Kamis, 09 Mei 2013

Mengampuni Lebih Sungguh (Sabtu, 14 Januari 2011)


          "Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan, tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui. Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati, hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan.", itulah sepenggal teks lagu yang dinyanyikan oleh gadis cilik yang kini sudah menjadi dewasa di film petualangannya. Kita pasti tahu tentang alur cerita dalam film bioskop itu. Ada konflik/permusuhan antar manusia yang bermula dari hal kecil, tetapi berkembang menjadi seolah-olah besar. Di dalam teks itu sudah disebutkan bahwa hanya orang yang berjiwa satria yang mau mengampuni.

          Alkitab juga menulis mengenai hal mengampuni. Di dalam Matius 18:21-35 yang berisi Perumpamaan Tentang Mengampuni (ayat 21-22 = Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa kepadaku? Sampai 7 kali?". Yesus berkata kepadanya, "Bukan! Aku berkata kepadamu : Bukan sampai 7 kali, melainkan sampai 70 kali 7 kali"). Wow, betapa banyaknya pengampunan yang harus Petrus lakukan, sampai tak terhitung jumlahnya. Dengan kata lain, setiap ada orang yang melakukan dosa kepada Petrus, maka Petrus harus mengampuni mereka. Hal mengampuni tidak hanya berlaku bagi Petrus, tetapi juga berlaku di masa kehidupan kita yang sekarang.

         Di dalam Markus 11:25-26 juga menuliskan tentang hal mengampuni, "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

          Atau di Matius 5:38-48 kita dapat membacanya dengan seksama (Ayat 38-39 = "Kamu telah mendengar firman : Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu". Ayat 41-45 = "Kamu telah mendengar firman : Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.")

          Di dalam Lukas 6:27-36 yang berisi tentang Kasihilah Musuhmu kita bisa mendapat ajaran tentang hal mengampuni (Ayat 27-28 = "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata : Kasihilah musuhmu, berbutalah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.")

          Serta masih banyak ayat2 Alkitab lain yang membahas tentang hal mengampuni. Kita juga bisa mencari buku2 rohani tentang hal mengampuni. Mungkin ada buku yang berjudul "Mengapa Kita Harus Mengampuni?" atau "Cara Jitu Mengampuni Musuh dengan Cepat" atau "Mengampuni Lebih Baik dari pada Diampuni".

          Semua buku, artikel, dan ayat Alkitab tersebut memang bertujuan baik agar manusia tidak menjadi seorang yang pendendam. Dan meskipun kita sudah cukup sering untuk membaca hal2 mengampuni tersebut, kita masih sulit untuk mengampuni. Ya, hal itu adalah wajar. Kalau kita ingat penderitaan dan sakit yang kita alami akibat seseorang/sekelompok orang yang "ber-ulah" maka kita menjadi dendam terhadap mereka. Kita tidak akan mudah untuk melupakan betapa sakit hati kita karena kesalahan yang diperbuat oleh orang lain kepada kita.

          Memang pada kenyataannya, menyembuhkan luka psikis (pikiran dan hati) jauh lebih lama dan sulit dibandingkan dengan luka biologis (di tubuh manusia). Sebagai contoh, jika tangan kita terluka dan kulitnya terkoyak cukup dalam, maka kita membutuhkan operasi kecil untuk menjahit luka yang terkuak lebar di tangan kita. Dengan bantuan obat2an yang diminum maupun yang dioles setelah menjalani operasi, dalam jangka waktu 1 bulan pun bisa sembuh.

          Tetapi kalau hati kita yang terluka, tidak ada seorang dokter pun yang dapat mengoperasinya, bahkan di apotik tidak ada obat untuk sakit hati. Butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk menyembuhkan luka hati, bahkan sampai ada orang yang bertahan untuk terus mendendam sampai akhir hayatnya. Sungguh tragis.

          Saya pernah membaca suatu artikel singkat yang menceritakan perumpamaan tentang paku yang tertancap di dinding. Seorang ayah menyuruh anaknya untuk memukul-mukul paku ke dinding dengan menggunakann palu, sehingga paku itu tertancap di dinding. Hal tersebut dilakukan oleh si anak sebanyak 5 kali karena sang ayah menyuruhnya. Ayah dan anak tersebut kini melihat 5 buah paku yang tertancap di dinding. Tetapi setelah itu, sang ayah menyuruh anaknya untuk mencabut kelima paku tersebut dari dinding, si anak merasa sangat kesulitan untuk mencabutnya, tetapi sang ayah tidak membantunya. 10 menit kemudian, ayah dan anak itu melihat ada 5 lubang di dinding bekas tancapan paku.

          Kemudian sang ayah bertanya, "Apa yang kamu pelajari dari hal ini Nak?". Si anak menjawab, "Aku belajar tentang ilmu kepatuhan. Saat ayah menyuruhku untuk memaku di dinding ini, aku melakukannya. Dan disaat ayah menyuruhku untuk mencabut paku ini dari dinding, aku melakukannya juga."

          Tetapi sang ayah menjawab, "Bukan itu Anakku. Ayah sedang mengajarimu tentang ilmu luka hati. Saat kamu menancapkan paku2 ke dinding dan memukulnya dengan menggunakan palu, itu artinya kamu sedang menyakiti hati seseorang. Kemudian kamu mencabut paku2 itu dengan sekuat tenagamu, itu artinya kamu sedang meminta maaf dengan susah payah dan dengan berbagai cara kepada orang yang telah kamu sakiti. Sekuat apapun tenagamu untuk mencabut paku itu, kondisi dinding itu tetap berlubang karena bekas paku yang telah kamu tancapkan ke dinding. Sekeras apapun usahamu untuk meminta maaf atas kesalahanmu yang telah menyakiti hati orang lain, orang lain tersebut tetap tidak bisa memaafkanmu sepenuhnya. Luka hatinya masih menguak lebar dan dalam, akibat paku yang kamu tancapkan tadi. Hal ini membuktikan bahwa luka hati sangat sulit untuk diobati. Jadi jangan heran bila ada seseorang yang tetap dendam kepadamu meskipun kamu sudah meminta maaf beribu kalipun, karena kamu sudah terlanjur menyakiti hatinya."

          Mungkin orang bisa memaafkan musuhnya. Tetapi terkadang rasa maaf tersebut hanya seperempat dari rasa dendamnya yang bertumpuk. Atau dengan kata lain, dia tidak mengampuni dengan setulus hati, masih ada akar2 dendam yang sebenarnya tidak terlihat. Suatu saat nanti, akar dendam itu akan bertumbuh menjadi pohon dendam yang besar dan berakar kuat.

          Saat saya ibadah Malam Tahun Baru di Puncak pada tahun 2009, salah satu Inang Uda saya berkata, "Selamat tahun baru, forgive and forget". Saya secara refleks tersenyum kepadanya, tetapi sambil menelaah kata2nya. Forgive (memaafkan) setiap kesalahan orang lain yang telah menyakiti kita. Forget (melupakan) setiap kesalahan orang lain yang telah melukai hati kita. Forget bukan berarti melupakan orang yang pernah bersalah kepada kita, tetapi forget terhadap perbuatan orang tersebut. Hal ini ternyata cocok dengan perkataan yang diucapkan oleh Gembala Sidang sebuah gereja,"Jika kita ingin membenci seseorang, bencilah perbuatan jahatnya, jangan membenci orangnya. Karena jika kita membenci orangnya, maka semua hal yang berkaitan dengan orang itu (mulai dari nama, mobil, tas, sepatu, rumah) akan kita benci juga. Bahkan kita membenci perbuatan baik dari orang itu, kita menjadi negatif thinking kalau orang itu berbuat baik karena ada suatu hal dan tidak berbuat baik dengan tulus. Tetapi jika kita hanya membenci perbuatannya, disaat orang itu berbuat baik maka kita juga akan meresponnya dengan baik pula."

Apakah kita sadar bahwa sebenarnya dendam itu cenderung merugikan diri kita sendiri?
1. Gangguan psikis dapat menyebabkan gangguan biologis
Seperti yang kita ketahui, psikis dan biologis saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Jika kita sedang mengalami tekanan berat/depresi, bisa saja kita menyalurkannya lewat makanan. Ada orang2 yang menjadi naik berat badannya karena sedang stress, tetapi ada orang2 yang tidak napsu makan karena sedang stress. Contoh lainnya, bila kita sering marah2 kepada orang lain, maka kita bisa mengidap hipertensi/darah tinggi yang bisa berujung pada penyakit stroke.

2. Orang yang menyimpan dendam di dalam hatinya akan memiliki tekanan hidup yang sangat berat. Setiap hari ia hanya mengingat kesalahan2 orang yang sudah lama berlalu dan hari2nya hanya diisi oleh kedengkian serta sumpah serapah, tidak ada cinta kasih yang mendiami hatinya. Ia menjadi orang yang paling malang sedunia karena hatinya memiliki bongkahan batu besar dan keras.

3. Dendam tidak akan memperbaiki suasana, malah akan meperkeruh suasana. Dendam yang bertahun-tahun dipendam akan mencetuskan ide untuk membalas dendam, sehingga suasana yang keruh (karena perselisihan) akan menjadi lebih keruh karena adanya "perang" (upaya balas dendam).

4.Dendam membuat seseorang tetap terkurung di dalam masa lalunya yang suram, dan tidak membangkitkan orang tersebut untuk melangkah maju dalam memperbaiki diri.

5. Dendam membuat kita terus berkawan dengan iblis karena kita cenderung mengingat-ingat kesalahan orang dan melupakan kesalahan diri sendiri. Kita seolah menjadi manusia buta dan tidak tahu diri karena cenderung selalu menyalahkan orang lain.

Mengapa kita harus mengampuni?
1. Kristus itu kasih
Orang2 Kristen adalah pengikut Kristus yang Maha Kasih. Kasih yang kita miliki dari Yesus Kristus itulah yang bisa memaafkan beribu-ribu kesalahan orang lain, seperti halnya Yesus yang selalu memaafkan dosa2 kita yang tak terhitung jumlahnya.

2. No body perfect. Setiap manusia pasti punya kesalahan (baik disengaja ataupun tidak disengaja). Karena kelemahan manusia yang mudah jatuh ke dalam dosa inilah yang harus kita pahami sebagai salah satu syarat untuk memaafkan. Seperti halnya orang lain memaafkan kita, seperti itulah kita yang harus memaafkan orang lain.

3. Setiap detik adalah perubahan hidup. Jika kita masih hidup di dalam dendam yang kita pelihara, maka kita tidak dapat merasakan kehidupan baru yang penuh sukacita dan pengharapan.

4. Dendam itu merugikan manusia, seperti yang sudah saya jelaskan di atas.

5. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Percaya/tidak, suatu saat nanti kita pasti membutuhkan musuh kita untuk membantu kita dalam mengerjakan sesuatu. Musuh kita pun juga membutuhkan kita disaat yang tak terduga. Bahkan ada sebuha peristiwa yang menunjukkan bahwa "Musuhku adalah malaikatku".

Bagaimana trik agar kita dapat mengampuni?
1. Berperanlah sebagai si musuh. Jika kita tidak mau mengampuni musuh, apa yang akan dirasakan oleh musuh? Kecewa dan sedih karena tidak dapat dimaafkan? Tentu. Bagaimana perasaan kita jika orang lain tidak akan pernah mau memaafkan kita meskipun kita sudah meminta maaf denagn berbagai cara? Tentunya kita akan merasa sedih dan kecewa juga.

2. Sadarlah bahwa semua manusia tidak luput dari dosa, termasuk Anda. Jadi jangan tinggi hati karena merasa tidak berdosa dan malah menyimpan/mengingat-ingat kesalaha orang lain, tetapi tidak pernah mengingat kesalahan sendiri.

3. Ingatlah berbagai kerugian yang pasti kita dapatkan dari rasa dendam itu, tidak ada satupun keuntungan yang kita dapatkan karena menyimpan dendam. Hati menjadi panas, otak menjadi kacau, itulah dampak menyimpan dendam.

4. Bentuklah pola pikir, "Dendam hanya menguburku di dalam masa lalu. Aku tak mau masa laluku menghambat langkah kakiku untuk melangkah maju menuju masa depanku yang lebih cerah. Aku tak rela bila masa depanku dirusak oleh seseorang/sekelompok orang yang membenciku. Lagi pula aku masih mempunyai ratusan orang yang menyayangiku."

5. Percayalah bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil, termasuk mengampuni dosa2 orang yang sudah bertumpuk. Yesus sanggup untuk mengubah hati kita yang sekeras batu menjadi lembut dan meneduhkan jiwa orang lain. Jika kita berserah pada-Nya, maka Ia akan membantu kita untuk menjadi orang yang selalu mengampuni musuh.

          Mengampuni memang sulit, tetapi karena Tangan Kristus bekerja di dalam hidup kita, maka kita akan sanggup melakukan apapun, melakukan segala sesuatu seturut dengan kehendak-Nya.

Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.



Notes :
Hasil copy paste dari Notes di Facebook "Windy Sitinjak" dengan judul "Mengampuni Lebih Sungguh (Sabtu, 14 Januari 2011) oleh Windy Sitinjak (Catatan) pada 15 Januari 2011 pukul 11:28"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar