Minggu, 15 Desember 2013

Perumpamaan Tentang Hidup

          Hidup itu seperti piano atau pianika, ada keyboard berwarna putih sebagai nada normal dan ada keyboard berwarna hitam sebagai nada kromatis (naik setengah dari F menjadi F kruis, F ke F# jika dibaca menjadi Fa ke Fis). Tetapi jika keyboard yang putih dan hitam itu dimainkan sedemikian rupa, sehingga membentuk nada-nada yang harmonis maka akan menghasilkan melody yang sangat indah. Demikian juga hidup kita yang memiliki suka cita dan duka cita yang datang secara bergantian. Itu membuat hidup kita tidak monoton, hanya bahagia saja atau penuh dengan penderitaan saja. Kita akan mendengarkan lagu suka cita dari kehidupan kita yang naik dan turun. Terkadang kebahagiaan digeser oleh penderitaan, terkadang penderitaan digantikan oleh kebahagiaan sehingga kita sanggup bernyanyi kembali di tengah kebahagiaan kita.


          Hidup itu seperti pelangi yang terdiri dari beraneka warna yang berbeda. Tetapi jika disatukan, akan membentuk sebuah paduan warna yang indah luar biasa. Mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu). Tujuh warna dalam satu kesatuan. Banyak warna yang kita rasakan di dalam kehidupan kita. Ada rasa kecewa, bersyukur, bosan, bahagia, bersemangat, lelah, senang, panik, tenang, dan masih banyak lagi. Tetapi jika disatukan, semuanya akan indah. Karena kita tidak hanya terpaku dengan satu atau dua warna saja, tetapi merasakan banyak warna. Kita tidak hanya merasakan kebosanan yang membuat kita semakin bosan, tetapi ada banyak hal yang patut kita syukuri, baik ataupun buruk. Pelangi pun muncul setelah datangnya hujan. Pada awalnya cuaca memang cerah, tetapi kemudian berkabung dan turun hujan, lalu setelahnya pelangi akan muncul ketika awan menggeser dirinya untuk mempersilahkan matahari agar kembali menyinari bumi. Sehabis hujan akan tampak pelangi, selalu ada suka cita setelah duka cita berakhir.


          Hidup itu seperti Sandi Rumput yang memiliki garis naik dan garis turun dengan melekuk patah tanpa ada lengkungan halus. Ada garis panjang dan ada garis pendek. Terkadang kita tiba-tiba terjatuh ketika sedang berada di posisi atas, ada saja cobaan yang menjatuhkan kita ketika kita sedang berjaya. Keterjatuhan dari garis panjang atau garis pendek, keduanya sama-sama menyakitkan. Dan ketika kita terjatuh, kita juga sulit untuk mendaki garis yang curam itu, kembali naik ke titik atas, entah di garis panjang ataupun di garis pendek. Tetapi, di balik garisnya yang curam, susunan garis panjang dan garis pendek dari Sandi Rumput tersebut memiliki arti, yakni huruf-huruf yang bisa disusun menjadi kata-kata dan kalimat. Sandi Rumput bisa mengkomunikasikan sesuatu dari garis panjang dan garis pendek itu. Demikian juga keterjatuhan kita dan pencapaian yang kita raih, juga mengkomunikasikan bahwa kita telah belajar mengenai perjuangan untuk tetap bertahan hidup.


          Hidup itu seperti garis pada EKG (Elektro Kardio Grafi / Electro Kardio Gramm) yang memiliki garis naik dan garis turun untuk mendeteksi detak jantung. Ada garis panjang dan ada garis pendek, ada garis yang menjulang ke atas dari garis horizontal dan ada garis yang jatuh di bawah garis horizontal. Garis-garis tersebut menunjukkan bahwa jantung kita masih berdetak, terlepas dari kondisi jiwa kita yang sedang sadar ataupun koma. Dan bila garis itu melintang datar secara horizontal, itu artinya kita sudah merenggang nyawa. Seperti itulah hidup kita yang naik atau turun, garis naik sebagai simbol keberhasilan atau kesenangan hidup itu melintang bergantian dengan garis turun sebagai simbol kegagalan dan penderitaan hidup. Namun yang pasti, ketika garis-garis tersebut melintang bergantian, itu tandanya jantung kita masih berdetak dan kita masih bisa bernafas. Jika garis itu melintang datar seperti hidup kita yang datar dan tidak merasakan apapun, itu artinya kita telah tiada.


          Hidup itu seperti sebuah film. Banyak cerita yang tertutur, banyak tokoh yang bermain, banyak latar yang digunakan dan banyak tantangan yang harus dihadapi. Seperti itulah kehidupan ini, banyak orang yang Tuhan berikan ke dalam kehidupan kita, setiap orang yang kita temui adalah Guru Kehidupan bagi kita. Kita belajar mengenai banyak hal kepada orang-orang tersebut dan mereka pun demikian. Kita akan mengalami pembentukan karakter dari orang-orang tersebut, kita juga akan mendapatkan banyak pengalaman dan tantangan dari jalan cerita serta latar yang kita lalui semasa hidup ini. Seperti menonton sebuah film, di akhir film kita akan tahu bagaimana ending-nya. Sama seperti hidup ini, kita jalani saja dahulu, maka di akhir kehidupan kita akan tahu bagaimana ending-nya nanti. Tetapi yang jelas, film yang berhasil di-release tandanya adalah film yang baik, entah di dalamnya ada konflik dan kejahatan yang muncul atau murni mengenai kebaikan. Sama seperti hidup kita, kadang hal pahit yang kita rasakan, kadang hal manis yang kita kecap. Sepahit apapun atau semanis apapun kejadian yang kita alami, hidup kita tetaplah baik dan indah. Karena dengan adanya kehidupan, kita bisa merasakan segala sesuatu, mempelajari hal-hal baru, dan memetik berbagai nilai kehidupan.


          Hidup itu seperti air. Seperti air yang menyegarkan tanah kering dan menumbuhkan tunas baru, seperti itulah kita seharusnya. Menjadi motivator bagi orang lain, membawa suka cita bagi orang lain dan mendatangkan berkat setelah diberkati. Seperti air yang menyesuaikan diri di berbagai wadah, seperti itulah kita harus berusaha menyesuaikan diri di berbagai lingkungan dan kondisi. Seperti air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti itulah harusnya diri kita, ikut merendah jika orang lain juga merendah. Tidak meninggikan diri ketika orang lain berada di bawah, tidak semakin menaikkan dagu ketika orang lain menyombongkan apa yang mereka miliki.


          Hidup itu seperti kincir angin yang berputar dan menghasilkan listrik. Demikian juga kita di dalam kehidupan ini, terus berputar dari bawah ke atas kemudian kembali ke bawah dan naik ke atas lagi sampai memberikan sebuah hasil. Di dalam kehidupan, kita dibentuk oleh berbagai peristiwa, baik atau buruk. Dengan kegagalan dan hal-hal buruk, kita belajar untuk bersikap lapang dada, sabar, kuat, tangguh dan tidak mudah menyerah. Kita juga belajar untuk senantiasa bersyukur dan bersukacita dalam segala hal, belajar untuk bertekun di dalam doa dan tetap berpengharapan. Dengan keberhasilan dan hal-hal baik, kita belajar untuk bersyukur dan bersukacita atas apa yang telah kita dapatkan, menjadi berkat setelah mendapatkan berkat, berbagi kasih terhadap sesama, dan mengajak orang lain turut serta bersukacita di dalam suka cita yang kita alami. Setelah mengalami pembentukan di dalam kehidupan ini, kita memberikan hasil kepada orang lain, kita menjadi manusia yang baru, menjadi manusia yang berkembang dan semakin maju, menjadi manusia yang selalu bekerja keras dan mendatangkan hasil yang maksimal.


          Hidup itu seperti sebuah lilin yang berkorban membakar dirinya sampai habis tak tersisa untuk menciptakan terang. Meskipun api yang dihasilkannya tidak sebesar obor dan tidak sehangat api unggun, namun cahaya kecil itu tetep menang dalam mengalahkan kegelapan. Api kecil itu tetap memberikan cahaya dan kehangatan serta sanggup menyalakan lilin-lilin yang lainnya. Demikian juga di dalam hidup, kita mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, harus melakukan pengorbanan untuk orang lain, bahkan sampai harus mengorbankan kepentingan diri kita sendiri. Dan di dalam hidup, kita juga harus menularkan semangat positif, menghangatkan jiwa-jiwa yang rapuh, serta berbagi kasih kepada orang lain seperti lilin yang menyalakan lilin-lilin lainnya. Sekecil apapun api lilin yang menyala, akan sanggup mengalahkan kegelapan. Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat, akan sanggup mengubah dunia dan menunjukkan kepada dunia bahwa kita sanggup menjadi Terang Dunia.


          Hidup itu seperti melompati batu kecil dan batu besar. Setiap jenjang kehidupan memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Jadi ketika kita berhasil, sesungguhnya kita belum sepenuhnya berhasil, karena akan ada hambatan lain yang sedang menunggu di depan kita, hambatan yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan hambatan yang pernah kita lewati sebelumnya. Hambatan itu menunggu kita, ia menunggu kita melompatinya agar kita meraih keberhasilan yang lainnya, keberhasilan yang lebih besar bila dibandingkan dengan keberhasilan yang sebelumnya. Demikian seterusnya sampai di suatu detik, jantung kita tidak lagi berdetak seiringan dengan detak jam.


          Hidup itu seperti sebuah buku. Sejak kita lahir ke dunia ini, Buku Kehidupan kita masih putih bersih. Halaman pertama baru saja dibuka untuk diisi dan dihias sedemikian rupa. Setiap kejadian yang kita alami di dalam kehidupan ini akan dituliskan ke dalam Buku Kehidupan tersebut. Setiap Buku Kehidupan masing-masing dari kita adalah berbeda, tergantung bagaimana kita menuliskannya dengan rapih dan menghiasnya dengan indah. Setiap kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda di dalam kehidupan ini, setiap kita memiliki jalan kehidupan masing-masing, setiap kita memiliki karakter dan sikap yang berbeda dalam menentukan hidup. Ada yang bertanggungjawab terhadap hidupnya dan ada yang melupakan hidupnya, ada yang menghargai hidupnya dan ada yang membuat hidupnya menjadi sia-sia, ada yang mencintai hidupnya dan ada yang membenci hidupnya. Ketika seorang manusia menghembuskan nafas terakhirnya, ia menutup Buku Kehidupannya dan pergi jauh dari dunia ini. Ia tidak bisa lagi merasakan kehidupan yang beraneka warna dan beraneka rasa. Maka ketika kamu hidup, hiduplah di dalam kehidupanmu dan buatlah kehidupan orang lain menjadi lebih hidup hingga saatnya Tuhan berkata “Waktunya pulang”.


Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.

Sabtu, 14 Desember 2013

Talenta Pelayanan

          Sekitar tahun 2010 saya mengikuti  Ibadah PHP (Persiapan Hati Pelayan) di universitas tempat saya menuntut ilmu. Memang, sejak resmi terdaftar sebagai Mahasiswi di Universitas Kristen Indonesia, saya langsung didaftarkan menjadi AKK (Anak Kelompok Kecil) dan mengikuti kegiatan KK (Kelompok Kecil) yang dipimpin oleh PKK (Pemimpin Kelompok Kecil). Pada akhir Masa PPMB atau biasa dikenal dengan sebutan OSPEK, kami para MaBa diwajibkan untuk mengikuti KKR MaBa (Kebaktian Kebangkitan Rohani untuk Mahasiswa Baru). Karena mahasiswa-mahasiswi di Universitas Kristen ini tidak hanya dibimbing secara intelejensi saja tetapi juga secara spiritual, tidak hanya diasah kemampuan akademisnya saja tetapi juga semakin dibentuk dan dikuatkan dalam iman dan kepercayaan kepada Kristus. Karena berlatarbelakang Iman Kristiani, maka Universitas yang terletak di Cawang ini juga memberikan Pendidikan secara Kristiani, termasuk melaksanakan berbagai Ibadah secara terklasifikasi dan teratur.


          Setelah mengikuti KKR, para Pengurus PM (Persekutuan Mahasiswa) mengarahkan kami para MaBa untuk masuk ke dalam KK. Satu orang PKK membimbing 4-5 orang AKK dan jadwal kegiatan KK disesuaikan antara PKK dan AKK. Di dalam KK, PKK dan AKK bersama-sama melakukan PA (Pendalaman Alkitab) dengan menggunakan Buku Panduan, bernyanyi dan berdoa bersama, serta saling sharing mengenai HPDA (Hubungan Pribadi Dengan Allah) dan HPDS (Hubungan Pribadi Dengan Sesama). AKK dibimbing agar semakin beriman kepada Kristus dan dilibatkan untuk menjadi Pelayan Kristus. AKK dilibatkan untuk menjadi Pelayan di KST (Kebaktian Seluruh Tingkat) yang dilakukan seminggu sekali di setiap Fakultas yang melibatkan seluruh angkatan di dalam satu Fakultas, PAF (Persekutuan Antar Fakultas) yang dilakukan setiap sebulan sekali di lingkungan Universitas yang melibatkan seluruh Fakultas, atau bahkan P5W (Persekutuan 5 Wilayah) yang dilakukan sebulan sekali yang melibatkan 5 Wilayah (Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat).


          Setiap AKK juga dibimbing untuk menjadi PKK yang akan memuridkan setelah dimuridkan, menjadi berkat setelah diberkati. Demikian juga saya yang saat itu dilibatkan menjadi AKK kemudian ditunjuk untuk menjadi PKK. Sesungguhnya saya memiliki keinginan untuk menjadi PKK. Ingin membimbing Junior dalam membangun HPDA dan HPDS-nya, ingin memberikan solusi atas sharing mengenai permasalahan hidup mereka, ingin menambah relasi dan mengembangkan diri. Namun karena Ibu saya sakit dan harus dirawat di rumah serta beberapa hari di Rumah Sakit, maka saya sebagai anak wanita terakhir yang dapat dipercaya, harus merawat Ibu saya. Saat itu Kakak saya yang sudah menikah dan tinggal bersama keluarga barunya pun juga mengekang saya untuk melayani di luar. Ia pernah berkata, “Melayani gak cuma jadi PKK aja, gak cuma jadi Naposo di gereja aja, tapi di segala hal lo bisa melayani, termasuk ngurus Orang Tua lo yang cuma satu-satunya. Lo itu cewek, se-cuek-cuek-nya cewek, pasti lebih telaten dari pada cowok, di rumah kan tinggal lo cewek satu-satunya”. Maka keinginan saya untuk melayani sebagai PKK pun terpaksa dikubur dalam-dalam karena kondisi yang tidak memungkinkan.


          Di sisi lain, saya memprediksi bahwa menjadi PKK haruslah memulai KK pada sore hari, biasanya sekitar pukul 17.00 WIB semua jam kuliah untuk Kelas Reguler berakhir. Maka bisa saja KK dimulai sejak jam 5 sore sampai jam 8 malam. Belum lagi Rapat Pengurus yang biasanya akan dilaksanakan pada sore menjelang malam karena pagi hingga siang pasti ada kegiatan kuliah. Saat ingin melayani di Naposo HKBP Pasar Minggu, saya pun terlibat dengan hambatan yang sama. Kelompok Muda-Mudi tersebut mayoritas merupakan pekerja kantoran yang Office Hour, yang artinya tidak ada jam bebas sejak pagi sampai petang. Anggota Naposo lainnya merupakan mahasiswa-mahasiswi yang mengambil Kelas Reguler dengan jam kuliah sejak pagi sampai sore. Maka mereka hanya memiliki waktu sejak jam 7 malam sampai jam 12 malam.


          Saya memang pernah aktif di Naposo sejak September 2010 hingga April 2011, setelahnya saya vacuum total dan menjadi Panitia Paskah pada Mei 2013. Saat itu saya pernah melayani menjadi Panitia Paskah tahun 2011 dan 2013, serta menjadi Anggota Koor di Natal 2010. Karena jam pelayanan yang malam (rapat, latihan koor dan mengurusi peminjaman peralatan), maka Ibu saya khawatir akan kondisi saya, takut diculik, diperkosa, lalu dibunuh karena status saya yang masih perawan. Memang rawan ketika seorang wanita sering pulang malam. Tetapi jika jam tetapnya seperti itu, maka saya tidak bisa mengubah Jam Operasional mereka, saya yang harus mengikuti alur Jam Malam mereka, sehingga imajinasi buruk Ibu saya semakin merajalela dan menyebabkan beliau dirawat di Rumah Sakit karena kadar gulanya naik. Memang sulit, tapi itulah kondisi yang saya hadapi, tidak memungkinkan untuk melayani di luar, tidak memungkinkan untuk bebas berkembang di dunia luar, selalu terkungkung di rumah sehingga sudah seperti Ibu Rumah Tangga Sejati meskipun saya belum menikah.


          Sekitar tahun 2010, saat saya mengikuti  Ibadah PHP (Persiapan Hati Pelayan) untuk menjadi PKK, saya mendengarkan Sharing Iman dari salah satu Pemimpin Kelompok Kecil. Kalau saya tidak salah ingat, wanita yang berinisial S itu sedang menjabat sebagai Koordinator PM pada saat itu. Beliau adalah PKK dari PKK kami, karena Motto KK ialah “Murid yang Memuridkan”, maka para PKK kami yang merupakan senior di kampus kami pada 2 tahun yang lalu juga pernah menjadi AKK sebelum menjadi PKK bagi saya dan teman-teman seangkatan saya. Pada saat Ibadah PHP, Kakak yang berinisial S tersebut berkata demikian,

“Setiap manusia diberikan Talenta oleh Tuhan. Ada yang pandai bermain musik, ada yang pandai berbicara, ada yang pandai menulis, ada yang pandai membaca sajak, atau apapun. Di dalam Alkitab pun tertulis bahwa talenta yang ada pada kita, harus kita kembangkan sedemikian rupa agar kita menjadi berkat bagi orang lain. Kita menjadi berkat untuk orang lain karena Allah telah terlebih dahulu memberkati kita. Talenta yang kita punya merupakan alat bagi kita untuk melayani Tuhan. Talenta Pelayanan tersebut berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Apa maknanya ? Talenta yang kita miliki berasal dari Tuhan, talenta tersebut diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma. Dalam melayani pun, Tuhan selalu menyertai kita, oleh Tangan Tuhan kita bekerja, bukan hanya dengan tangan kita. Dan pelayanan kita pun diberikan untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk kemuliaan bagi diri kita sendiri”.


          Memang benar apa yang dikatakan oleh Kakak S tersebut. Talenta Pelayanan yang kita lakukan berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Tuhan memberikan talenta bagi kita bukan dengan sembarang, tapi juga memiliki tujuan tertentu. Beberapa di antara kita memang ditunjuk Tuhan untuk menjadi Pendeta, maka Tuhan mengaruniakan kemampuan berbicara yang baik agar Khotbah yang disampaikan benar-benar dapat diterima dengan baik oleh Jemaat. Beberapa dari kita ada yang ditunjuk oleh Tuhan untuk menjadi pemusik di gereja, maka Tuhan mengaruniakan kemampuan bermusik yang baik agar Jemaat semakin semangat dalam menaikkan sembah dan pujian kepada Allah Tritunggal. Beberapa di antara kita ditunjuk oleh Tuhan untuk menjadi WL (Worship Leader / Pemimpin Pujian) atau anggota koor, maka Tuhan mengaruniakan suara merdu untuk dapat memuliakan Tuhan. Beberapa di antara kita juga diberikan talenta memimpin yang baik, sehingga kita sanggup mengkoordinir sejumlah orang untuk bersama-sama bergerak menjadi Super Team dalam menyukseskan Acara Natal atau Acara Paskah demi kemuliaan nama Tuhan.


          Dalam melaksanakan berbagai pelayanan tersebut, tentunya kita selalu diberkati Tuhan. Kita disanggupkan dan dikuatkan oleh Tuhan untuk melakukan berbagai pelayanan di sana sini. Mungkin kita sudah lelah dalam bekerja dan kuliah sejak pagi hingga sore, dari Senin sampai Jumat, tetapi Tuhan memampukan kita untuk tetap melayani pada malam hari serta pada hari Sabtu dan Minggu. Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan hikmat dalam bertindak di dalam pelayanan kita masing-masing. Tuhan selalu menguatkan kita yang lemah, lelah atau putus asa dalam pelayanan. Para Pekabar Injil yang memberitakan Injil di berbagai daerah pedalaman serta daerah yang rawan akan Ilmu Hitam pasti merasa takut dan khawatir akan kegagalan yang menimpanya. Tetapi karena penyertaan dan kekuatan dari Tuhan, para Pekabar Injil tersebut tetap memberitakan Kabar Suka Cita meski harus Mati Martyr. Dan jika Tangan Tuhan tidak menyertai pelayanan kita, maka kita tidak akan sanggup untuk melayani Dia dengan hanya mengandalkan kekuatan kita.


          Saya pernah mengalami hal tersebut saat ikut serta dalam Panitia Paskah pada Mei 2013. Sekitar pukul 11 malam kami baru selesai latihan drama, tetapi saya tidak mungkin pulang lebih awal karena harus mengurusi kostum drama, saya harus memasukkan kembali ke plastik-plastik sesuai dengan klasifikasinya. Rasa lelah dan kantuk yang teramat sangat menghantui saya. Saat itu malam terakhir bagi kami sebelum Hari H, dan seluruh Panitia serta Pemain Drama yang hadir melakukan Doa Bersama untuk acara esok pagi. Setelah berdoa dan bernyanyi, “Jangan Lelah”, saya pun menjadi semangat kembali. Saya merapihkan kostum bersama dengan panitia yang lainnya lalu pulang ke rumah.


          Berbagai pelayanan yang kita lakukan tersebut adalah untuk Tuhan, bukan untuk manusia atau bahkan Dewa-Dewa yang lainnya. Pada awalnya saya tidak mengenal prinsip “pelayanan”. Bagi saya, ketika saya ditunjuk untuk menjadi Panitia Natal di gereja atau anggota koor atau kolektan di Ibadah KST maupun di ibadah gereja, saya hanya menjalankannya dengan begitu saya, seolah menjalankan kewajiban untuk manusia tanpa menghayati apa yang saya lakukan untuk Tuhan. Saya merasa bahwa saya sedang membantu manusia karena mereka meminta saya untuk melakukan ini dan itu tanpa berfikiran bahwa yang saya lakukan merupakan persembahan yang hidup untuk Tuhan. Tetapi pada akhirnya saya menyadari bahwa hidup yang Tuhan berikan haruslah dikembalikan kepada Tuhan seperti yang tertulis dalam Roma 12 : 1 (Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati). Dengan demikian, Talenta Pelayanan yang diberikan oleh Tuhan haruslah juga dikembalikan kepada Tuhan seperti yang tertulis di dalam Matius 25 : 14-30. Apa yang kita lakukan di dunia ini (termasuk semua pelayanan kita) adalah untuk kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk menunjukkan eksistensi diri kita atau bahkan untuk memegahkan diri kita. Karena tubuh dan jiwa yang kita hidupi sekarang berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Sama seperti Talenta Pelayanan yang ada pada diri kita, berasal dari Tuhan dan dikembalikan untuk memuliakan nama Tuhan.


          Inilah yang saya lakukan pada blog “Goresan Tinta Kehidupan” milik saya. Mungkin hobby membaca buku cerita saat SD dan membaca novel saat SMP hingga sekarang, sangat berpengaruh pada kemampuan verbal saya, saya menjadi lancar dalam menulis terutama dalam bentuk narasi. Sempat terfikirkan oleh saya bagaimana jika saya menjadi Penulis Novel saja ? Tetapi butuh waktu beberapa tahun untuk menciptakan sebuah novel dan menerbitkannya, tetapi butuh waktu 3 jam untuk menghasilkan sebuah Artikel Rohani yang siap dipublikasikan di blog saya sehingga semakin banyak oraang yang terberkati melalui tulisan saya ini. Talenta inilah yang bisa saya kembalikan kepada Tuhan di tengah kondisi keluarga yang mengekang saya untuk melayani di dunia luar. Tuhan telah memberikan talenta untuk menulis kepada saya, dan saya pun dimampukan Tuhan untuk menulis berbagai Artikel Rohani, sehingga hasil tulisan saya pun saya persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan.


          Jika ada pembaca blog saya yang mengalami perubahan positif setelah membaca artikel saya, maka saya menyatakan bahwa Tangan Tuhan sedang bekerja pada diri Anda para pembaca blog saya. Di sini saya hanya menjadi Alat Tuhan, bukan kemampuan diri saya yang mengubah Anda para pembaca, tetapi Tuhan yang mengubah Anda melalui tulisan saya. Karena perubahan karakter seseorang bukan dilihat dari orang atau hal yang mengubahnya, tetapi karena Tangan Tuhan sedang bekerja di dalam diri Anda. Artikel Rohani dalam blog ini bukan untuk upaya Kristenisasi, melainkan untuk membagikan berkat karena saya sudah terlebih dahulu diberkati oleh Allah. Saya yakin bahwa para pembaca blog saya juga sudah banyak mendapat berkat dari orang lain, dan akan membagikan berkat kepada orang lain juga.


          Apapun talenta pelayanan yang Anda miliki dan seberapa kecilpun pelayanan yang Anda lakukan tidak menjadi masalah. Tetapi yang terpenting ialah, seberapa besarkah keinginan Anda untuk melayani Dia yang sudah memberikan banyak hal selama Anda hidup ? Seberapa besarkah keinginan Anda untuk mengembangkan talenta yang Anda miliki agar Anda persembahkan untuk Dia yang memberikannya secara cuma-cuma ? Karena percuma saja jika Anda melakukan pelayanan yang besar tetapi kemudian Anda memegahkan diri sendiri atas keberhasilan dari pelayanan Anda. Karena di dalam pelayanan, yang patut untuk dimuliakan hanyalah Allah, bukan manusia. Dan jangan sekalipun manusia mencuri kemuliaan Tuhan karena Talenta Pelayanan berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan.


Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.