Rabu, 31 Desember 2014, saya
dan Abang saya pergi ke gereja bersama untuk mengikuti Ibadah Malam Tahun Baru.
Saat sesi Persembahan, Jemaat menyanyikan Kidung Jemaat 438, “Apapun Juga
Menimpamu” sambil mengumpulkan persembahan. Bait pertama dan kedua pun sudah
selesai dinyanyikan, saatnya musik memainkan melodi tanpa suara Jemaat. Saat
itu Abang saya pun mulai bercerita tentang kejadian yang pernah dialaminya. Sebuah
cerita yang tidak pernah dituturkannya kepada saya sebelumnya, sebuah kisah
yang membuat saya terkejut sekaligus bersyukur.
Seminggu sebelum sahabat
baiknya menikah, Abang saya diajak ke luar kota dengan keluarga calon mempelai
beserta kedua calon mempelai. Pada suatu sore, di jalan pulang, Abang saya yang
membawa mobil di jalan tol dengan kecepatan standart 80 km/jam. Tepat pukul
18.00 WIB (saat maghrib), dimana banyak orang berkata bahwa jam tersebut adalah
jam dimana para makhluk halus berkeliaran untuk “memanggil” mereka yang masih
hidup, tepat di jalan tol itu, mobil tersebut mengalami pecah ban (kanan
belakang). Kemudian secara refleks, Abang saya membanting stir ke arah kanan
dan mobil tersebut berputar di tempat selama beberapa kali. Sontak seluruh
penumpang yang berada di dalam mobil tersebut berteriak histeris. Namun
bersyukur ketika tidak ada mobil lain yang sedang berada di sisi kanan-kiri
atau di sisi depan-belakang mobil, sehingga tidak terjadi kecelakaan dengan
mobil lain. Namun karena kecepatan mobil yang lumayan tinggi dan kondisi ban
yang secara tiba-tiba pecah kemudian mobil berputar-putar di tempat, wajar saja
bila para penumpang mengalami histeria beberapa saat, bahkan sampai saat ini
mempelai wanita pun trauma dengan jalan tol. Keesokan harinya, ketika Abang
saya dan kedua calon pengantin pergi Ibadah Minggu bersama, mereka mendengarkan
nyanyian dari Kidung Jemaat 438, “Apapun Juga Menimpamu”, secara refleks mereka
pun menangis. Ya, Tuhan sudah menjaga mereka dari maut yang hampir menjemput
mereka semalam. Karena adanya kejadian itu, Abang saya selalu ingin menangis setiap
mendengarkan lagu tersebut.
Hal ini hampir sama
seperti yang saya alami sewaktu TK (silahkan baca di link http://www.windysitinjak.blogspot.com/2013/05/yesus-menyelamatkan-aku-melalui-seorang.html).
Ketika maut mengurungkan niat untuk menjemput, saat itulah saya bersyukur
karena saya diberikan kesempatan yang kedua untuk hidup. Memang selama saya hidup,
saya tidak pernah mengalami kondisi Mati Suri atau masa-masa Koma di rumah
sakit, dimana saya sempat tidak sadarkan diri, seperti orang yang meninggal
namun nyawa masih melekat di badan. Saya juga belum pernah mengalami “penglihatan”
mengenai bentuk rupa Tuhan beserta isi Sorga, seperti yang dialami oleh
beberapa orang yang pernah Mati Suri dan pernah melihat sosok Tuhan. Tetapi
dengan kondisi yang masih sadar pun saya merasa diberikan kesempatan kedua
untuk hidup, demikian juga dengan Abang saya yang saat itu menceritakan
kisahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Saya dan Abang saya diperbolehkan untuk
melihat dengan mata kepala sendiri secara langsung dalam kondisi yang sadar,
bagaimana kejadian lengkap ketika ajal ingin menjemput kemudian kami
terselamatkan. Shock dan trauma
bukanlah hal yang mencengangkan ketika kami mengalami kejadian buruk, tetapi
rasa syukur yang meluap dari dalam hati jauh melebihi rasa shock tersebut. Secara tidak sadar pun, masing-masing dari kami mengatakan
dalam hati, “Thanks God, you saved my
life”, ketika menyadari bahwa nyawa kami masih melekat di badan.
Kita semua pasti memiliki
pengalaman tertentu, yang membuat kita merasakan perlindungan Tuhan yang sangat
luar biasa di dalam kehidupan kita. Ketika ajal batal menjemput, atau ketika
Tuhan ingin mengingatkan kita mengenai suatu hal melalui sebuah kejadian. Tuhan
seperti Induk Burung Rajawali yang mendorong anaknya dari tebing yang tinggi,
membiarkan Anak Rajawali jatuh dari tebing itu kemudian berusaha untuk
mengepakkan sayapnya agar bisa terbang. Namun ketika si Anak Rajawali belum berhasil
terbang, Induk Rajawali selalu terbang ke dasar tebing untuk menjemput Anaknya,
dan membawanya kembali ke atas tebing yang tinggi. Karena Induk tidak akan
membiarkan Anaknya terhempas ke tanah. Demikian juga Tuhan tidak akan pernah
membiarkan kita terjatuh dan terluka. Dia selalu melindungi kita dari
marabahaya, Dia selalu melingkupi kita dengan sayap-Nya, Dia selalu menjaga
kita di segala kondisi seperti lagu di Kidung Jemaat 438 tersebut. Dan kita
patut bersyukur ketika Tuhan selalu berada di samping kita, melindungi kita dalam
kondisi apapun. Tidak seperti kita yang berada di sisi Tuhan ketika kita mengalami
kesusahan. Sedangkan ketika masa-masa bahagia, kita meninggalkan Tuhan entah dimana.
Dan ketika suatu saat
nanti ajal benar-benar menjemput, di saat itulah Tuhan tersenyum karena anak-Nya
yang tersayang sudah kembali ke pelukan-Nya. Apakah itu tandanya Dia sudah
selesai menjaga kita ? Tidak, Dia akan selalu menjaga kita dimanapun kita
berada. Dan di saat kita sudah benar-benar berada di sisi-Nya di Surga, tidak akan
ada lagi kejadian buruk yang bisa merenggut nyawa kita, tidak akan ada lagi
kejadian yang membuat kita trauma, karena kita tahu bahwa kita sudah
mendapatkan tempat terindah di Surga bersama Dia yang selalu melindungi kita
dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun, bersama siapapun, bahkan berapa kali
kecelakaan pun. Sebab Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita sendiri, meski
kita merasa kesepian, dan Tuhan tidak akan pernah menyetujui maut menjemput
sebelum Dia mengatakan, “Tugasmu sudah selesai, pulanglah, kembalilah pada-Ku”.
Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.
Kidung Jemaat 438, “Apapun Juga
Menimpamu”
Apapun juga menimpamu, Tuhan menjagamu.
Lautan kasih-Nya pelindungmu, Tuhan menjagamu.
Tuhan menjagamu, waktu tenang atau tegang.
Dia menjagamu, Tuhan menjagamu.
Bila menanggung beban berat, Tuhan menjagamu.
Masa depanmu kelam pekat, Tuhan menjagamu.
Tuhan menjagamu, waktu tenang atau tegang.
Dia menjagamu, Tuhan menjagamu.
Dipelihara-Nya hidupmu, Tuhan menjagamu.
Dan didengarkan-Nya doamu, Tuhan menjagamu.
Tuhan menjagamu, waktu tenang atau tegang.
Dia menjagamu, Tuhan menjagamu.
Cobaan apa mengganggumu ? Tuhan menjagamu.
Buatlah Yesus sandaranmu, Tuhan menjagamu.
Tuhan menjagamu, waktu tenang atau tegang.
Dia menjagamu, Tuhan menjagamu.