Semua manusia pasti
pernah merasakan ketakutan terhadap suatu hal, baik ketakutan terhadap suatu
benda, ketakutan terhadap suatu kondisi yang sedang dihadapi sekarang, atau
ketakutan terhadap suatu kondisi yang akan dihadapi di masa depan. Banyak hal
yang kita takutkan, takut tidak punya pasangan hidup dan melajang seumur hidup,
takut tidak lulus ujian dan menjadi Mahasiswa Abadi atau Siswa Abadi, takut tidak memiliki tabungan dan menderita
di usia lanjut, takut mati dan tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam hidup,
takut kehilangan orang yang disayangi (baik karena putus hubungan ataupun
karena dipisahkan oleh maut), takut bencana alam yang menghilangkan harta
benda, takut gagal jika menempuh Planning
A kemudian kondisi semakin kacau jika kita melanjutkannya dengan Planning B, dan masih banyak ketakutan
lain yang sering kita hadapi.
Namun, apakah
sebenarnya arti dari kata “ketakutan” itu sendiri ? Saya mengutip beberapa pengertian
“takut” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sebagai berikut :
1. Merasa
gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana
2. Tidak
berani (berbuat, menempuh, menderita)
3. Gelisah,
khawatir (kalau…)
Menurut
phobia-fear-release.com dan about.com serta livestrong.com, ada 7 hal yang
paling ditakuti oleh banyak orang, yakni takut mati, takut gagal, takut
ditolak, takut gelap, takut jatuh dari ketinggian, takut kehilangan orang yang
disayangi, dan takut miskin. Saya sendiri pun sering merasakan ketakutan.
Sampai saat ini saya memiliki 3 ketakutan terbesar, yakni takut kehilangan
orang yang saya sayangi, takut mati, dan takut gagal.
Saya takut kehilangan
orang yang saya sayangi, yakni keluarga inti saya (ayah, ibu, abang, kakak) dan
kekasih hati saya. Bahkan saya beberapa kali berimajinasi buruk kalau salah
satu dari mereka mengalami kejadian yang tidak saya inginkan, kemudian saya
tidak akan pernah bisa melihat, berbicara dan memeluk mereka lagi. Saya takut berpisah
dengan mereka, saya takut ditinggalkan oleh mereka, saya takut rindu akan
kehadiran mereka, saya takut “terguncang” jika mereka telah tiada, saya takut
nekat untuk “menyusul” mereka yang tidak lagi berada di samping saya. Saat saya
tiba-tiba mengalami Black Feeling
(silahkan baca http://www.windysitinjak.blogspot.co.id/2014/08/the-black-feeling.html),
saya hanya bisa berkata, “Siapa lagi ya Tuhan ?”, dan untuk kesekian kalinya
saya berdoa dalam hati, “Jangan mereka ya Tuhan”.
Saya juga takut mati,
meskipun saat mengalami permasalahan yang berat, saya sempat berpikiran untuk
mengakhiri hidup dengan cara iblis (silahkan baca http://www.windysitinjak.blogspot.co.id/2014/09/hidupmu-berharga.html). Ketika saya sedang bermasalah dengan seseorang, saya
berandai-andai jika nanti saya telah tiada, maka seperti apakah respon mereka ?
Bagaimanakah ekspresi wajah mereka saat bersedih ? Sebesar apakah rasa duka
yang mereka alami ketika saya telah tiada ? Memang hal tersebut merupakan
pikiran yang nakal, seperti ada rasa untuk balas dendam yang terselip di tengah
luapan emosi. Padahal di sisi lain saya merasa takut jika nanti saya
“berpulang”. Saya takut tidak bisa lagi merasakan kebahagiaan dengan
orang-orang yang saya kasihi, saya takut rindu untuk bertemu mereka, saya takut
kesepian tanpa mereka. Meskipun mereka sering membuat saya kesal dan emosi,
tetapi rasa sayang saya kepada mereka pasti lebih besar dari pada rasa emosi
yang mereka timbulkan.
Saya takut gagal dan
cenderung untuk memastikan kondisi sebelum melangkah jauh ke depan. Karena
jujur, saya adalah Tipe Planner yang
harus menyiapkan semuanya secara detail kemudian baru melangkah, dan akan
sedikit terguncang ketika ada perubahan planning
(meski pada akhirnya saya bisa menangani kondisi tersebut sekaligus melatih
kemampuan Problem Solving yang saya
miliki). Saya akan cenderung melihat dan membaca situasi dan kondisi sebelum
saya melangkah. Setiap saya memiliki planning
tertentu, saya akan cenderung “membaca” atau memprediksi hambatan yang akan
saya hadapi sehingga saya harus siap dalam menangani hambatan tersebut. Saya berusaha
untuk mengambil langkah yang hambatannya paling sedikit (mungkin saya termasuk
tipe orang yang suka dengan Zona Nyaman karena lebih memilih untuk menghadapi
sedikit hambatan).
Memang bagus jika nanti
saya bekerja dalam bidang Strategic
Planner, namun tidak terlalu bagus jika saya menerapkan hal tersebut ke
dalam kehidupan pribadi saya. Karena terlalu banyak berpikir dan
mempertimbangkan segala sesuatu, saya menjadi lebih fokus kepada hambatan yang
ada di depan dari pada peluang yang sebenarnya sangat terbuka lebar. Jika
terlalu banyak pertimbangan maka saya tidak akan mencoba melangkah, seperti
seorang anak yang takut jatuh saat belajar berjalan maka sampai akhir hayatnya
pun ia tidak akan pernah bisa berjalan karena tidak mau mencoba untuk berjalan. Jika
saya menempuh planning A kemudian ada
hambatan X, maka saya akan menempuh planning
B. Akan tetapi pada planning B akan ada
hambatan Y. Dan seterusnya, sampai saya semakin bimbang dengan semua planning yang saya buat sendiri, karena
setiap jalan yang akan saya tempuh pasti memiliki “batu kerikil”, kasar atau
halus, besar atau kecil. Karena sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang
sempurna, termasuk planning (yang
sebagus apapun) yang kita rancang dengan sehebat apapun, pasti ada hambatan
yang melekat di dalamnya.
Saya pun mendapat
kritik dan saran dari seorang teman, “Semakin lo membuat banyak planning buat kehidupan lo, maka semakin
Tuhan akan mengacak-acak hidup lo. Percaya deh, dulu gue juga gitu soalnya. Lo
jalanin dan lo pasrah aja sama Tuhan, karena Dia pasti akan kasih yang terbaik
buat lo”. Memang benar, jika saya terlalu banyak memiliki planning, maka saya seperti orang yang tidak percaya kepada Tuhan,
karena saya terlalu fokus dengan hambatan yang akan saya hadapi dari pada fokus
kepada Tuhan yang jauh lebih besar dan kuat dari pada hambatan tersebut.
Kemudian saya berusaha untuk tangguh dalam merancang My Master Plan untuk menghindari berbagai hambatan. Selanjutnya
saya bisa membanggakan diri, terbang semakin tinggi dan lupa daratan karena
keberhasilan yang saya raih. Saya merasa sudah bisa berdiri dengan kekuatan
saya sendiri dan melupakan kekuatan Tuhan yang sanggup mengubah My Worst Plan menjadi My Best Plan (from Zero to Hero). Sebaliknya, Tuhan akan menghancurkan My Best Plan sampai porak poranda (from Hero to Zero). Bahkan My Master Plan pun bisa hancur
berkeping-keping, habis tak tersisa. It
would be “from the best thing to nothing” if our God was intervened.
Namun apakah hakikat
dari ketakutan tersebut ? Saya berkali-kali berpikir, “Mengapa saya harus
takut” ? Kemudian saya merasakan bahwa Tuhan sedang menyadarkan saya, Ia
berbicara melalui Suara Hati saya. Ya, saya merasakan takut karena 2 hal, yakni
saya terlalu mengandalkan kekuatan diri sendiri, dan saya terlalu campur tangan
dalam “urusan” Tuhan. Seperti halnya saya mengalami ketakutan yang sangat besar
kepada seseorang Pemimpin yang akan menghambat “jalan” saya, saya menyadari
kapasitas yang saya miliki sehingga membuat saya menjadi pesimis untuk berhasil.
Saya pun termakan omongan mayoritas orang bahwa banyak yang gagal jika
menghadapi beliau. Namun setelah saya berbagi kisah dengan Kakak saya, dia pun
berkata, “Jangan termakan omongan orang. Kerjakan bagian kita maka Tuhan akan
mengerjakan bagian-Nya. Segala sesuatu yang tidak bisa kita handle ya didoakan saja, serahkan
semuanya ke Tuhan, biarkan Tuhan yang handle.
Karena Tuhan akan mengubah semuanya, sesuai dengan kehendak-Nya”.
Memang benar, manusia
memiliki kekuatan yang teramat sangat terbatas, dan masih ada kekuatan yang
jauh lebih besar dan jauh lebih kuat dari pada kekuatan manusia. Saya pun
menemukan sebuah rangkaian kata penyemangat. Berawal dari Lukas 1:37 (Sebab
bagi Allah tidak ada yang mustahil). Kemudian direalisasikan dengan Matius
7:7-8 (Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang
meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan). Serta keyakinan penuh yang mendukung dalam Matius
21:22 (Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya). Karena itulah kita dapat mengucapkan kalimat “sakti” dengan penuh
keyakinan dalam Markus 9:23 (Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya).
Namun apakah dengan berdoa saja cukup membuat kita berhasil ? Tidak. Karena
seperti yang tertulis dalam Yakobus 2:17 (Demikian juga halnya dengan iman :
Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka hakekatnya adalah mati). Demikian
juga dengan segala usaha kita, tidak cukup jika hanya berdoa saja tanpa
bertindak, tidak cukup jika hanya hanya meminta tetapi tidak bekerja, tidak
cukup jika hanya bermimpi tanpa bangun dan berjalan untuk merealisasikan mimpi
tersebut.
Penyebab kedua yang
membuat saya merasa takut ialah, saya terlalu campur tangan dalam “urusan”
Tuhan. Seperti saya saat saya mengalami Black
Feeling, saya merasa takut sesuatu yang buruk terjadi. Padahal, jika saya
berserah penuh kepada Tuhan, maka saya akan lebih tenang. Karena seperti yang
terdapat dalam Ayub 1:21b (Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah
nama Tuhan). Tidak ada segala sesuatu yang abadi di dalam dunia ini, karena
semua harta dan nyawa yang kita miliki adalah milik Tuhan, dan hanya Dia-lah
yang memiliki Hak Absolut untuk mengambil kembali, kapanpun dan seberapa
banyakpun yang Ia kehendaki. Karena semua yang Tuhan perbuat adalah baik
adanya, seperti yang terdapat dalam Yeremia 29:11 (Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman
Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan). Meskipun kita mendapatkan
hujan badai, sesungguhnya ada pelangi yang akan muncul setelah hujan tersebut.
Masa depan saya dan
Anda pun sesungguhnya “urusan” Tuhan, jadi kita tidak sepatutnya takut akan
masa depan yang “mau atau tidak mau” dan “suka atau tidak suka” harus kita
jalani. Meskipun manusia memang diharuskan untuk memiliki Visi dan Misi Hidup
agar selalu semangat dalam menjalani hari-hari karena sudah mengetahui Tujuan
Hidupnya, akan tetapi manusia juga harus berserah kepada Sang Pencipta untuk
mengikuti Skenario Kehidupan yang telah Dia racang dengan baik adanya. Karena semua Visi dan Misi Hidup yang kita rancang tersebut hanyalah sebuah
Proposal Kehidupan yang harus dibawa kepada Tuhan dan harus menunggu ACC (ACC =
accord = persetujuan) dari Tuhan.
Karena manusia hanya bisa membuat rencana, tetapi Tuhan yang memutuskannya.
Dengan demikian kita pun harus mengimani Lukas 12:22-23 (Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya : “Karena itu Aku berkata kepadamu : Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan
tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai”). Karena Tuhan akan memberikan semua yang
kita butuhkan di waktu yang tepat, meskipun tidak sesuai dengan planning kita.
Lalu kemudian, apakah
yang harus saya lakukan agar tidak takut lagi ? Menurut
Archbishop yang saya kutip dari http://www.katolisitas.org/6638/jangan-takut-aku-menyediakan-tempat-bagimu),
Fulton Sheen pernah menghitung kata “Jangan
takut” di dalam Kitab Suci, konon jumlahnya adalah 365 kali, sesuai dengan
jumlah hari di dalam 1 tahun. Itu artinya, Tuhan mengingatkan kita agar setiap
hari kita tidak takut dengan apapun juga, akan tetapi kita harus takut akan
Tuhan (mematuhi Hukum-Nya dan menjauhi Larangan-Nya) karena hanya Dialah yang
menjaga kita sejak dalam kandungan sampai kembali kepada-Nya. Saya pun mencari
dan menemukan beberapa kalimat “Jangan takut” di dalam Alkitab, berikut
rinciannya :
1. Matius
10:26
2. Matius
10:28
3. Matius
10:31
4. Matius
14:27
5. Matius
17:7
6. Matius
28:10
7. Markus
5:36
8. Lukas
1:13
9. Lukas
1:30
10. Lukas
2:10
11. Lukas
5:10
12. Lukas
12:4
13. Lukas
12:7
14. Yohanes
14:1
15. Yohanes
14:27
16. Kisah
Para Rasul 18:9
17. Kisah
Para Rasul 27:24
18. Filipi
4:6
19. 1 Yohanes 4:18
20. Ibrani 13:6
21. Bilangan 14:9
22. Ulangan 7:21
23. Ulangan 20:1
24. Ulangan 20:3
25. Ulangan 31:6
26. Ulangan 31:8
27. Ulangan 33:22
28. Mazmur 46:2
29. Mazmur 49:16
30. Mazmur 56:4
31. Mazmur 56:11
32. Mazmur 91:5
33. Mazmur 112:7
34. Mazmur 112:8
35. Mazmur 118:6
36. Ratapan
3:57
37. Yesaya
10:24
38. Yesaya 35:4
39. Yesaya
37:6
40. Yesaya 41:10
41. Yesaya 41:13
42. Yesaya 44:8
43. Yosua 1:9
44. Yosua 11:6
45. Yoel 2:21
46. Yoel 2:22
47. Yehezkiel 2:6
48. Yeremia 1:8
49. Hakim-hakim 6:23
50. 1 Raja-Raja 17:13
51. 2 Raja-Raja 6:16
52. 2
Raja-Raja 19:6
53. 1
Samuel 12:20
54. 2
Tawarikh 20:15
55. 2
Tawarikh 32:7
56. Nehemia
4:14
57. 1
Petrus 3 :14
58. Daniel
10:12
59. Wahyu
1:17
60. Wahyu
2:10
Demikianlah beberapa perkataan
Tuhan di dalam Alkitab yang mengajak kita untuk tidak takut dalam menjalani
kehidupan kita yang semakin berat. Masihkah kita harus takut ? Berserah adalah
kunci utamanya. Jika kita sedang takut, ingatlah sebuah lagu “It Is Well With My Soul” (versi Bahasa
Inggris), “Dung Sonang Rohangku” (versi Bahasa Batak), Jiwaku Tenanglah (versi
Bahasa Indonesia). Apapun yang kita alami di dalam hidup kita, Tuhan akan
selalu menjaga, memeluk dan menyertai kita. Oleh sebab itu kita tidak perlu
lagi berfokus pada rasa ketakutan, melainkan harus berfokus kepada Dia yang memberikan
kekuatan.
Semoga bermanfaat.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar