Jumat, 10 Mei 2013

Karena Kita SATU di dalam DIA (Senin, 25 Maret 2013)



            Kehidupan manusia seperti panggung sandiwara, setiap orang memiliki perannya masing-masing. Apapun peran itu, besar atau kecil, penting atau tidak penting, spesial atau biasa saja, semua peran pasti memiliki nilainya masing-masing. Setiap peran adalah berharga, meskipun peran itu kecil dan tidak spesial.

            Jika kita melihat televisi, banyak sandiwara kehidupan di sana, ada yang diangkat dari kisah nyata, ada yang dibuat dari 100 % imajinasi, bahkan ada yang campuran antara kisah nyata dan imajinasi. Tujuan dibuatnya film itu juga berbagai macam, ada yang dibuat untuk menyorot kehidupan masyarakat marjinal, ada yang bertujuan untuk mengkampanyekan suatu gerakan atau suatu partai politik, ada yang bertujuan untuk menaikkan ratting stasiun televisi yang menayangan film tersebut karena film itu diminati masyarakat (meskipun filmnya buruk dan tidak memiliki nilai moral), atau bahkan ada film yang dibuat untuk menggambarkan kondisi suatu negara (peperangan untuk merebut kemerdekaan, keterpurukan ekonomi dan keamanan, serta berbagai macam lainnya).

            Kembali ke masalah peran di dalam sebuah film, mari kita lihat peran sebagai stuntman (pemeran pengganti). Seperti yang kita ketahui, pada film action yang memiliki adegan pemukulan, pembunuhan, atau berbagai adegan yang bertujuan untuk mencelakakan peran utama, kehadiran stuntman sangat dibutuhkan. Jika tidak ada stuntman, maka pemeran utama (orang yang mendapatkan peran yang sangat penting dan spesial) akan benar-benar celaka (luka ringan, luka berat, patah tulang, atau bahkan menyebabkan kematian). Meski peran sebagai stuntman sering dipandang sebelah mata atau bahkan tidak dianggap sama sekali karena posisinya sebagai orang yang dilecehkan dan dijajah, tetapi sesungguhnya peran sebagaistuntman merupakan hal yang sangat penting dan besar.

            Contoh lain ialah pemeran figuran. Mungkin mereka hanya sekedar lewat di belakang pemeran utama, tetapi peran mereka mendukung situasi yang dibangun pada film tersebut. Untuk menunjukkan keramaian di suatu tempat agar terlihat natural atau tidak kaku dan tidak terlihat bila sedang shooting film, sutradara membutuhkan banyak pemeran figuran yang pekerjaannya hanya lewat-lewat tidak beraturan di belakang pemeran utama saat mereka saling berdialog. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa pemeran pembantu atau pemeran figuran sesungguhnya mendukung peran dari pemeran utama. Sehingga secara tidak langsung, peran figuran sesungguhnya juga mendukung nilai positif yang dibangun dari film tersebut.

            Hal yang kecil tidak selamanya benar-benar dianggap kecil dan bernilai kecil. Bahkan di dalam Amsal 6 : 6 (Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak), Tuhan menggunakan semut sebagai hewan yang sangat kecil untuk menjadi contoh bagi para manusia yang malas. Memang pada kenyataannya bahwa semut merupakan hewan kecil yang rajin dan bisa saling bekerjasama dengan kawanannya untuk mengangkut berbagai makanan. Dan dalam Markus 10 : 14 (Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka : “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”), Tuhan berkata bahwa anak-anak kecil adalah yang empunya Kerajaan Allah. Memang pada kenyataannya bahwa anak kecil adalah mereka yang polos dan belum mengenal dosa (meskipun memiliki dosa keturunan dari Adam dan Hawa), belum terkontaminasi oleh lingkungan yang buruk dan belum belajar untuk melawan Tuhan karena mementingkan keegoisannya sendiri.

            Kembali ke masalah peran, kecil atau besar, special atau tidak spesial, setiap peran memiliki fungsinya masing-masing. Fungsi-fungsi tersebut tidak bisa digantikan oleh fungsi lainnya, bahkan fungsi-fungsi tersebut mendukung fungsi yang lainnya. Bila diibaratkan seperti puzzle, satu potong puzzle memiliki tempatnya tersendiri, tempat yang tidak bisa digantikan oleh potongan yang lainnya, tempat yang tidak akan indah dan tidak akan cocok bila digantikan oleh potongan yang lainnya. Dan bila tempat itu tetap kosong karena satu potong puzzle tersebut hilang, maka kita tidak akan bisa melihat keindahan puzzle secara keseluruhan. Sama seperti puzzle, peran juga memiliki tempat tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh peran lainnya dan tidak akan lengkap bila satu peran batal bermain. Puzzle tersebut akan indah bila semua peran bermain dengan sangat rapih di bagiannya masing-masing. Puzzle tersebut juga akan sangat memukau bila tidak ada peran yang batal bermain dan hilang entah kemana.

            Kita, satu di dalam Kristus. Anggap saja, Kristus adalah kerangka puzzle dan kita adalah potongan-potongan puzzle-nya. Kristus sebagai kerangka puzzle, yakni tempat bagi potongan-potongan puzzle disusun dengan rapih untuk membentuk gambar puzzle yang utuh. Jika masing-masing dari kita memainkan peran kita dengan sangat rapih dan teratur, maka kita akan terlihat elok. Bila kita mau berlatih dengan tekun dan bekerjasama untuk memposisikan diri sesuai dengan peran kita masing-masing, maka Tuhan akan dipermuliakan atas apa yang kita lakukan. Bukan dengan kekuatan kita, bukan dengan kemampuan kita, bukan dengan kepintaran kita, bukan dengan kemahiran kita melainkan hanya karena anugerah dan kebaikan Tuhan yang mengizinkan kita untuk berkarya bagi Dia.

Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.





Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Karena Kita SATU di dalam DIA (Senin, 25 Maret 2013) oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 25 Maret 2013 pukul 11:24"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar