Sekitar tahun 2010 saya mengikuti
Ibadah PHP (Persiapan Hati Pelayan) di universitas tempat saya menuntut
ilmu. Memang, sejak resmi terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Kristen
Indonesia, saya langsung didaftarkan menjadi AKK (Anak Kelompok Kecil) dan
mengikuti kegiatan KK (Kelompok Kecil) yang dipimpin oleh PKK (Pemimpin
Kelompok Kecil). Pada akhir Masa PPMB atau biasa dikenal dengan sebutan OSPEK,
kami para MaBa diwajibkan untuk mengikuti KKR MaBa (Kebaktian Kebangkitan
Rohani untuk Mahasiswa Baru). Karena mahasiswa-mahasiswi di Universitas Kristen
ini tidak hanya dibimbing secara intelejensi saja tetapi juga secara spiritual,
tidak hanya diasah kemampuan akademisnya saja tetapi juga semakin dibentuk dan
dikuatkan dalam iman dan kepercayaan kepada Kristus. Karena berlatarbelakang
Iman Kristiani, maka Universitas yang terletak di Cawang ini juga memberikan
Pendidikan secara Kristiani, termasuk melaksanakan berbagai Ibadah secara terklasifikasi
dan teratur.
Setelah mengikuti KKR, para Pengurus PM (Persekutuan Mahasiswa) mengarahkan
kami para MaBa untuk masuk ke dalam KK. Satu orang PKK membimbing 4-5 orang AKK
dan jadwal kegiatan KK disesuaikan antara PKK dan AKK. Di dalam KK, PKK dan AKK
bersama-sama melakukan PA (Pendalaman Alkitab) dengan menggunakan Buku Panduan,
bernyanyi dan berdoa bersama, serta saling sharing
mengenai HPDA (Hubungan Pribadi Dengan Allah) dan HPDS (Hubungan Pribadi Dengan
Sesama). AKK dibimbing agar semakin beriman kepada Kristus dan dilibatkan untuk
menjadi Pelayan Kristus. AKK dilibatkan untuk menjadi Pelayan di KST (Kebaktian
Seluruh Tingkat) yang dilakukan seminggu sekali di setiap Fakultas yang
melibatkan seluruh angkatan di dalam satu Fakultas, PAF (Persekutuan Antar
Fakultas) yang dilakukan setiap sebulan sekali di lingkungan Universitas yang
melibatkan seluruh Fakultas, atau bahkan P5W (Persekutuan 5 Wilayah) yang
dilakukan sebulan sekali yang melibatkan 5 Wilayah (Jakarta Selatan, Jakarta
Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat).
Setiap AKK juga dibimbing untuk menjadi PKK yang akan memuridkan setelah
dimuridkan, menjadi berkat setelah diberkati. Demikian juga saya yang saat itu
dilibatkan menjadi AKK kemudian ditunjuk untuk menjadi PKK. Sesungguhnya saya
memiliki keinginan untuk menjadi PKK. Ingin membimbing Junior dalam membangun
HPDA dan HPDS-nya, ingin memberikan solusi atas sharing mengenai permasalahan hidup mereka, ingin menambah relasi
dan mengembangkan diri. Namun karena Ibu saya sakit dan harus dirawat di rumah
serta beberapa hari di Rumah Sakit, maka saya sebagai anak wanita terakhir yang
dapat dipercaya, harus merawat Ibu saya. Saat itu Kakak saya yang sudah menikah
dan tinggal bersama keluarga barunya pun juga mengekang saya untuk melayani di
luar. Ia pernah berkata, “Melayani gak cuma
jadi PKK aja, gak cuma jadi Naposo di
gereja aja, tapi di segala hal lo bisa melayani, termasuk ngurus Orang Tua lo yang
cuma satu-satunya. Lo itu cewek, se-cuek-cuek-nya cewek, pasti lebih telaten
dari pada cowok, di rumah kan tinggal
lo cewek satu-satunya”. Maka keinginan saya untuk melayani sebagai PKK pun
terpaksa dikubur dalam-dalam karena kondisi yang tidak memungkinkan.
Di sisi lain, saya memprediksi bahwa menjadi PKK haruslah memulai KK pada
sore hari, biasanya sekitar pukul 17.00 WIB semua jam kuliah untuk Kelas
Reguler berakhir. Maka bisa saja KK dimulai sejak jam 5 sore sampai jam 8
malam. Belum lagi Rapat Pengurus yang biasanya akan dilaksanakan pada sore
menjelang malam karena pagi hingga siang pasti ada kegiatan kuliah. Saat ingin
melayani di Naposo HKBP Pasar Minggu, saya pun terlibat dengan hambatan yang
sama. Kelompok Muda-Mudi tersebut mayoritas merupakan pekerja kantoran yang Office Hour, yang artinya tidak ada jam
bebas sejak pagi sampai petang. Anggota Naposo lainnya merupakan
mahasiswa-mahasiswi yang mengambil Kelas Reguler dengan jam kuliah sejak pagi
sampai sore. Maka mereka hanya memiliki waktu sejak jam 7 malam sampai jam 12
malam.
Saya memang pernah aktif di Naposo sejak September 2010 hingga April 2011,
setelahnya saya vacuum total dan
menjadi Panitia Paskah pada Mei 2013. Saat itu saya pernah melayani menjadi
Panitia Paskah tahun 2011 dan 2013, serta menjadi Anggota Koor di Natal 2010. Karena
jam pelayanan yang malam (rapat, latihan koor dan mengurusi peminjaman peralatan),
maka Ibu saya khawatir akan kondisi saya, takut diculik, diperkosa, lalu
dibunuh karena status saya yang masih perawan. Memang rawan ketika seorang
wanita sering pulang malam. Tetapi jika jam tetapnya seperti itu, maka saya
tidak bisa mengubah Jam Operasional mereka, saya yang harus mengikuti alur Jam
Malam mereka, sehingga imajinasi buruk Ibu saya semakin merajalela dan
menyebabkan beliau dirawat di Rumah Sakit karena kadar gulanya naik. Memang sulit,
tapi itulah kondisi yang saya hadapi, tidak memungkinkan untuk melayani di
luar, tidak memungkinkan untuk bebas berkembang di dunia luar, selalu terkungkung
di rumah sehingga sudah seperti Ibu Rumah Tangga Sejati meskipun saya belum
menikah.
Sekitar tahun 2010, saat saya mengikuti
Ibadah PHP (Persiapan Hati Pelayan) untuk menjadi PKK, saya mendengarkan
Sharing Iman dari salah satu Pemimpin
Kelompok Kecil. Kalau saya tidak salah ingat, wanita yang berinisial S itu
sedang menjabat sebagai Koordinator PM pada saat itu. Beliau adalah PKK dari
PKK kami, karena Motto KK ialah “Murid yang Memuridkan”, maka para PKK kami
yang merupakan senior di kampus kami pada 2 tahun yang lalu juga pernah menjadi
AKK sebelum menjadi PKK bagi saya dan teman-teman seangkatan saya. Pada saat
Ibadah PHP, Kakak yang berinisial S tersebut berkata demikian,
“Setiap manusia diberikan Talenta oleh Tuhan. Ada yang pandai bermain musik,
ada yang pandai berbicara, ada yang pandai menulis, ada yang pandai membaca
sajak, atau apapun. Di dalam Alkitab pun tertulis bahwa talenta yang ada pada
kita, harus kita kembangkan sedemikian rupa agar kita menjadi berkat bagi orang
lain. Kita menjadi berkat untuk orang lain karena Allah telah terlebih dahulu memberkati
kita. Talenta yang kita punya merupakan alat bagi kita untuk melayani Tuhan. Talenta
Pelayanan tersebut berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Apa maknanya
? Talenta yang kita miliki berasal dari Tuhan, talenta tersebut diberikan oleh
Tuhan secara cuma-cuma. Dalam melayani
pun, Tuhan selalu menyertai kita, oleh Tangan Tuhan kita bekerja, bukan hanya
dengan tangan kita. Dan pelayanan kita pun diberikan untuk kemuliaan nama Tuhan,
bukan untuk kemuliaan bagi diri kita sendiri”.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Kakak S tersebut. Talenta Pelayanan yang
kita lakukan berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Tuhan memberikan
talenta bagi kita bukan dengan sembarang, tapi juga memiliki tujuan tertentu. Beberapa
di antara kita memang ditunjuk Tuhan untuk menjadi Pendeta, maka Tuhan mengaruniakan
kemampuan berbicara yang baik agar Khotbah yang disampaikan benar-benar dapat diterima
dengan baik oleh Jemaat. Beberapa dari kita ada yang ditunjuk oleh Tuhan untuk
menjadi pemusik di gereja, maka Tuhan mengaruniakan kemampuan bermusik yang
baik agar Jemaat semakin semangat dalam menaikkan sembah dan pujian kepada Allah
Tritunggal. Beberapa di antara kita ditunjuk oleh Tuhan untuk menjadi WL (Worship Leader / Pemimpin Pujian) atau anggota
koor, maka Tuhan mengaruniakan suara merdu untuk dapat memuliakan Tuhan. Beberapa
di antara kita juga diberikan talenta memimpin yang baik, sehingga kita sanggup
mengkoordinir sejumlah orang untuk bersama-sama bergerak menjadi Super Team dalam menyukseskan Acara
Natal atau Acara Paskah demi kemuliaan nama Tuhan.
Dalam melaksanakan berbagai pelayanan tersebut, tentunya kita selalu
diberkati Tuhan. Kita disanggupkan dan dikuatkan oleh Tuhan untuk melakukan
berbagai pelayanan di sana sini. Mungkin kita sudah lelah dalam bekerja dan
kuliah sejak pagi hingga sore, dari Senin sampai Jumat, tetapi Tuhan memampukan
kita untuk tetap melayani pada malam hari serta pada hari Sabtu dan Minggu. Tuhan
senantiasa memberikan kesehatan dan hikmat dalam bertindak di dalam pelayanan
kita masing-masing. Tuhan selalu menguatkan kita yang lemah, lelah atau putus
asa dalam pelayanan. Para Pekabar Injil yang memberitakan Injil di berbagai
daerah pedalaman serta daerah yang rawan akan Ilmu Hitam pasti merasa takut dan
khawatir akan kegagalan yang menimpanya. Tetapi karena penyertaan dan kekuatan
dari Tuhan, para Pekabar Injil tersebut tetap memberitakan Kabar Suka Cita
meski harus Mati Martyr. Dan jika Tangan Tuhan tidak menyertai pelayanan kita,
maka kita tidak akan sanggup untuk melayani Dia dengan hanya mengandalkan
kekuatan kita.
Saya pernah mengalami hal tersebut saat ikut serta dalam Panitia Paskah pada
Mei 2013. Sekitar pukul 11 malam kami baru selesai latihan drama, tetapi saya
tidak mungkin pulang lebih awal karena harus mengurusi kostum drama, saya harus
memasukkan kembali ke plastik-plastik sesuai dengan klasifikasinya. Rasa lelah
dan kantuk yang teramat sangat menghantui saya. Saat itu malam terakhir bagi
kami sebelum Hari H, dan seluruh Panitia serta Pemain Drama yang hadir
melakukan Doa Bersama untuk acara esok pagi. Setelah berdoa dan bernyanyi, “Jangan
Lelah”, saya pun menjadi semangat kembali. Saya merapihkan kostum bersama
dengan panitia yang lainnya lalu pulang ke rumah.
Berbagai pelayanan yang kita lakukan tersebut adalah untuk Tuhan, bukan
untuk manusia atau bahkan Dewa-Dewa yang lainnya. Pada awalnya saya tidak mengenal
prinsip “pelayanan”. Bagi saya, ketika saya ditunjuk untuk menjadi Panitia
Natal di gereja atau anggota koor atau kolektan di Ibadah KST maupun di ibadah
gereja, saya hanya menjalankannya dengan begitu saya, seolah menjalankan
kewajiban untuk manusia tanpa menghayati apa yang saya lakukan untuk Tuhan. Saya
merasa bahwa saya sedang membantu manusia karena mereka meminta saya untuk
melakukan ini dan itu tanpa berfikiran bahwa yang saya lakukan merupakan
persembahan yang hidup untuk Tuhan. Tetapi pada akhirnya saya menyadari bahwa hidup
yang Tuhan berikan haruslah dikembalikan kepada Tuhan seperti yang tertulis
dalam Roma 12 : 1 (Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati). Dengan demikian,
Talenta Pelayanan yang diberikan oleh Tuhan haruslah juga dikembalikan kepada
Tuhan seperti yang tertulis di dalam Matius 25 : 14-30. Apa yang kita lakukan
di dunia ini (termasuk semua pelayanan kita) adalah untuk kemuliaan nama Tuhan,
bukan untuk menunjukkan eksistensi diri kita atau bahkan untuk memegahkan diri
kita. Karena tubuh dan jiwa yang kita hidupi sekarang berasal dari Tuhan dan
akan kembali kepada Tuhan. Sama seperti Talenta Pelayanan yang ada pada diri
kita, berasal dari Tuhan dan dikembalikan untuk memuliakan nama Tuhan.
Inilah yang saya lakukan pada blog “Goresan Tinta Kehidupan” milik saya. Mungkin
hobby membaca buku cerita saat SD dan membaca novel saat SMP hingga sekarang, sangat
berpengaruh pada kemampuan verbal saya, saya menjadi lancar dalam menulis
terutama dalam bentuk narasi. Sempat terfikirkan oleh saya bagaimana jika saya
menjadi Penulis Novel saja ? Tetapi butuh waktu beberapa tahun untuk
menciptakan sebuah novel dan menerbitkannya, tetapi butuh waktu 3 jam untuk
menghasilkan sebuah Artikel Rohani yang siap dipublikasikan di blog saya
sehingga semakin banyak oraang yang terberkati melalui tulisan saya ini. Talenta
inilah yang bisa saya kembalikan kepada Tuhan di tengah kondisi keluarga yang
mengekang saya untuk melayani di dunia luar. Tuhan telah memberikan talenta
untuk menulis kepada saya, dan saya pun dimampukan Tuhan untuk menulis berbagai
Artikel Rohani, sehingga hasil tulisan saya pun saya persembahkan untuk
kemuliaan nama Tuhan.
Jika ada pembaca blog saya yang mengalami perubahan positif setelah membaca artikel
saya, maka saya menyatakan bahwa Tangan Tuhan sedang bekerja pada diri Anda
para pembaca blog saya. Di sini saya hanya menjadi Alat Tuhan, bukan kemampuan diri
saya yang mengubah Anda para pembaca, tetapi Tuhan yang mengubah Anda melalui tulisan
saya. Karena perubahan karakter seseorang bukan dilihat dari orang atau hal yang
mengubahnya, tetapi karena Tangan Tuhan sedang bekerja di dalam diri Anda. Artikel
Rohani dalam blog ini bukan untuk upaya Kristenisasi, melainkan untuk
membagikan berkat karena saya sudah terlebih dahulu diberkati oleh Allah. Saya yakin
bahwa para pembaca blog saya juga sudah banyak mendapat berkat dari orang lain,
dan akan membagikan berkat kepada orang lain juga.
Apapun talenta pelayanan yang Anda miliki dan seberapa kecilpun pelayanan
yang Anda lakukan tidak menjadi masalah. Tetapi yang terpenting ialah, seberapa
besarkah keinginan Anda untuk melayani Dia yang sudah memberikan banyak hal
selama Anda hidup ? Seberapa besarkah keinginan Anda untuk mengembangkan talenta
yang Anda miliki agar Anda persembahkan untuk Dia yang memberikannya secara cuma-cuma ? Karena percuma saja jika
Anda melakukan pelayanan yang besar tetapi kemudian Anda memegahkan diri
sendiri atas keberhasilan dari pelayanan Anda. Karena di dalam pelayanan, yang
patut untuk dimuliakan hanyalah Allah, bukan manusia. Dan jangan sekalipun
manusia mencuri kemuliaan Tuhan karena Talenta Pelayanan berasal dari Tuhan,
oleh Tuhan dan untuk Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar