Minggu, 15 Desember 2013

Perumpamaan Tentang Hidup

          Hidup itu seperti piano atau pianika, ada keyboard berwarna putih sebagai nada normal dan ada keyboard berwarna hitam sebagai nada kromatis (naik setengah dari F menjadi F kruis, F ke F# jika dibaca menjadi Fa ke Fis). Tetapi jika keyboard yang putih dan hitam itu dimainkan sedemikian rupa, sehingga membentuk nada-nada yang harmonis maka akan menghasilkan melody yang sangat indah. Demikian juga hidup kita yang memiliki suka cita dan duka cita yang datang secara bergantian. Itu membuat hidup kita tidak monoton, hanya bahagia saja atau penuh dengan penderitaan saja. Kita akan mendengarkan lagu suka cita dari kehidupan kita yang naik dan turun. Terkadang kebahagiaan digeser oleh penderitaan, terkadang penderitaan digantikan oleh kebahagiaan sehingga kita sanggup bernyanyi kembali di tengah kebahagiaan kita.


          Hidup itu seperti pelangi yang terdiri dari beraneka warna yang berbeda. Tetapi jika disatukan, akan membentuk sebuah paduan warna yang indah luar biasa. Mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu). Tujuh warna dalam satu kesatuan. Banyak warna yang kita rasakan di dalam kehidupan kita. Ada rasa kecewa, bersyukur, bosan, bahagia, bersemangat, lelah, senang, panik, tenang, dan masih banyak lagi. Tetapi jika disatukan, semuanya akan indah. Karena kita tidak hanya terpaku dengan satu atau dua warna saja, tetapi merasakan banyak warna. Kita tidak hanya merasakan kebosanan yang membuat kita semakin bosan, tetapi ada banyak hal yang patut kita syukuri, baik ataupun buruk. Pelangi pun muncul setelah datangnya hujan. Pada awalnya cuaca memang cerah, tetapi kemudian berkabung dan turun hujan, lalu setelahnya pelangi akan muncul ketika awan menggeser dirinya untuk mempersilahkan matahari agar kembali menyinari bumi. Sehabis hujan akan tampak pelangi, selalu ada suka cita setelah duka cita berakhir.


          Hidup itu seperti Sandi Rumput yang memiliki garis naik dan garis turun dengan melekuk patah tanpa ada lengkungan halus. Ada garis panjang dan ada garis pendek. Terkadang kita tiba-tiba terjatuh ketika sedang berada di posisi atas, ada saja cobaan yang menjatuhkan kita ketika kita sedang berjaya. Keterjatuhan dari garis panjang atau garis pendek, keduanya sama-sama menyakitkan. Dan ketika kita terjatuh, kita juga sulit untuk mendaki garis yang curam itu, kembali naik ke titik atas, entah di garis panjang ataupun di garis pendek. Tetapi, di balik garisnya yang curam, susunan garis panjang dan garis pendek dari Sandi Rumput tersebut memiliki arti, yakni huruf-huruf yang bisa disusun menjadi kata-kata dan kalimat. Sandi Rumput bisa mengkomunikasikan sesuatu dari garis panjang dan garis pendek itu. Demikian juga keterjatuhan kita dan pencapaian yang kita raih, juga mengkomunikasikan bahwa kita telah belajar mengenai perjuangan untuk tetap bertahan hidup.


          Hidup itu seperti garis pada EKG (Elektro Kardio Grafi / Electro Kardio Gramm) yang memiliki garis naik dan garis turun untuk mendeteksi detak jantung. Ada garis panjang dan ada garis pendek, ada garis yang menjulang ke atas dari garis horizontal dan ada garis yang jatuh di bawah garis horizontal. Garis-garis tersebut menunjukkan bahwa jantung kita masih berdetak, terlepas dari kondisi jiwa kita yang sedang sadar ataupun koma. Dan bila garis itu melintang datar secara horizontal, itu artinya kita sudah merenggang nyawa. Seperti itulah hidup kita yang naik atau turun, garis naik sebagai simbol keberhasilan atau kesenangan hidup itu melintang bergantian dengan garis turun sebagai simbol kegagalan dan penderitaan hidup. Namun yang pasti, ketika garis-garis tersebut melintang bergantian, itu tandanya jantung kita masih berdetak dan kita masih bisa bernafas. Jika garis itu melintang datar seperti hidup kita yang datar dan tidak merasakan apapun, itu artinya kita telah tiada.


          Hidup itu seperti sebuah film. Banyak cerita yang tertutur, banyak tokoh yang bermain, banyak latar yang digunakan dan banyak tantangan yang harus dihadapi. Seperti itulah kehidupan ini, banyak orang yang Tuhan berikan ke dalam kehidupan kita, setiap orang yang kita temui adalah Guru Kehidupan bagi kita. Kita belajar mengenai banyak hal kepada orang-orang tersebut dan mereka pun demikian. Kita akan mengalami pembentukan karakter dari orang-orang tersebut, kita juga akan mendapatkan banyak pengalaman dan tantangan dari jalan cerita serta latar yang kita lalui semasa hidup ini. Seperti menonton sebuah film, di akhir film kita akan tahu bagaimana ending-nya. Sama seperti hidup ini, kita jalani saja dahulu, maka di akhir kehidupan kita akan tahu bagaimana ending-nya nanti. Tetapi yang jelas, film yang berhasil di-release tandanya adalah film yang baik, entah di dalamnya ada konflik dan kejahatan yang muncul atau murni mengenai kebaikan. Sama seperti hidup kita, kadang hal pahit yang kita rasakan, kadang hal manis yang kita kecap. Sepahit apapun atau semanis apapun kejadian yang kita alami, hidup kita tetaplah baik dan indah. Karena dengan adanya kehidupan, kita bisa merasakan segala sesuatu, mempelajari hal-hal baru, dan memetik berbagai nilai kehidupan.


          Hidup itu seperti air. Seperti air yang menyegarkan tanah kering dan menumbuhkan tunas baru, seperti itulah kita seharusnya. Menjadi motivator bagi orang lain, membawa suka cita bagi orang lain dan mendatangkan berkat setelah diberkati. Seperti air yang menyesuaikan diri di berbagai wadah, seperti itulah kita harus berusaha menyesuaikan diri di berbagai lingkungan dan kondisi. Seperti air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti itulah harusnya diri kita, ikut merendah jika orang lain juga merendah. Tidak meninggikan diri ketika orang lain berada di bawah, tidak semakin menaikkan dagu ketika orang lain menyombongkan apa yang mereka miliki.


          Hidup itu seperti kincir angin yang berputar dan menghasilkan listrik. Demikian juga kita di dalam kehidupan ini, terus berputar dari bawah ke atas kemudian kembali ke bawah dan naik ke atas lagi sampai memberikan sebuah hasil. Di dalam kehidupan, kita dibentuk oleh berbagai peristiwa, baik atau buruk. Dengan kegagalan dan hal-hal buruk, kita belajar untuk bersikap lapang dada, sabar, kuat, tangguh dan tidak mudah menyerah. Kita juga belajar untuk senantiasa bersyukur dan bersukacita dalam segala hal, belajar untuk bertekun di dalam doa dan tetap berpengharapan. Dengan keberhasilan dan hal-hal baik, kita belajar untuk bersyukur dan bersukacita atas apa yang telah kita dapatkan, menjadi berkat setelah mendapatkan berkat, berbagi kasih terhadap sesama, dan mengajak orang lain turut serta bersukacita di dalam suka cita yang kita alami. Setelah mengalami pembentukan di dalam kehidupan ini, kita memberikan hasil kepada orang lain, kita menjadi manusia yang baru, menjadi manusia yang berkembang dan semakin maju, menjadi manusia yang selalu bekerja keras dan mendatangkan hasil yang maksimal.


          Hidup itu seperti sebuah lilin yang berkorban membakar dirinya sampai habis tak tersisa untuk menciptakan terang. Meskipun api yang dihasilkannya tidak sebesar obor dan tidak sehangat api unggun, namun cahaya kecil itu tetep menang dalam mengalahkan kegelapan. Api kecil itu tetap memberikan cahaya dan kehangatan serta sanggup menyalakan lilin-lilin yang lainnya. Demikian juga di dalam hidup, kita mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, harus melakukan pengorbanan untuk orang lain, bahkan sampai harus mengorbankan kepentingan diri kita sendiri. Dan di dalam hidup, kita juga harus menularkan semangat positif, menghangatkan jiwa-jiwa yang rapuh, serta berbagi kasih kepada orang lain seperti lilin yang menyalakan lilin-lilin lainnya. Sekecil apapun api lilin yang menyala, akan sanggup mengalahkan kegelapan. Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat, akan sanggup mengubah dunia dan menunjukkan kepada dunia bahwa kita sanggup menjadi Terang Dunia.


          Hidup itu seperti melompati batu kecil dan batu besar. Setiap jenjang kehidupan memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Jadi ketika kita berhasil, sesungguhnya kita belum sepenuhnya berhasil, karena akan ada hambatan lain yang sedang menunggu di depan kita, hambatan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hambatan yang pernah kita lewati sebelumnya. Hambatan itu menunggu kita, ia menunggu kita melompatinya agar kita meraih keberhasilan yang lainnya, keberhasilan yang lebih besar bila dibandingkan dengan keberhasilan yang sebelumnya. Demikian seterusnya sampai di suatu detik, jantung kita tidak lagi berdetak seiringan dengan detak jam.


          Hidup itu seperti sebuah buku. Sejak kita lahir ke dunia ini, Buku Kehidupan kita masih putih bersih. Halaman pertama baru saja dibuka untuk diisi dan dihias sedemikian rupa. Setiap kejadian yang kita alami di dalam kehidupan ini akan dituliskan ke dalam Buku Kehidupan tersebut. Setiap Buku Kehidupan masing-masing dari kita adalah berbeda, tergantung bagaimana kita menuliskannya dengan rapih dan menghiasnya dengan indah. Setiap kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda di dalam kehidupan ini, setiap kita memiliki jalan kehidupan masing-masing, setiap kita memiliki karakter dan sikap yang berbeda dalam menentukan hidup. Ada yang bertanggungjawab terhadap hidupnya dan ada yang melupakan hidupnya, ada yang menghargai hidupnya dan ada yang membuat hidupnya menjadi sia-sia, ada yang mencintai hidupnya dan ada yang membenci hidupnya. Ketika seorang manusia menghembuskan nafas terakhirnya, ia menutup Buku Kehidupannya dan pergi jauh dari dunia ini. Ia tidak bisa lagi merasakan kehidupan yang beraneka warna dan beraneka rasa. Maka ketika kamu hidup, hiduplah di dalam kehidupanmu dan buatlah kehidupan orang lain menjadi lebih hidup hingga saatnya Tuhan berkata “Waktunya pulang”.


Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.

3 komentar:

  1. Keren kak. Makasih atas inspirasinya. Saya berjanji tidak akan mengeluh lagi dalam menjalani kehidupan saya karena saya tau Tuhan tidak pernah tidur.
    I Love My GOD.

    BalasHapus
  2. Sangat memotivasi sekali . Terima kasih 😊

    BalasHapus