduk di lantai, tersembul tali rok bergelantungan di hanger, tepat di depan mata saya. Ternyata rok yang saya cari berada di balik rok lainnya, sehingga tidak terlihat oleh mata dan tidak teraba oleh tangan ketika saya mencarinya saat saya berdiri.


        Ya, dalam hidup pun demikian adanya. Untuk melihat pemandangan indah, memang sebaiknya kita harus naik ke puncak gunung, berada pada posisi yang lebih tinggi agar kita dapat melihat seluruh ciptaan Tuhan yang sangat mengagumkan. Tapi tidak semua yang tinggi itu baik adanya. Terkadang kita juga perlu turun ke curug untuk dapat melihat air terjun yang indah dan mendengarkan aliran air yang menenangkan jiwa. Ada kalanya kita harus berada di posisi bawah agar kita dapat melihat sesuatu yang "lebih inti dan lebih detail" yang tidak bisa kita lihat saat kita berada di posisi atas.


        Seperti halnya roda mobil yang berputar, mobil tersebut tidak akan berjalan jika sebuah sisi roda hanya selalu berada di atas saja. Sisi roda tersebut harus turun ke bawah untuk dapat naik kembali, berputar naik dan turun. Hidup pun demikian, terkadang Tuhan tidak membuat semuanya terlihat baik dan menyenangkan. Ada kalanya kita berada di posisi bawah bukan untuk diinjak atau dilindas seperti halnya bagian bawah roda, tapi menjadi pemicu atau pelontar agar kita dapat naik lebih tinggi. Terkadang kita harus merasakan kepahitan agar tahu bahwa hidup tidak selamanya manis. Terkadang kita dihadapkan dengan cobaan hidup bukan untuk diinjak-injak oleh keadaan, tetapi untuk mengambil langkah start agar dapat melompat lebih tinggi dari sebelumnya. Seperti halnya anak panah yang harus mundur beberapa meter untuk dapat terbang sampai puluhan meter. Dan seperti halnya roda mobil yang berputar, baik saat kondisi kita sedang di atas ataupun saat kondisi kita sedang di bawah, keduanya saling bergantian agar mobil dapat berjalan sampai ke tujuan.


        Demikian juga hidup kita seperti hiking track, ada kalanya kita turun ke bawah dan ada kalanya kita mendaki ke atas. Bukankah esensi dari mendaki gunung ialah menikmati terjalnya sisi naik dan sisi turun dari setiap gunung tersebut ? Mungkin terkadang kita lelah dalam mendaki ke puncak gunung, namun setelah kita berada di puncak gunung, kita mendapatkan kepuasan tertentu. Ketika lelah terbayar indah, maka rintangan yang kita temui selama perjalanan menjadi hilang seketika. Namun kemudian kita tidak lupa untuk turun gunung dan kembali ke perkemahan atau bahkan pulang ke rumah masing-masing untuk melanjutkan aktifitas berikutnya.


        Demikian juga hidup, kita harus menikmati setiap pendakian dan turunan, panas dan hujan, rintangan dan kawah curam, agar kita semakin bersyukur atas kekuatan yang kita miliki. Kekuatan yang hanya berasal dari Tuhan yang menjadi motor atau penggerak ketika kita jatuh terpuruk. Karena sejatinya, Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mazmur 34:19). Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tetap berada di bawah, meratapi diri dengan kegagalan dan kondisi sekelilingnya. Karena jika kita mengangkat tangan pertanda berserah penuh, maka Tuhan pun akan turun tangan untuk memulihkan jiwa kita secara utuh.

Semoga bermanfaat, Tuhan Yesus memberkati.