Minggu, 30 Juni 2013,
saudara-saudara saya datang berkunjung ke rumah saya. Mereka adalah adik dari Ibu
saya (yang saya panggil dengan sebutan “Inang Uda”) beserta dua orang
anak-anaknya yang sudah berkeluarga (yang saya panggil dengan sebutan “Kakak”
dan “Abang”. Bila dilihat dari usia, mereka jauh lebih tua dari pada saya, maka
dari itu saya memanggil mereka dengan sebutan “Kakak” dan “Abang”. Meskipun
secara adat, saya adalah kakak dari mereka, karena Ibu saya adalah kakak dari Ibu
mereka). Tidak lupa mereka juga membawa serta anak-anak mereka yang masih
kecil, sehingga rumah saya semakin ramai saja.
Mereka membawa lauk untuk
dimakan, dan kami sebagai tuan rumah juga menyediakan lauk untuk makan siang
bersama. Setelah merasakan masakan yang dibuat oleh si Kakak, Ibu saya pun merasakan
ada yang berbeda dengan rasanya. Mereka membawa Arsik Ikan Mas dan Ayam Gotta.
Hingga keesokan harinya, Ibu saya masih penasaran dengan bumbu yang digunakan
oleh si Kakak tersebut, karena itulah Ibu saya menyuruh saya untuk menanyakan
apa saja bumbu yang digunakan oleh si Kakak saat memasak. Saya pun menelpon si
Kakak untuk menanyakan hal tersebut dan saya pun terlibat dalam percakapan yang
sangat panjang.
“Ya bumbunya Arsik itu Dek, bawang merah, bawang putih, kemiri, cabai
merah, laos, serai, bawang batak, rias, kunyit, kacang panjang. Lah emang
selama ini kau masak pake apa aja ?”, jelas si Kakak.
“Yeee,,, Sama kali Kak, aku juga pake bumbu itu. Ya tapi kan beda tangan
yang mengolah pasti beda rasa. Karena yang namanya takaran bumbu tiap orang itu
pasti beda-beda. Misalnya untuk dua kilo ikan mas, Kakak pake 12 butir bawang,
tapi aku cuma 9 butir, misalnya loh. Naahh,, Cara masaknya gimana ? Pasti
beda”, jawabku.
Sampai pada topik “cara
memasak”, obrolan kami pun semakin awet. Dari hasil pembicaraan antara saya dengan
si Kakak pun, saya dapat menyimpulkan bahwa sepaket Bumbu Masakan yang sama
akan menghasilkan rasa masakan yang berbeda bila diolah dengan cara yang
berbeda dan oleh orang yang berbeda.
Dari kejadian itu pun saya
berpikir, Bumbu Masakan itu sama seperti Bumbu Iman Kristiani. Hanya satu paket
bumbu, tapi bisa menghasilkan rasa yang berbeda karena diolah dengan cara yang
berbeda dan oleh orang yang berbeda. Sepaket Bumbu Iman Kristiani yang
tercantum di dalam Alkitab seperti Buah-Buah
Roh (Galatia 5 : 22 – 23), Kesepuluh Perintah Allah (Keluaran 20 :
1 – 17; Ulangan 5 : 6 – 21), Hukum Kasih
(Ulangan 6 : 5; Matius 22 : 37 – 39; Lukas 10 : 27; Markus 12 : 29 – 31; 1
Korintus 13 : 4 – 8; Lukas 6 : 27 – 38; Matius 5 : 43 – 44; ); Garam Dunia dan Terang Dunia (Matius 5
: 13 – 16), Mengandalkan Tuhan
(Amsal 3 : 5; 1 Petrus 5 : 7; Yeremia 17 : 5 – 8; Matius 6 : 33) merupakan satu
ajaran dari satu Allah Tritunggal yang sama, yaitu Allah Bapa atau Bapa di Surga sebagai pencipta, Allah Anak atau Yesus Kristus sebagai Sang
Penebus, dan Allah Roh atau Roh Kudus
sebagai penjaga dan pelindung serta pengingat).
Tetapi
meskipun kita mendapatkan sepaket Bumbu Iman Kristiani yang sama dari gereja
kita, namun kita semua belum tentu bisa berhasil menjadi umat Kristen yang sejati.
Umat Kristen yang menjadi garam dan terang dunia, umat Kristen yang
mengandalkan kekuatan Tuhan dalam segala hal, umat Kristen yang menjalankan kesepuluh
Perintah Allah dan kesembilan Buah-Buah Roh serta kedua Hukum Kasih, serta umat
Kristen yang benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya dalam melayani Allah
dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa.
Memang
pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Dalam hal ini, tidak ada manusia
yang sanggup mengabdikan sepanjang hidupnya (dari lahir hingga meninggal)
kepada Allah Tritunggal. Sangatlah sulit untuk menjadi orang yang suci, karena
dosa itu sangatlah nikmat dan sayang bila dilewatkan begitu saja. Wajar bila
demikian adanya, karena inilah tantangan kita dalam hidup di dalam Kristus. Karena
itulah saya mengumpamakan bahwa “Sepaket Bumbu Masakan akan menghasilkan rasa masakan yang berbeda bila diolah dengan
cara yang berbeda dan oleh orang yang berbeda”, atau dengan kata lain “Sepaket
Bumbu Iman Kristiani bisa menghasilkan Pribadi Yang Berbeda karena diolah
dengan cara yang berbeda dan oleh orang yang berbeda”.
Apa makna perumpamaan tersebut ?
Semua
Umat Kristiani di dunia memiliki ajaran yang sama. Meskipun Umat Kristen di
dunia terbagi menjadi beberapa ajaran dan terbagi lagi menjadi banyak aliran
gereja, tetapi secara general mereka menggunakan Alkitab yang sama dan
menyembah Allah yang sama. Kecuali beberapa ajaran yang benar-benar dinyatakan
sesat dan menggunakan Kitab yang lain sebagai acuan dari kehidupan imannya. Jangankan
pembagian aliran gereja dalam Umat Protestan (yang katanya bisa menimbulkan
pemahaman yang berbeda mengenai ajaran Kristiani), Umat Protestan dan Umat
Katolik saja memiliki ajaran yang sama, yaitu beriman kepada Allah, menyembah
Yesus Kristus Sang Penebus dan mengasihi sesama manusia. Sepaket Bumbu Iman
Kristiani hanya datang dari satu Allah yang sama, dan digunakan untuk beriman kepada
satu Allah yang sama pula.
Bumbu
Iman Kristiani memang sepaket dan datang dari satu Allah. Namun dalam
prakteknya, seluruh Umat Kristen belum tentu memiliki kesamaan sifat dan sikap
dalam menyembah Allah, ini tergantung dari “cara pengolahan iman” yang mereka lakukan. Ada yang masih menjadi Kristen TOMAT (Kristen yang hari Minggu TObat, tetapi hari Senin
sampai Sabtu kuMAT, selalu berbuat dosa bahkan melakukan dosa yang sama), ada
yang masih menjadi Kristen KTP (Kristen
yang hanya di KTP miliknya saja tertera bahwa dia adalah orang Kristen, tetapi
sikap dan perilakunya tidak mencerminkan diri sebagai pengikut Kristus), ada
yang masih menjadi Kristen Kapal Selam
(Kristen yang muncul di gereja hanya pada hari-hari besar Kristiani saja seperti
Natal, Tahun Baru, dan Paskah, tetapi hari Minggu biasa tidak pernah datang ke
gereja untuk beribadah. Karena kapal selam memiliki sifat yang kadang-kadang
timbul ke permukaan air, tetapi lebih sering tenggelam dan menghilang di dalam
air), ada yang masih menjadi Kristen
Rutinitas (Kristen yang rajin beribadah di gereja hanya sebagai rutinitas
yang harus dijalankan tanpa ada hati yang mau menyembah dengan tulus. Akhirnya,
rajin ke gereja tetapi rajin pula berbuat dosa), dan masih banyak lagi sebutan bagi
umat Kristen yang tidak benar-benar beriman kepada Allah.
Memang
kita tidak boleh menghakimi bahwa orang yang jarang ke gereja untuk beribadah
itu pasti karakternya buruk, tidak benar-benar beriman kepada Allah karena
kadar imannya rendah. Tetapi belum tentu juga. Mungkin dia memiliki banyak
halangan untuk ke gereja tetapi selalu Saat Teduh di rumah atau bahkan selalu
mendengarkan khotbah di radio dan televisi atau bahkan pergi beribadah di
gereja lain. Bisa saja, ada banyak kemungkinan. Tetapi biasanya, orang yang
benar-benar mengarahkan hati dan pikirannya kepada Allah pasti akan rajin
beribadah di gereja, rajin berdoa dan Saat Teduh di rumah, rajin membaca
renungan iman dan buku-buku rohani, rajin mendengarkan lagu-lagu rohani, rajin
menolong orang lain, serta bijaksana dalam berbicara dan bertindak. HPDA (Hubungan
Pribadi Dengan Allah) dan HPDS (Hubungan Pribadi Dengan Sesama) dari orang
tersebut akan tertata rapi, meskipun tidak setiap hari ia tampil sempurna
sebagai Pengikut Kristus, pasti ada saja dosa yang telah dia lakukan.
Rajin
mendengarkan khotbah di gereja maupun di televisi ataupun radio, rajin membaca
renungan iman Kristiani dan buku-buku Kristiani, rajin mendengarkan lagu-lagu
rohani, rajin berdoa dan Saat Teduh, adalah termasuk “cara pengolahan iman”
yang telah kita lakukan. Sadar ataupun tidak, kegemaran dan kebiasaan kita
untuk membaca buku-buku Kristiani dan renungan iman Kristiani atau mendengarkan
khotbah dan lagu-lagu rohani sudah membentuk iman kita. Jadi, iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10 : 17).
Tidak
hanya itu saja, dalam menjalani kehidupan pun, iman kita juga diolah dan
dibentuk. Kita belajar sabar dalam menghadapi segala kondisi yang baik dan
buruk, selalu mengucap syukur meski kondisi sangat terpuruk, mengendalikan diri
untuk tidak berbuat dosa, mencoba memahami kehendak Allah yang terjadi dalam
kehidupan kita, serta masih banyak lagi ujian dan cobaan yang membuat kita
semakin beriman kepada Allah. Beberapa “cara pengolahan iman” tersebut akan
membentuk kita menjadi Pribadi Yang Berbeda, yaitu pribadi yang tidak hanya mengenal
Allah lebih dalam tetapi juga mencintai Allah dengan sepenuh hati dan jiwa.
Pribadi
Yang Berbeda juga akan terbentuk bila “diolah oleh orang yang berbeda”. Yang harus
kita ketahui bahwa sifat dan sikap masing-masing dari kita tidak hanya dibentuk
oleh lingkungan tempat kita tinggal, tetapi juga tergantung dari diri kita
sendiri. Mungkin kita dilahirkan di dalam sebuah keluarga yang baik secara
moral, tetapi di lingkungan pergaulan kita menemukan mereka yang lebih banyak
menyesatkan dari pada membawa pengaruh positif. Pilihan terakhir ada di tangan
kita, apakah kita ingin ikut tersesat ataukah kita tetap menjadi orang yang
baik.
Semua
tergantung dari diri kita sendiri, bagaimana kita menerima dan menyerap
rangsangan dari orang sekitar, bagaimana kita bereaksi dan bertindak terhadap
orang sekitar, bagaimana kita mengendalikan diri kita sendiri, dan bagaimana usaha
kita untuk tetap konsisten dengan jalan hidup kita yang telah kita pilih. Jika kita
dihadapkan oleh kondisi yang sangat sulit seperti himpitan ekonomi ditambah
dengan konflik keluarga yang tak berujung serta dipadupadankan dengan keputusan
PHK dari kantor, maka pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan emosi
berkepanjangan dan kemudian putus asa sampai ajal menjemput, atau bahkan tetap
bersyukur dan bersukacita untuk kemudian bangkit kembali karena Allah pasti menyiapkan
rencana yang indah untuk kita (Yesaya 55 : 8 – 9; Yeremia 29 : 11). Karena hati
yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan
tulang (Amsal 17 : 22). Dan Allah juga menghendaki kita umat Kristiani agar senantiasa bersukacita, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal (1 Tesalonika 5 : 16 – 18).
Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus memberkati.